Minggu, 5 Oktober 2025

Kisah Miris, Bocah Malang yang Dirantai Sang Kakek

Saat melakukan patroli, petugas kepolisian dikejutkan oleh bocah berusia 9 tahun, RP, yang ditemukan dalam kondisi kaki kanan dirantai.

Penulis: Array Anarcho
Editor: Mohamad Yoenus

Laporan Wartawan Tribun Medan, Array Argus dan Videografer Tarmizi Khusairi

TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Saat melakukan patroli, petugas kepolisian dikejutkan oleh bocah berusia 9 tahun, RP, yang ditemukan dalam kondisi kaki kanan dirantai di persimpangan Jalan HM Yamin, Gang Sado, Medan, Jumat (4/3/2016).

Korban yang tinggal di Medan Perjuangan ini diduga sudah sepekan dalam kondisi dirantai dengan dua gembok.

"Saat ditemukan oleh petugas kami bernama pak Situmorang, bocah ini kaki kanannya dirantai. Ada dua buah gembok menempel di kakinya," kata Kapolsekta Medan Timur, Komisaris BL Malau.

Saat ditemukan, kata Malau, bocah itu mengenakan pakaian lusuh dan tak terurus.

Lantaran kondisi bocah lemah, Malau pun meminta anggotanya untuk memberikan sarapan untuk korban.

"Tadinya, pakaian yang digunakan bocah ini cukup lusuh. Lalu, saya minta anggota untuk membelikan baju baru. Tadi juga sempat kami mandikan," katanya.

Setelah dimandikan, sang bocah mengaku masih ingat di mana kediamannya.

Petugas pun langsung membawa sang bocah untuk menunjukkan siapa orangtuanya.

Setelah ditelusuri, pelaku yang merantai korban adalah opung atau kakeknya sendiri.

Mengetahui informasi itu, Camat Medan Perjuangan, Dedi Jamin Putra Harahap meminta kepala lingkungan menjemput opung korban.

Setibanya di Polsek, opung korban bernama Maniur Marbun pun mengakui perbuatannya.

"Memang aku yang merantai kakinya. Aku yang tanggung jawab," kata Marbun dengan napas terengah-engah.

Marbun mengatakan, tindakan itu dilakukan lantaran RP terlalu nakal.

Selama ini, kata Marbun, RP kerap bermain internet dan bermain layang-layang.

"Ku suruh sekolah, enggak mau dia (RP). Ku suruh jaga adiknya, malah ke warnet dia. Sampai ku jemput-jemput dia ke warnet sana," kata Marbun.

Ia mengatakan, selama ini RP tinggal bersamanya.

Sejak RP kecil, Marbunlah yang membesarkan anak pertama dari empat bersaudara itu.

"Sengaja dia (RP) ku rantai biar di rumah aja. Kalau sekolah, enggak pernah mau dia," ujar Marbun.

Maniur mengatakan, selama ini RP terlalu bandel. Bahkan, selama di sekolah, dirinya kerap mendapat laporan jika sang cucu kerap tidak masuk sekolah.

"Aku malu udah dibuatnya, Pak. Gurunya bolak-balik datang ke rumah," kata Maniur.

Ia menjelaskan, tindakan yang dilakukannya itu semata-mata untuk memberikan efek jera, agar sang cucu tidak nakal lagi.

Meskipun dirantai, kata dia, tetap saja cucunya itu melawan.

"Capek kali ku kasih tahu dia (RP) ini. Ku bilang sama dia, RP, bagus-baguslah kau sekolah. Biar jadi orang (sukses) kau nanti. Gitu pun, tetap jugak main warnet di dekat rumah," kata Maniur.

Orangtua di Malaysia

Maniur mengatakan kedua orangtua cucunya itu berada di tempat terpisah.

Ibu RP, kata Maniur, berada di Malaysia.

"Mamaknya Si RP ini anakku. Mamaknya kerja di Malaysia sana. Selama ini, RP ini aku yang merawat," kata Maniur.

Ia menjelaskan, ayah RP berada di Kota Blitar, Jawa Timur.

Selama ini, kata Maniur, ayah RP tak pernah pulang ke Medan.

"Udah enggak tahu lagi aku bapaknya di mana. Yang aku tahu, bapaknya terakhir kali ada di Blitar. Jadi, mamaknya ini jumpa sama bapaknya waktu sama-sama kerja di Malaysia," ujar Maniur.

Selama kedua orangtua RP berada di tempat terpisah, Maniur yang menjaga RP dan adik-adiknya.

Kata Maniur, adik RP ada tiga orang dan masih kecil-kecil.

"Selama ini kusuruh dia jaga adik-adiknya yang masih bayi. Tapi dia sibuk main warnet terus," ungkap Maniur. (*)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved