Wisata Jateng
Menaklukkan Gunung Merbabu, Jateng, Pemandangannya Bikin Rindu Para Pendaki
Angin yang bertiup turut serta membawa kabut menjauh dari puncak Syarif. Gerakan kabut itu justru memberi pemandangan yang membuatku kagum.
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Rival Almanaf
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Gunung Merbabu secara administratif berada di empat kabupaten, yakni Kabupaten Magelang, Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali dan Kota Salatiga.
Bukan sekadar karena ketagihan menyusuri jalur terjal menuju puncak, pemandangan indah yang ditawarkan selalu membuat orang kangen menikmati.
Untuk menuju jalur pendakian, kami dari Kota Semarang harus menempuh perjalanan sekitar dua jam naik motor menuju Pos Wekas di Kabupaten Magelang.

Memandang hamparan hijau menjernihkan pikiran dari penatnya pekerjaan. (Tribun Jateng/Rival)
Setelah menitipkan sepeda motor dan membayar jasa penitipan Rp 5.000 per motor kami pun bersiap.
Untuk jasa penitipan mobil di pos Wekas, Anda akan dipungut biaya Rp 10.000 per mobil.
Tepat pukul 17.00 kami berangkat mendaki dari Pos Wekas. Butuh waktu delapan jam untuk mencapai puncak.
Medan pendakian dari Pos Wekas hingga camping ground di pos kedua tidaklah terlalu sulit.
Kami masih bisa melalui jalur tersebut tanpa sering berhenti untuk melepas lelah.
Namun, di perjalanan, hujan mulai mengguyur. Sesampai di pos dua, sekitar pukul 21.00, kami memutuskan mendirikan tenda.
Apalagi, angin yang bertiup cukup kencang dan badai mulai menyapa. Sambil istirahat, kami berharap badai segera berlalu sehingga perjalanan kami bisa berlanjut.
Hingga pukul 02.00 keesokan hari, badai tak juga reda. Angin kencang masih bertiup, bahkan disertai kabut pekat.
Meski begitu, kami nekat melanjutkan perjalanan dengan harapan, di puncak kondisi lebih tenang.
Jalur dari pos dua menuju puncak terasa semakin terjal. Tanjakan yang memiliki kemiringan hingga 80 derajat sesekali kami temui.
Kami pun harus memanjat untuk bisa melewati jalur tersebut.
Perjuangan ekstra keras harus kami lakukan saat harus melewati Jembatan Setan. Kami harus melalui jalur ini lewat cara merambat dinding dan harus bergantian.
Beruntung, meski saya termasuk pemula, beberapa teman-teman di rombongan terbiasa mendaki jalur ini.
Saya pun merasa aman asal tetap memerhatikan peringatan mereka.
Sebenarnya, hempasan angin kencang bercampur kabut lembap cukup membuat hati berdebar.
Apalagi, jalur pendakian menjadi sedikit licin saat dipanjat.
Meski begitu, tekad mencapai puncak membuat kami tetap bersemangat melanjutkan perjalanan.
Ada dua puncak di Merbabu, yakni puncak Syarif yang memiliki ketinggian 3.119 meter dan puncak Kenteng Songo berketinggian 3.142 meter.
Karena cuaca yang kurang bersahabat, kami memutuskan berhenti di Puncak Syarif.
Sekitar pukul 05.30, kami tiba di puncak ini. Rasa sesal sedikit menyelip lantaran gagal melihat sunrise yang terhalang cuaca buruk.
Namun, rasa sesal itu tak berlangsung lama. Saat beristirahat di puncak, sedikit demi sedikit cuaca cerah mulai menyapa.
Angin yang bertiup turut serta membawa kabut menjauh dari puncak Syarif.
Gerakan kabut itu justru memberi pemandangan yang membuatku kagum.
Awan seolah-olah menari, membelai lereng dan tebing sebelum akhirnya hilang digantikan kabut yang mengulang gerakan-gerakan sebelumnya.
Puas menikmati tarian awan, kami mengeluarkan logistik. Menikmati makanan sambil memandang hamparan rumput hijau cukup menjernihkan pikiran dari penatnya pekerjaan.
Sekitar pukul 09.00, kami memutuskan turun gunung dan siap menghadapi rutinitas. Tentu saja, dengan semangat baru. (*)