Aplikasi Koo Buatan India Siap Jadi Penantang Baru Twitter
Aplikasi Koo buatan India nampaknya menjadi saingan baru bagi Twitter yang sebelumnya dikenal sebagai aplikasi social media terpopuler di dunia.
Penulis:
Namira Yunia Lestanti
Editor:
Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Aplikasi Koo buatan India nampaknya menjadi saingan baru bagi Twitter yang sebelumnya dikenal sebagai aplikasi social media terpopuler di dunia.
Koo sendiri saat ini sudah berhasil diunduh oleh 20 juta pengguna diseluruh penjuru dunia dan ditargetkan dapat mencapai 100 juta pengguna pada akhir 2022 ini.
Baca juga: Posting Hari Solidaritas Kashmir, Tagar #BoycottKFC dan #BoycottPizzaHut Trending di Twitter
Melansir BBC International, aplikasi besutan India ini memiliki perbedaan yang mencolok dari Twitter. Dimana Koo saat ini telah tersedia dalam 10 bahasa, termasuk bahasa Inggris.
Mayank Bidawatka, salah satu pendiri Koo menuturkan rencananya pada tahun akhir tahun ini, aplikasi Koo akan diperbaharui mencakup semua 22 bahasa resmi India.
Dibuat tahun 2020 lalu, ekspansi Koo awalnya dimulai dari negara Nigeria hingga kini berhasil merambah beberapa negara besar lainnya. Dipilihnya Nigeria juga bukan tanpa alasan, pasalnya pada saat itu Nigeria sedang ditangguhkan pihak Twitter lantaran kasus pembebasan seorang diplomat Venezuela bernama Alex Saab.
Baca juga: Fitur Baru Twitter Dikhawatirkan Undang Tindak Pelecehan ke Pengguna
Popularitas dari Koo Sejak tahun lalu, membuatnya berhasil menarik perhatian para bintang bollywood termuka untuk mencoba media social ini. Sayangnya ditengah popularitas Koo, banyak isu yang menyebutkan bahwa aplikasi ini dibuat untuk melancakan propaganda pemerintah.
Bahkan baru-baru ini Bharatiya Janata Party atau disingkat BJP, sebuah partai politik nasionalis di India dituduh menjadi sayap kanan dari pemboikot India lantaran banyaknya konten Koo yang menandai partai tersebut dalam ujaran kebencian.
Menanggapi hal ini, Bidawatka menepis kabar miring tersebut dan menyebut masalah tersebut seharusnya diselesaikan dengan menggunakan teknologi daripada moderator manusia. Lantaran penandaan yang menyangkut pautkan BJP dapat memicu perpecahan.
Bidawatka menambahkan kedepannya aplikasi Koo akan segera memperluas ekspansi di beberapa negara Asia Tenggara, dimana negara tersebut dianggap cocok lantaran memiliki populasi pasar yang besar.