Selasa, 7 Oktober 2025

Wisata Jateng

Melihat Jejak Perjuangan Indonesia di Museum Mandala Bhakti Semarang

Melihat koleksi di museum ini, rasa cinta anda akan tanah air dan bangsa pasti semakin kuat.

Editor: Mohamad Yoenus
Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan
Pengunjung saat melihat senjata di Museum Perjuangan Mandala Bhakti Semarang. 

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Rika Irawati

TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Datanglah ke Museum Perjuangan Mandala Bhakti Semarang untuk membuktikan pepatah "bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya".

Melihat koleksi di museum ini, rasa cinta anda akan tanah air dan bangsa pasti semakin kuat.

Museum yang berada di sisi selatan bundaran Tugu Muda atau di Jalan Mgr Sugiyopranoto No 1, Kota Semarang, ini menyimpan bukti perjuangan TNI merebut kemerdekaan dari tangan penjajah serta peran serta TNI dalam misi perdamaian dunia.

Masing-masing koleksi, berupa data, dokumentasi, benda-benda bersejarah, ditempatkan di beberapa ruangan.

Di ruangan Jatmu (senjata dan amunisi) misalnya, tersimpan berbagai senjata untuk mempertahankan dan menjaga keamanan Indonesia.

Koleksi senjata
Koleksi senjata di Museum Perjuangan Mandala Bhakti Semarang. (Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan)

Mulai bambu runcing, keris, rencong, tombak, busur, sampai senjata modern seperti pistol, senjata mesin berat, dan senjata pelontar.

Di ruang lain, di ruang Gamad (Seragam Angkatan Darat), dipajang beragam pakaian bukti sejarah.

Mulai pakaian dari goni, seragam PETA (Pembela Tanah Air), Heiho (pasukan bentukan Jepang yang berisi warga Indonesia di masa Perang Dunia II), BKR (Badan Keamanan Rakyat), TKR (Tentara Keamanan Rakyat), TNI, seragam tentara asing, juga pakaian dinas polisi militer dan kowad.

"Semua pakaian yang ada di sini asli yang dulu dipakai dan diawetkan sampai sekarang," ujar pemandu museum Mandala Bhakti, Gandung Raharjo.

Museum Perjuangan
Pengunjung melihat seragam tentara dan pembela zaman dulu di Museum Perjuangan Mandala Bhakti. (Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan)

Sementara di ruang Peristiwa, tersimpan catatan sejarah berbagai peristiwa perjuangan di tanah air.

Di antaranya, pertempuran lima hari di Semarang, serangan umum Surakarta, pertempuran di Magelang, dan pertempuran di kota lain.

Di bagian lain museum, terdapat ruang Pelestarian Ruang Kerja Pangdam. Ruangan ini digunakan sebagai ruang Panglima Kodam (Pangdam) dari waktu ke waktu.

Ada lagi ruang Satsikmil (satuan musik militer) yang berisi alat musik yang digunakan militer.

"Di sebelahnya ada ruangan Laswi atau Laskar Wanita Indonesia. Ruangan ini berisi barang-barang yang menggambarkan bagaimana laskar wanita melawan penjajah dalam perjuangan Indonesia," ujar Gandung.

Satu lagi ruangan yang tidak kalah penting, ruang Unit Dapur Umum. Di ruangan ini digambarkan dapur umum pada masa penjajahan dulu.

Kendi
Kendi zaman dulu di Museum Perjuangan Mandala Bhakti. (Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan)

Peralatan memasak yang digunakan masih berupa tungku. Sementara di ruang Cacat Veteran, tersimpan alat-alat kesehatan yang pernah digunakan veteran yang mengalami cacat akibat membela negara.

"Alat-alat ini yang mengumpulkan almarhumah Ibu Tien Soeharto," ujar Gandung.

Gedung museum sendiri terlihat megah. Gandung menjelaskan, gedung dua lantai itu dibangun Belanda sekitar tahun 1906. Awalnya, berfungsi sebagai Pengadilan Tinggi Belanda.

"Saat Belanda berhasil dijatuhkan Jepang, gedung ini digunakan sebagai markas militer Jepang, Kenpetai. Itu sekitar tahun 1942," katanya.

Museum Perjuangan
Museum Perjuangan Mandala Bhakti. (Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan)

Pasca-kemerdekaan RI, tepatnya mulai tahun 1950, lahan seluas 1 hektare tersebut digunakan sebagai Markas Besar Komando Wilayah Pertahanan II Kodam IV/Diponegoro.

Resmi menjadi museum perjuangan Mandala Bhakti Semarang yang dibuka untuk umum tahun 1987.

Museum dua lantai ini dibuka dari Selasa-Jumat, mulai pukul 08.00-14.00. Kunjungan individu tidak dipungut biaya.

Sementara, kunjungan rombongan dikenai biaya untuk dana pelestarian gedung. Gandung berharap, sebelum datang berombongan, pengunjung memberi tahukan rencana kunjungan.

Akan tersedia pemandu untuk menemani perjalanan anda keliling museum.

"Begitu ada museum perjuangan ini, saya ajak anak-anak ke sini. Saya berharap, mereka tahu dan tertarik akan pembelaan negara," ujar Qairanawali, pengunjung asal Medan.

Tank
Tank di Museum Perjuangan Mandala Bhakti. (Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan)

Qairanawali yang mengetahui keberadaan Museum Perjuangan Mandala Bhakti dari mesin pencari di dunia maya itu memang ingin, satu dari ketiga buah hatinya tertarik terjun di dunia militer.

Museum Perjuangan Mandala Bhakti tidak hanya menyimpan barang bersejarah. Tempat ini diharapkan juga dapat mempererat TNI dan masyarakat.

Itu sebabnya, warga boleh menggunakan halaman museum untuk menggelar berbagai acara. Mulai pameran sampai konser.

Anda yang tengah berada di Semarang bisa mencapai museum ini menggunakan Bus Rapid Transit (BRT).

Dari Bandara Ahmad Yani Semarang atau Dari kawasan Simpanglima, anda bisa naik BRT seharga Rp 3.500 dan transit di shelter depan Balaikota Semarang.

Selanjutnya, berganti BRT Koridor II arah Sisemut Ungaran dan turun di shelter Domenico atau Katedral. Dari shelter ini, anda cukup berjalan sekitar 100 meter ke arah Tugu Muda. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved