Warga Sungai Mahakam tak Pernah Pakai Formalin
Cara mengolah ikan segar menjadi ikan asin. Pertama-tama ikan dibersihkan, dibelah dan ditaburi garam, setelah garam merata, ikan dijemur.
TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Sebagian penduduk pengraji ikan asin asin tradisional yang ditemui tribunkaltim di tepi Sungai Mahakam, Kamis (18/8/2011), mengatakan, mereka tidak tahu memakai formalin dan tidak pernah diajari leluhur memakai formalin untuk membuat ikan asin.
"Saya membuat ikan asin sudah lama, belajar dari ayah saya, ayah saya belajar dari ayahnya. Begitu seterusnya turun temurun, atau karena zama dullu tidak ada formalin ya makanya tidak diberitahu," canda Fahrudi, seorang pembuat ikan asin di jalan Lumba-lumba 1 Samarinda, tepatnya ditepi sungai Mahakam.
Menurutnya, cara yang dia lakukan tetap seperti apa yang dilakukan leluhurnya untuk mengolah ikan segar menjadi ikan asin. Pertama-tama ikan dibersihkan, dibelah dan selajutnya ditaburi garam, setelah garam merata, ikan dijemur.
"Cara yang saya pakai masih tardisional, memang agak lama, tapi ya memang seperti itu. Garam yang digunakan juga garam makan, tidak berbahaya untuk kesehatan," jelas Fahrudi.
Hal senada diungkapkan Massadah, wanita paruh baya yang tinggal di RT 5 gang 5 tepi sungai Mahakam ini mengaku juga menggunakan cara tradisional untuk mengolah ikan asin. "Saya buat ikan asin dengan cara biasa, dibersihkan, kasih garam lalu dijemur. Biasanya buat ikan asin kalau tidak habis dijual. Bisa ikan layang,kembung. Walaupun jumlahnya sedikit, tapi pembeli lebih suka beli disini, karena terjamin pembuatannya dan dilihat sendiri, dibanding bila beli di pasar," tandas Massadah.
Ikan asin yang diproduksi di tepi sungai Mahakam ini memang tidak banyak, karena memang pembuatnya berkonsentrasi menjual ikan dalam keadaan segar. Selain keuntungan lebih besar, prosesnya juga tidak serumit membuat ikan asin.
Ikan asin yang dibuat ditepi sungai Mahakam rata-rata dapat bertahan untuk disimpan selama satu bulan dengan pengeringan sempurna. (*)
