Senin, 6 Oktober 2025

Masuki Era Metaverse, Motivator hingga Politisi Saling Berlomba Ciptakan Dunia Virtual Baru  

alam dunia Metaverse, orang menggunakan avatar untuk mewakili diri mereka sendiri, berkomunikasi satu sama lain dan secara virtual membangun komunitas

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
Capture zoom meeting
Motivator Arvan Pradiansyah dalam virtual press conference 'Happiness on Metaverse', Minggu (9/10/2022). 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Metaverse saat ini dianggap sebagai evolusi berikutnya dari internet dan dikenal sebagai suatu teknologi Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) yang memungkinkan setiap orang untuk berinteraksi secara virtual dengan orang lain.

Istilah ini dikenal setelah jejaring sosial Facebook mengubah nama perusahaannya menjadi Meta pada Oktober 2021.

Perusahaan mengumumkan rencana untuk menghabiskan 10 miliar dolar Amerika Serikat (AS) untuk teknologi demi membangun visinya tentang metaverse.

Karena dianggap sebagai evolusi selanjutnya dari internet, maka Metaverse akan mengambil banyak bentuk, termasuk game, komunitas online, dan pertemuan bisnis di mana orang-orang berkolaborasi melalui faksimili digital atau avatar diri mereka sendiri.

Lalu apa itu Metaverse?

Dikutip dari laman www.techtarget.com, Senin (10/10/2022), konsep Metaverse bukan merupakan hal yang baru dan pertama kali dijelaskan dalam novel Snow Crash yang dipublikasikan pada 1992.

Beberapa perusahaan kemudian mengembangkan komunitas online berdasarkan konsep tersebut, terutama Second Life, yang dirilis pada 2003.

Baca juga: Sambut Metaverse,  Lenovo Rilis Headset Thinkreality VRX

Dalam dunia Metaverse, orang menggunakan avatar untuk mewakili diri mereka sendiri, berkomunikasi satu sama lain dan secara virtual membangun komunitas.

Mata uang digital pun digunakan dalam Metaverse untuk membeli pakaian atau senjata dan perisai terkait video game dan banyak barang lainnya.

Para pengguna juga dapat melakukan perjalanan virtual melalui Metaverse untuk hanya sekadar bersenang-senang tanpa tujuan menggunakan headset dan pengontrol realitas virtual.

Novel Snow Crash lebih merupakan pandangan dystopian tentang masa depan dan tidak menempatkan Metaverse secara positif.

Penulisnya, Neal Stephenson menciptakan istilah Metaverse sebagai semacam internet berbasis realitas virtual generasi berikutnya.

Salah satu cara untuk mencapai status dalam Metaverse ala Stephenson adalah dengan keterampilan teknis, yang diwakili oleh kecanggihan avatar pengguna.

Ready Player One yang ditulis oleh Ernest Klein adalah novel lain yang membantu mempopulerkan ide Metaverse.

Novel tersebut kemudian dibuat menjadi film yang disutradarai oleh Steven Spielberg.

Novel fiksi ilmiah dystopian 2011 diilustrasikan seolah berlatar tahun 2045, di mana orang-orang melarikan diri dari masalah yang mengganggu di Bumi dengan memasuki dunia virtual yang disebut The Oasis.

Pengguna mengakses dunia menggunakan pelindung realitas virtual dan sarung tangan haptic yang memungkinkan mereka untuk mengambil dan menyentuh objek di lingkungan digital.

Bagaimana dampak Metaverse di Indonesia saat ini?

Saat ini, Metaverse memang mulai dikenal oleh sebagian masyarakat Indonesia yang memiliki ketertarikan dengan perkembangan teknologi.

Menariknya, Metaverse ini juga telah digunakan beberapa komunitas untuk hanya sekadar berinteraksi, berbagi motivasi hingga berjualan.

Baca juga: Susul Nissan dan Toyota, Renault Hadirkan Pengalaman Otomotif ke Dunia Virtual Metaverse

Nah, saat ini berbagai jenus kegiatan berbasis virtual ala Metaverse ini turut digaungkan oleh lintas sektor, termasuk cafe dan media, seperti Myriad.town, Kudapan, Coffee Depresso, ILM and Netizen United @RPK 96.30 FM.

Penjual Coffee Depresso, Hariadhi mengklaim bahwa event yang digagas pihaknya ini merupakan event Metaverse pertama di dunia yang menghadirkan motivator handal hingga politisi yang akan memberikan obrolan menarik setiap harinya.

"Kita berani klaim bahwa ini event Metaverse pertama yang menghadirkan motivator-motivator pertama di dunia yang mau masuk ke Metaverse, kemudian politikus pertama yang serius menggarap Metaverse, konsultan," jelas Hariadhi, dalam virtual press conference Happiness on Metaverse, Minggu (9/10/2022).

Selain itu ada pula cafe yang berjualan kopi atau komoditas secara fisik, namun bukan hanya berbentuk virtual saja.

"Kita akan bereksperimen bagaimana menjual komoditas fisik mulai dari hulu sampai hilir, mulai dari petani sampai ke tangan pembeli. Semuanya akan melibatkan blockchain, melibatkan cryptocurrency, dan juga melibatkan NFT, totally blockchain," kata Hariadhi.

Konsep resepsi pernikahan metaverse ala Oscar dan Erlinda, mempelai asal Yogyakarta (kiri), dan pernikahan metaverse di India (kanan).
Konsep resepsi pernikahan metaverse ala Oscar dan Erlinda, mempelai asal Yogyakarta (kiri), dan pernikahan metaverse di India (kanan). (Istimewa via TribunJogja.com, Tangkap layar dari Business Insider)

Untuk media, ada pula Radio Pelita Kasih (RPK) yang turut ambil bagian dalam keseruan di Metaverse.

Nantinya, kata dia, akan ada event setiap harinya yang menyajikan obrolan-obrolan seru dengan para pembicara.

Motivator Arvan Pradiansyah membeberkan alasan mengapa dirinya mau ikut ambil bagian dalam event ini.

Ia berharap dapat memberikan inspirasi bagi motivator lainnya untuk turut bergabung menjadi motivator di dunia Metaverse. 

"Saya berharap mudah-mudahan setelah saya, ada banyak juga motivator yang bisa masuk ke Metaverse. Jadi mudah-mudahan saya bisa mengawali, memberi inspirasi pada para motivator yang lain supaya juga menginspirasi dunia Metaverse," tegas Arvan.

Terkait event ini, Hariadhi menyebut perbincangan pertama akan diisi oleh politisi PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko yang sebelumnya telah memaparkan konsep Metaverse Nusantara.

"Pembicara pertama Budiman Sudjatmiko politikus pertama yang masuk ke Metaverse," pungkas Hariadhi.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved