Selasa, 30 September 2025

Mencicipi Lezatnya Beang Bit Khas Desa Adat Nehas Liah Bing Kalimantan Timur

Beang bit, makanan yang terbuat dari tepung beras. Bentuknya mirip dodol dari gula merah.

Tribunnews.com/Fransiskus Adhiyuda
Beang Bit, makanan khas warga Desa Adat Nehas Liah Bing, di Kecamatan Muara Wahau, Kutai Timur, Kalimantan Timur. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda

TRIBUNNEWS.COM, KUTAI TIMUR - Berkunjung ke Desa Adat Nehas Liah Bing, di Kecamatan Muara Wahau, Kutai Timur, Kalimantan Timur tidak hanya disuguhi keramahan penduduknya.

Para tamu pasti akan disuguhi makanan khas setempat yakni beang bit.

Apakah itu?

Beang bit, makanan yang terbuat dari tepung beras. Bentuknya mirip dodol dari gula merah.

Cara memasaknya pun hampir sama dengan membuat dodol. Yakni dicampur dengan santan kelapa.

Setelah adonan menyerupai dodol, baru dibungkus dengan daun pisang dan di kukus sebentar.

Apa rasanya?

Tribunnews.com yang berkesempatan mengunjungi Desa Adat Nehas Liah Bing, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, Kamis (6/12/2018) mencoba mencicipinya.

Ketika mampir di mulut, beang bit menyerupai dodol yang tenar di wilayah pulau Jawa. Gurih dan sangat lezat.

Baca: Panorama Alam Desa Adat Sendi Mojokerto yang Mempesona, Sayang Tak Diakui Pemprov Jatim

Adonannya pun tidak terlalu lembek. Sehingga saat digigit kekenyalannya pas lembut dimulut.

Aroma daun pisang pun terasa menyerap dimakanan berwarna merah ini. Rasa manis dari gula merah ini pun semakin menambah cita rasa makanan khas suku Dayak Wehea.

Selain beang bit, suguhan yang patut dicoba yakni lemang.

Rasa lemang di Wehea tak berbeda dengan yang ada di Jawa.

Cara membuatnya pun sama yakni dari nasi ketan yang dimasak khusus di dalam bumbung bambu.

Baca: Airin Rachmi Diany Membisu Saat Ditanya Soal Suami Bersama Artis di Hotel Bandung

Sajian beang bit dan lemang biasa disajikan masyarakat desa adat Nehas Liah Bing untuk menjami tamu yang berkunjung kesana.

Selain itu, beang bit dan lemang juga disajikan saat Lom Plai artinya pesta atau dalam bahasa kutai biasa disebut sebagai Erau.

Lom Plai artinya pesta syukur panen.

Lom Plai dilaksanakan setahun sekali oleh masyarakat Suku Wehea setelah melakukan panen padi.

Kepala Adat Wehea Ladjie Taq mengatakan, acara Lom Plai dilaksanakan saat puncak musim panen antara bulan Maret-April setiap tahunnya.

“Lom Plai itu terdiri dari banyak sekali ritual, yang seluruhnya adalah penghormatan dan ungkapan syukur kami kepada Yang Maha Kuasa atas segala nikmat yang sudah diturunkannya, terutama nikmat atas panen padi yang baik dan melimpah. Juga harapan agar musim tanam berikutnya juga sebaik sekarang atau lebih lagi,” kata Ladjie Taq kepada Tribunnews, Jumat (7/12/2018).

Puncak acara panen raya dinamakan “Embob Jengea”, yaitu ritual memasak lemang dan beang bit, dan diakhiri dengan tarian Hudoq.

Keindahan Alam Hutan Lindung Wahea

Bersama HII, Tribunnews akan mengeksplor kekayaan Hutan Lindung Wahea.

Hutan Lindung Wehea memiliki seluas 38 ribu hectare yang dihuni satwa liar seperti orangutan, beruang madu, macan dahan, burung enggang, dan kera uban yang dijaga oleh penduduk sekitar hutan.

Setiap tahun sehabis panen, warga Dayak Wehea mengadakan Pesta Adat Lom Plai untuk merayakan kehadiran Long Diang Yung, Dewi Padi, yang telah mengorbankan diri saat Wehea dilanda kekeringan ribuan tahun silam.

Long Diang Yung dipercaya membawa kemakmuran dan kesejahteraan bagi manusia.

Tak hanya terdapat hutan lindung yang menjadi warisan leluhur, di Nehas Liah Bing juga terdapat hutan ekowisata dan hutan pendidikan.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved