Minggu, 5 Oktober 2025

Indonesia Kekurangan Tenaga IT, Peluang Kerja di Bidang Ini Sangat Besar

Sayangnya, tenaga baru di bidang IT yang berhasil dicetak perguruan tinggi masih belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan tersebut.

Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS/CHOIRUL ARIFIN
Dr. Mujiono Sadikin, MT. CISA., CGEIT., Dekan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana, Jakarta. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tren digitalisasi yang melaju kencang di berbagai sektor termasuk dunia bisnis membuat Indonesia saat ini menghadapi kebutuhan tenaga ahli di bidang teknologi informasi (IT) yang sangat tinggi.

Sayangnya, tenaga baru di bidang IT yang berhasil dicetak perguruan tinggi masih belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan tersebut.

"Peluang kerja di bidang IT saat ini sangat besar karena saat ini Indonesia kekurangan tenaga enginer IT," ungkap Dr Mujiono Sadiki MT, Dekan Fakulktas Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana (UMB) Jakarta di acara penutupan Pameran Smart Web, Program Studi Teknik Informatika UMB yang diselenggarakan via virtual di Jakarta, Sabtu ( 11/7/ 2020).

Mengutip data dari sebuah survei, Mujiono menyatakan, sampai tahun 2030 Indonesia memerlukan 27 juta enginer IT atau dengan rata-rata kebutuhan mencapai 1,7 juta engineer IT baru per tahunnya.

Baca: Pandemi Covid-19, Industri Supply Chain Didorong Jalankan Digitalisasi di Proses Bisnisnya

Namun sayangnya, kemampuan perguruan tinggi negeri dan swasta (PTN dan PTS) di Indonesia hanya mampu memasok 400 ribu engineer baru di bidang IT per tahun.

Baca: Dyandra Rilis Plaform Event Digital Berbasis Online dengan Fitur Private Video Call

"Indonesia kekurangan tenaga engineer IT. Kebutuhannya masih sangat banyak. Jadi yang kuliah di  bidang ini tidak perlu kawatir kekuarangan pekerjaan. Pameran karya ini salah satu portfolio kompetensi," ujar Mujiono.

80 Aplikasi Karya Mahasiswa

Mujiono menjelaskan, pameran ini menghadirkan 80 karya aplikasi mahasiswa yang menampilkan berbagai bidang.

"Dari pamweran ini mahasiswa bisa menyempurnakannya untuk kepentingan masing masing seperti penyempurnaan untuk karya tugas akhir mereka. Itu target paling minimum dan paling dekat dari kegiatan ini. Target berikutnya adalah agar semua karya aplikasi mahasiswa yang dipamerkan benar benar bisa menjadi aplikasi yang bisa digunakan secara komersial maupun sosial di masyarakat," ungkapnya dalam perbincangan dengan Tribunnews, Selasa, 14 Juli 2020. 

Baca: Manajemen Berbasis Cloud ERP Mudahkan Kelola Bisnis dari Jarak Jauh

Dia menambahkan, pihak kampus juga membantu menyediakan pendanaan untuk karya-karya aplikasi ciptaan mahasiswa UMB yang dinilai layak. "Di UMB ada unit kewirauahakan, salah satu fungsinya memfasilitasi karya-karya civitas akademika kita sehingga bisa benar-benar layak didanai," ujarnya.

"Kita seleksi mana karya aplikasi yang layak didanai oleh kampus dan oleh pihak luar. Contoh aplikasi karya mahasiswa kami yang sukses adalah aplikasi di bidang AI (kecerdasan buatan). Awalnya merupakan karya mahasiswa untuk tugas mata kuliah, lalu jadi tugas akhir kampus dan kemudian bisa menjadi alat bisnis. Namanya Lena.ai," Mujiono mencontohkan.

Dia menyebutkan, pameran aplikasi karya mahasiswa diselenggarakan UMB sekali dalam setahun setiap akhir semester genap. "Kita sebar udangan ke alumni, juga ke sponsor setiap ada pameran ini. Tapi kondisi pandemi saat ini cukup menjadi kendala," sebutnya.

Yang jelas, pandemi tidak menghalangi kreativitas mahasiswa. Terbukti jumlah aplikasi karya-karya mereka yang dipamerkan kali ini tetap banyak. Bahkan, lebih banyak dari penyelenggaraan pameran tahun lalu.

"Dengan berpameran secara digital, kita juga lebih hemat. Mahasiswa tidak perlu keluar biaya untuk sewa booth," ungkap Mujiono.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved