Cici Palugada, Content Creator Hidupkan Potensi Pasar Tanah Abang Lewat Digitalisasi di Era Pandemi
Cerita content creator sekaligus influencer, Cici Palugada dari Tanah Abang. Berawal dari keresahan turunnya pembeli saat pandemi.
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pandemi virus corona (Covid-19) yang telah berlangsung selama lebih dari 2 tahun telah mendorong para pelaku bisnis konvensional mulai 'go digital'.
Perlu diketahui bahwa banyak sektor yang terseok akibat pandemi yang hingga kini masih belum berakhir.
Satu di antara begitu banyak bisnis yang sempat melesu adalah industri pakaian di Pasar Tanah Abang.
Banyak pedagang yang biasa menjual produk busananya secara konvensional, harus merasakan 'pahitnya dampak pandemi menampar perekonomian mereka'.
Namun seiring waktu, di era disrupsi digital ini, tentunya ada banyak cara alternatif yang dapat digunakan sebagai upaya untuk bangkit dari keterpurukan.
Baca juga: Fokus Jadi Content Creator, Mantan Buruh Pabrik Sukses Tingkatkan Penghasilan dan Wujudkan Impian
Kehadiran teknologi dan inovasi kini turut dimanfaatkan secara optimal oleh para pedagang ini.
Melalui keberadaan content creator maupun influencer, para pedagang Pasar Tanah Abang pun kini merasa terbantu dalam publikasi maupun penjualan produk.
Karena peran content creator maupun influencer ini bisa membawa produk mereka dikenal luas melalui berbagai platform, mulai dari Instagram hingga YouTube.
Salah satu content creator sekaligus influencer, Cici Palugada dari Tanah Abang mengatakan bahwa ada begitu banyak pedagang Pasar Tanah Abang yang menyampaikan 'keresahan dan kekhawatiran' mereka terkait turunnya penjualan selama masa pandemi.
Karena pandemi memaksa semua orang untuk tetap diam di dalam rumah dan membatasi aktivitas di luar rumah.
Hal ini membuat para pedagang konvensional yang selalu berjualan secara offline pun tidak mendapatkan pemasukan yang biasa mereka peroleh sebelum pandemi.
"Cici Palugada hadir sebagai jawaban akan keresahan para pedagang garmen dan tekstil di tanah air, khususnya di Tanah Abang, ketika pandemi melanda dunia," ujar Cici Palugada, saat ditemui Tribunnews di Kapitan Lim, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (1/12/2022) siang.
Baca juga: Keluarga Jadi Korban Gempa Cianjur, Selebgram Rea Wiradinata Langsung Mudik
Wanita kelahiran 20 Juli 1986 ini kemudian menjelaskan bahwa terjadi pergeseran kebiasaan saat pandemi terjadi.
Banyak konsumen yang enggan keluar rumah, dan ini tentu membuat kondisi pedagang Pasar Tanah Abang yang biasa ramai pembeli menjadi 'melesu'.
Bahkan pandemi juga memunculkan beragam penipuan online yang mengatasnamakan toko offline di berbagai platform.
"(Cici hadir) saat banyak orang yang tidak bisa berpergian, kondisi pasar yang tak menentu, berkurangnya pendapatan akibat pandemi, menjamurnya sosial media baik yang riil maupun yang bertujuan jahat," tegas Cici Palugada.
Influencer yang memiliki nama asli Lysa ini menjelaskan bahwa content yang ia produksi untuk para pedagang Pasar Tanah Abang ini biasanta terkait review toko maupun produknya.
Hal ini menurutnya sangat penting untuk menjadi bukti valid kepada masyarakat yang hendak membeli produk di Pasat Tanah Abang bahwa toko tersebut memang ada dan produknya pun memiliki kualitas baik.
Karena saat ini banyak akun penipuan di berbagai platform yang mengatasnamakan toko para pedagang.
Lalu reviews seperti apa yang dilakukan Cici Palugada?
Sebelum melakukan review, biasanya ia akan melakukan survey dengan berkeliling melihat toko yang menarik untuk dikulik lebih dalam terkait produknya.
Menurutnya ada dua segmen pasar yang dibidik, yakni mereka yang memilih untuk membeli produk murah dan mahal.
Dua segmen pasar ini, kata dia, tetap memiliki peminat, karena ada beberapa pertimbangan yang mungkin menjadi dasar mereka membeli produk tersebut.
Kendati demikian, Cici Palugada menekankan bahwa dirinya akan melakukan review sesuai dengan apa yang dilihat dan material serta desain seperti apa yang digunakan pada produk tersebut.
Terkait produk murah maupun mahal, tentunya ada kualitas yang sebanding dengan harga yang ditawarkan.
"Aku biasanya survey, ada kurasi, jadi misalnya kalau kita datang ke Tanah Abang sendiri, fashionnya kan banyak. Ada yang murah-murah, barang murah, tetap ada pasarnya."
"Kalau kita ngomongin barang murah, kualitasnya pasti sesuai dengan harga. Ada juga yang memang harganya mahal tapi kualitasnya memang bagus," papar Cici Palugada.
Terkait review toko maupun produknya, biasanya sebelum menggarap konten, Cici akan mengusung konsep tertentu kemudian disampaikan kepada pedagang yang akan dilakukan review.
Hal ini terkait pada jenis produk yang mau digaungkan untuk menjadi signature dari toko tersebut, apakah toko tersebut berfokus pada produk Korean Look, atau modestwear maupun daily wear.
Namun nyaris semua produk di Pasar Tanah Abang merupakan produk ready to wear.
"Jadi survey itu saya datang saya bilang 'oh kamu mesti angkat ini', jadi kita benar benar kemas bagus sih," tutur Cici Palugada.
Melalui review produk berdasar pada range harga yang ditawarkan, ia menekankan bahwa calon konsumen akan mengetahui detail produk yang hendak mereka beli.
Baik itu dari material kain, cuttingan maupun design pattern yang digunakan.
"Kita harus lihat, misalnya harga bajunya lumayan nih harganya tingi, tapi kan sesuai dengan kualitas, itu kita tunjukin direviewnya," tegas Cici Palugada.
Lalu tren busana seperti apa yang tengah membanjiri Pasar Tanah Abang saat ini?
Cici Palugada menyebut bahwa saat ini pattern shirt yang menampilkan gambar sablon tengah hype di Pasar Tanah Abang.
Namun tentunya ia akan melakukan review berdasar pada penggolongan kualitas produk, karena pattern shirt ini banyak ragamnya.
Review ini ia anggap sangat penting, karena konsumen pun memiliki beragam aspek pertimbangan sebelum membeli suatu produk.
"Sekarang kaos-kaos sablon itu kan ramai ya, itu banyak banget tipenya, ada yang mahal, ada yang murah. Kalau yang murah, tetap ada pasarnya," kata Cici Palugada.
Ada yang membeli berdasarkan harga, namun ada pula yang membeli berdasarkan kualitas suatu produk.
Oleh karena itu, dalam konten video yang ia buat, dirinya akan menjelaskan detail look dari produk tersebut.
"Misalnya satu baju ini ada yang Rp 80 ribu, tapi kualitas kaosnya lebih baik misalnya, nah itu yang kita tonjolkan dong, kenapa mahal, kenapa harganya segitu, karena kualitasnya abcd misalnya, kualitasnya bahannya sablonnya. Tapi ada juga yang bajunya cuma Rp 20 ribu, nggak dibilang jelek, memang sebanding itu tadi (harganya)," tegas Cici Palugada.
Terkait kontennya, ia tidak membatasi segmentasi client yang dibidik, hal itu karena tiap pedagang tentu ingin produknya turut dikenal secara luas agar konsumennya pun berdatangan dari berbagai penjuru.
Cici pun mengakui bahwa ada sebagian clientnya yang menawarkan produk murah, namun saat melakukan review produk, tentunya ia akan menampilkan sisi menarik dari produk tersebut, sehingga menarik minat para calon konsumen.
"Kalau mereka misalnya barangnya murah mau dipromosiin ya nggak apa-apa, karena tetap ada pasarnya kok," papar Cici Palugada.
Dirinya pun menjelaskan bahwa keberadaan Cici Palugada ini hanya untuk membantu psra pedagang Pasar Tanah Abang untuk 'sounding' keberadaan mereka itu ada dan memang 'trusted seller'.
"Jadi ibaratnya kita itu cuma platform, dan saya Cici Palugada itu hanya membantu menyampaikan apa yang harus didagangkan, produk apa, toko kalian di mana, itu Palugada membantu untuk menyampaikan," tutur Cici Palugada.
Dari berbagai review yang ia lakukan di pasar itu, sudah banyak konsumen yang berdatangan dari berbagai kota di tanah air, beberapa diantaranya Makassar, Medan dan sederet kota lainnya.
Mereka biasanya datang untuk mencoba peruntungan menjadi pebisnis pemula, dengan modal minim.
Oleh karena itu, keberadaan kontennya ini diperlukan untuk mencegah terjadinya penipuan bagi mereka yang hendak membeli produk untuk kembali dijual.
"Sekarang banyak aku bodong yang mengatasnamakan toko di Tanah Abang. Terus pada saat yang sama, banyak juga yang mau mulai berdagang, itu biasanya dari kota-kota lain, modalnya bahkan ada yang kecil. Kan kasihan kalau ketipu, padahal sudah mengumpulkan uang untuk modal," tegas Cici Palugada.
Terkait rate yang ditetapkan tim Cici Palugada untuk membuat tiap konten dari berbagai toko di pasar grosir terbesar se-Asia Tenggara itu, ia menyebut angkanya berkisar dari Rp 500 ribu hingga Rp 1 jutaan.
Angka ini tergolong 'terjangkau' dengan konten yang tayang secara 'limitless' di akun social media Cici Palugada.
"Kalau aku yang datangin itu toko untuk minta review, ya gratis, mereka nggak perlu bayar. Tapi kalu mereka yang minta untuk direview, biasanya kita kasih (fee rate) mulai Rp 500 ribu sampai Rp 1 jutaan," pungkas Cici Palugada.
Cici Palugada sebelumnya bekerja sebagai Marketing toko-toko di Tanah Abang sejak 2008.
Inilah yang membuatnya banyak dikenal pedagang di Tanah Abang.
Melalui berbagai video dan feed yang telah ditampilkan dalam akun Instagram @cici_palugada, @palugada.tenabang dan @palugada_extra, ia berharap pedagang garmen maupun tekstil di berbagai daerah merasa aman dan nyaman untuk bertransaksi secara online dengan toko-toko di Pasar Tanah Abang yang telah diverifikasi maupun direview. (*)