Penelitian Goa Liangbangkai, Dihuni Manusia Sejak Ribuan Tahun Lalu
Goa Liangbangkai di Desa Dukurejo Kecamatan Mentewe merupakan wisata goa unggulan di Kabupaten Tanahbumbu.
Laporan Wartawan Banjarmasin Post, Man Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, BATULICIN - Goa Liangbangkai di Desa Dukurejo Kecamatan Mentewe merupakan wisata goa unggulan di Kabupaten Tanahbumbu.
Ternyata goa ini pernah ditinggali manusia sejak ribuan tahun lalu.
Hal ini berhasil dibuktikan peniliti dari Balai Arkeologi Kalimantan dan Geolog dari Universitas Gajah Mada (UGM) yang saat ini masih melakukan penelitian di goa tersebut.
Bahkan dua tulang rangka manusia berhasil ditemukan para peneliti.
Dipimpin Bambang Sugiyanto dari Balai Arkeologi Kalsel, bersama dengan Agus Tri Geolog dari UGM (kandidat doktor), Indah Asikin Nurani dari Balai Arkeolgi Yogyakarta, Nugroho dari balai Arkeolgi kalsel dan Abdur Rasyid dari Arkelogi kalsel.
Mereka masih melakukan penelitian dengan menggaet warga setempat.
Berbagai macam temuan telah ditemukan tim peneliti yang sudah melakukan penelitan sejak 2010.
Terungkap goa liangbangkai sudah terbentuk sekitar 500 ribu tahun yang lalu.
Batuan Goaliangbangkai diakui lebih tua daripada Jawa.
Bahkan sekitar 200 ribu tahun yang lalu, jarak pantai dengan goa hanya sekitar 5 km.
Sementara sekarang ini jarak goa dengan laut sekitar 40 km. Jadi wajar kalau banjir sering terjadi.
Untuk menghitung umur batuan bisa dilihat dari atas dan bukan dari bawah.
Karena batu yang di bawah merupakan batu yang masih muda yang sekarang bisa dilihat secara langsung oleh manusia.
Sementara penemuan dua rangka manusia, ditemukan sekitar tahun 2014.
Namun saat ini lokasinya masih ditutup karena masih dilakukan penelitian. Ditutup agar tidak ada yang masuk dan merubah posisinya.
Peneliti mengirim sampel temuan rangka manusia tersebut ke Selandiabaru.
Dari jenis kelaminnya diketahui berjenis kelamin perempuan sementara umurnya masih belum diketahui karena untuk mengetahui umur, harus masih ada kandungan Kolagennya. Namun setelah dikirim ke Selandiabaru hasilnya mengecewakan.
"Kami mau mengetahui umurnya tapi saat sudah diteliti di Selandiabaru ternyata hasilnya mengecewakan karena ternyata Kolagennya habis. Sehingga umurnya masih belum diketahui berapa tahun," kata Bambang Sugiyanto dari Balai Arkeologi Kalsel.
Penelitian masih terus berlanjut, sekarang ini DNAnya juga sedang dikirim ke Selandiabaru. Sampai saat ini pun umur tulang tersebut masih belum diketahui.
Adanya penemuan rangka manusia prasejarah itu juga didukung dengan adanya satu kebudayaan.
Ditemukan sisa makannya serta alat yang digunakan pada zaman tersebut. Saat itu masih menggunakan batu serpih yang dijadikan pisau karena belum mengenal logam.
Selain itu juga ada gambar-gambar pada dinding goa. Baik itu gambar hewan dan sejenis gambar lainnya yang berwarna hitam seperti arang. Beda dengan gambar manusia sekarang ini.
"Bahan gambarnya seperti arang dan ternyata bukan arang tapi menunjukkkan bukan dari bahan padat tapi dari bahan cair. Cuma bahan cairnya ini belum tahu apakah campuran getah atau apa serta alat digunakan untuk menggoreskan ke dinding goa. Ini PR kami," katanya.
Jadi penelitan itu tidak mudah melainkan perlu waktu bertahun-tahun untuk menyelesaikannya.
Karena di Sulawesi juga ada temuan lukisan tapi warnanya bukan hitam saja tapi juga ada warna merah.
Ditambahkan, Agus Tri yang merupakan Geolog UGM, mengatakan bahwa Goa Liangbangkai ini memang harus diselamatkan karena ini salah satu bukti gamping tertua di Indonesia.
"Ini tempat ramai dulu, kalau diibaratkan mungkin ibokotanya di sini. Makanya benar-benar harus kita jaga," kata Agus Tri.
Dari lingkungan Goa Liangbangkai ini ada sebanyak 34 goa. Sebab itu, Goa Liangbangkai ini bisa direkomendasikan untuk membuat museum. Sehingga selain wisata juga bisa melihat benda-benda pra sejarah di goa ini.
"Goa kars ini jangan sampai berubah, ini memang benar-benar harus dilindungi. Untuk rangka manusia di Goa Liangbangkai masih kami temukan dua rangka ditumpuk tapi masih belum diketahui apakah di bawahnya masih ada atau tidak. Karena kami masih belum berani menggali. Apabila sedikit saja merubah atau merusak, saya bisa dipensiunkan," tambah Bambang. (*)