Layanan Telemedis Bisa Bantu Tekan Angka Perokok
Telemedis sebagai bagian dari teknologi kesehatan perlu adaptasi sesuai perkembangan zaman
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Layanan telemedis dapat menjadi solusi alternatif mendukung masalah kesehatan di Indonesia yang disebabkan tembakau.
Head of Medical Community Alodokter Alni Magdalena mengatakan, pengurangan bahaya tembakau bisa dipadukan dengan layanan telemedis.
Menurutnya, layanan ini memiliki peluang memperluas akses bagi perokok untuk mendapatkan program berhenti merokok yang berdasarkan bukti ilmiah.
“Telemedis sebagai bagian dari teknologi kesehatan perlu adaptasi sesuai perkembangan zaman.
Jadi, telemedis dapat digunakan untuk pengananan perilaku pengurangan bahaya,” katanya, seperti dikutip, Kamis (23/9/2021).
Alni meneruskan, layanan telemedis dijadikan sebagai penilaian awal mengenai perilaku merokok terhadap seseorang.
Baca juga: Bundling Konsep Pengurangan Bahaya Tembakau dan Regulasi Dinilai Bisa Tekan Prevalensi Perokok
Misalnya, berapa banyak konsumsi rokok dalam sehari.
“Apakah pasien ada niatan berhenti merokok atau tidak? Kalau pasien sudah mengatakan mau berhenti namun sulit, kami bantu untuk berhenti merokok,” ujarnya.
Tahap awalnya dengan melakukan konseling yang kemudian dilanjutkan pemberian obat.
Setelah itu, pasien harus melakukan kontrol secara berkala yang sesuai dengan rencana.
“Kita tahu berhenti merokok itu harus ditindaklanjuti secara berkala karena banyaknya pasien yang relapse lagi setelah beberapa minggu. Dengan teknologi ada pengingat otomatis untuk sesi lanjutan kepada pasien,” ucap Alni.
Berdasarkan penelitian, program berhenti merokok yang dilakukan lewat telemedis sama efektifnya jika dibandingkan dengan pasien yang lewat tatap muka langsung.
Baca juga: Sosialisasi Konsep Pengurangan Bahaya di Masa Pandemi Melalui Layanan Telemedis
“Jadi tidak ada hambatan untuk berhenti merokok lewat layanan telemedis. Layanan ini efektif dan banyak hal yang lebih efisien dilakukan jika dibandingkan dengan layanan konvensional,” kata Alni.
Ketua Koalisi Indonesia Bebas TAR Ariyo Bimmo menjelaskan, pengurangan bahaya tembakau merupakan inovasi untuk mengurangi epidemi merokok.
Dengan semakin berkembangnya layanan kesehatan, konsep ini dapat dikolaborasikan dengan telemedis.
“Keberadaan layanan ini dapat mendukung konsep pengurangan bahaya terhadap perilaku berisiko,” katanya kepada wartawan.