Wisata Sumsel
Pulau Maspari di Ujung Timur Sumsel, Surga yang Masih Perawan dan Butuh Sentuhan
Siapa sangka Sumatera Selatan yang dibenak banyak orang adalah daerah banyak rawa itu, ternyata tersembunyi Pulau Maspari yang elok memesona.
Laporan Reporter Sriwijaya Post, Deryardli Tiarhendi
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Surga tersembunyi dan belum dipoles ada di berbagai titik lokasi di Sumatera Selatan (Sumsel).
Ya, siapa sangka Sumsel yang dikenal sebagai daerah rawa, ternyata memiliki sebuah pulau yang indah yang masih terbilang 'perawan' yang belum dipoles.
Batu karang besar, pasir putih dan air laut nan biru jadi daya tarik pulau yang berada di paling timur Sumsel itu.
Perjalanan menuju Pulau Maspari diawali dengan berkendara dari Kota Palembang menuju Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).
Pesona Pulau Maspari
Jaraknya hanya sekitar 70 kilometer, namun kondisi jalan yang rusak memaksa pengendara menempuh waktu sekitar tiga jam bahkan lebih.
Dari pusat daerah Tulung Selapan yang menjadi cikal bakal ibu kota kabupaten baru bernama Pantai Timur itu, hanya butuh waktu kurang dari 15 menit menuju Dermaga Selapan.
Banyak speedboat berjejer.
Warga setempat memang menjadikannya transportasi utama menuju desa lain di muara.
“Kami menyebutnya taksi,” kata Mamad, salah sopir speedboat.
Ia dan beberapa sopir speedboat lain mematok harga Rp 120 ribu ke Desa Simpang Tiga Makmur, kampung yang berada di muara, sekitar tiga jam dari Dermaga Selapan.
Namun mereka juga melayani penyeberangan ke Toboali, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel).
Tarifnya Rp 250 ribu per orang. Untuk menuju Toboali membutuhkan waktu sekitar 4,5 jam.
“Dari Dermaga Selapan ke muara butuh waktu tiga jam. Sedangkan dari muara ke Pulau Maspari butuh waktu sekitar 1,5 jam,” ujarnya.
Namun belum ada transportasi yang mengarah ke pulau tersebut.
Sopir speedboat enggan untuk berlabuh mengantar penumpang ke Maspari, karena karang mengelilingi pulau.
Rp 5 JUTA SEKALI JALAN
Orang luar yang ingin sengaja ke Pulau Maspari harus merogoh kocek cukup dalam.
Sekitar Rp 5 juta sekali Pergi-Pulang (PP) naik speedboat yang bisa menampung 20 orang.
Harga solar bersubsidi yang mahal di tingkat eceren menjadi penyebab sopir mematok harga selangit.
“Dari Dermaga Selapan ke Pulau Maspari butuh 20 kaleng solar. Tiap kaleng berisi 20 liter dan san satu liter harga Solar di sini dijual Rp9.000,” kata Camat Tulung Selapan, H Z Aripanani HB.
Namun perjalanan jauh menggunakan speedboat 150 PK dan ongkosnya yang mahal terbayar ketika menginjakkan kaki di Pulau Maspari.
Jembatan dermaga tua di arah Timur pulau, batu karang berwarna hitam pekat dan pasir putih mampu melenyapkan sesak ketika di dalam speedboat selama perjalanan.
Hanya ada empat bangunan di sana, yang dulunya dijadikan tempat pembibitan udang oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel, namun gagal pada tahun 2004-2009.
Hatchery atau pembibitan benih ketika itu mampu memproduksi 6 juta ekor, untuk dikembangkan oleh petani tambak dari Desa Sungai Kong, Sungai Pasir, Sungai Sibur, Desa Simpang Tiga Makmur dan Desa Simpang Tiga Jaya di Sungai Perade.
Pasir Putih Buntut Ikan Pari
Berada di tengah-tengah pulau seluas 25 hektar, terdapat dua pohon dengan lingkar batang yang bisa dipeluk oleh tiga orang.
Bagian Barat pulau terdapat pasir putih yang menjorok keluar ke arah laut. Bentuknya panjang dan sedikit melengkung, dan dari sana lah nama pulau disebut Maspari.
“Ada pasir putih yang berbentuk buntut ikan Pari. Makanya diberi nama Maspari oleh penduduk terdahulu,” ujar pak Camat.
Ia menceritakan, Maspari menjadi pulau terluar di Sumsel.
Perjalanan menuju Pulau Maspari pakai speedboat
Karena pada tahun 1999-2000, ketika Provinsi Kepulauan Babel memisahkan diri, Pulau Maspari menjadi milik Sumsel.
Dari pengurus Maspari bernama Kelik yang sesekali datang mengatakan, pulau itu dikelilingi oleh banyak ikan kakap dan kerapu.
Bahkan Pulau Maspari menjadi tempat favorit Penyu Sisik untuk bertelur.
Menurutnya, hewan bernama latin Eretmochelys dan Imbricata itu bisa membuat 10 sarang saat musim kawin.
“Satu sarang bisa menghasilkan 150 ekor penyu sisik. Kita menjaga telur-telur itu tetap aman sampai menetas. Tapi beberapa telur dari dua sarang dijual sebagai upah,” ujarnya.
Pulau Maspari kini menjadi perhatian Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel. Namun beberapa kendala dihadapi seperti, sumber energi listrik utama selain genset, dan biaya mobilisasi yang mahal dan tidak ekonomis bila ingin dikunjungi.
GUBERNURNYA SAJA BARU TAHU
Gubernur Sumsel, H Alex Noerdin ternyata baru tahu jika Bumi Sriwijaya punya pulau yang menarik untuk dikembangkan.
“Lebih dari enam tahun jadi Gubernur Sumsel, tapi baru tahu kalau kita ada pantai. Pulau ini akan kita kembangkan sebagai Hatchery Udang Windu dan konservasi Penyu Sisik agar bermanfaat bagi masyarakat sekitar,” kata Alex.
Menginjakkan kaki ke Pulau Maspari memang mengesankan.
Selain karena pantainya yang masih perawan, tempatnya cukup terisolir sehingga pas untuk keluar sejenak dari kepenatan aktivitas sehari-hari di kota.
Pulau Maspari dari kejauhan
Namun untuk tiba di sana membutuhkan perjuangan. Tiga jam jalur darat yang berlubang, tiga jam menuju muara menggunakan speedboat 150 PK, ditambah 1,5 jam berada di laut lepas tanpa jaket pelampung.
Sangat menegangkan.
Tak ada yang bisa menjamin keselamatan.
Bahkan sopir taksi speedboat kawakan yang meliuk-liukan kapalnya mengikuti lengkungan saat berada di sungai pun, tetap mengingatkan bahayanya.
Apalagi melawan ombak di Laut Jawa ketika menuju Pulau Maspari.
Alex menegaskan, desain speedboat harus segera diubah untuk keamaan.
Menurutnya kondisi speedboat sekarang ini membuat penumpang di dalamnya berebutan keluar, saling sikut dan injak ketika kapal terbalik.
Desain menjadi faktor kedua.
Yang pertama dan paling penting menurutnya adalah jaket pelampung harus tersedia di setiap speedboat.
Baik itu yang melayani pelayaran di sungai maupun laut.
Alex tak ingin kejadian serupa terulang lagi.
"Desain dan tak ada pelampung, kondisi speedboat sekarang ini seperti peti mati," sebutnya.
Ia pun berencana mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub) yang mengatur keselamatan penumpang kapal.
"Akan dibuat juga manifest penumpang seperti pesawat terbang. Identitas orang yang naik harus dicatat," tambahnya.