Selasa, 30 September 2025

PayRide Meramaikan Persaingan untuk Meningkatkan Peluang Mobil Pengiklan di Indonesia

Kemacetan lalu lintas masih menjadi permasalahan utama di kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta dan Surabaya

Editor: Hendra Gunawan

TRIBUNNEWS.COM -- Kemacetan lalu lintas masih menjadi permasalahan utama di kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta dan Surabaya. Untuk itulah, aplikasi mobile PayRide ingin membuktikan bahwa terjebak kemacetan tidak selamanya menyusahkan.

PayRide menggabungkan iklan pada bodi mobil dengan teknologi pelacakan yang cerdas, sehingga para pemilik mobil bisa mendapatkan penghasilan lebih dari waktu yang mereka habiskan di jalan. Sementara itu, perusahaan akan mendapatkan cara yang unik dan efektif untuk melakukan promosi.

“Terjebak dalam kemacetan parah tentu memakan uang yang tidak sedikit. Dengan sekian banyaknya waktu yang terbuang di jalan, pengemudi harus menanggung biaya bahan bakar yang terbuang sia-sia. Platform kami ingin mengubah hal ini dengan memberikan kesempatan baru bagi pengemudi untuk mendapatkan penghasilan tambahan lewat periklanan di bodi mobil. Kami rasa, ini adalah solusi yang sama-sama menguntungkan, baik bagi pengemudi maupun pengiklan,” kata Agus Widjaja, founder dan CEO PayRide.

Setelah mendaftar di PayRide, pengemudi diberikan kebebasan untuk langsung memilih iklan yang sedang ditawarkan oleh PayRide beserta dengan desain stiker iklan tersebut.

Sementara itu, pengiklan berhak memilih jenis wrapping untuk materi promosi mereka. Setelah mobil selesai dilabeli stiker iklan dan siap turun ke jalan, maka pelacak GPS akan memberikan analisis real-time yang mengukur impression iklan tersebut.

Tidak seperti para pesaingnya, PayRide menggunakan perangkat pelacak GPS khusus dan tidak bergantung pada GPS di ponsel pengemudi. Menurut Agus, strategi perusahaan ini justru memberikan analisis yang lebih akurat dan terpercaya bagi para pengiklan, serta mencegah kemungkinan perusakan data dari pihak manapun.

Perusakan data adalah masalah yang cenderung terjadi pada sistem GPS ponsel pintar. Tak hanya itu, perangkat PayRide juga lebih mudah digunakan oleh pengemudi karena mengandalkan daya dari kendaraan, alih-alih menghabiskan baterai ponsel.

Tidak seperti startup sejenisnya di Indonesia, PayRide juga membayar pengemudi berdasarkan hasil impression iklan, bukan berdasarkan jarak per kilometer. Ketika menghitung imbalan bagi pengemudi, aplikasi akan mengkalkulasikan faktor letak jalan dan jam-jam mengemudi.

Misalnya, pengemudi akan mendapatkan imbalan lebih tinggi saat mengemudikan mobil di jalan yang ramai dan pada jam sibuk, karena iklan mereka bisa terlihat oleh lebih banyak pengguna jalan.

Menurut Widjaja, langkah ini juga bagus untuk pengiklan yang hendak menjangkau pelanggan dengan cara yang unik dan berkesan. Mereka dapat menggunakan mobil sebagai "papan iklan yang bergerak."

"Dengan PayRide, perusahaan bisa mengiklankan merek mereka di manapun dan kapanpun. Kampanye ini juga hemat biaya karena anggaran yang dikeluarkan oleh pengiklan akan sesuai dengan impression yang mereka dapatkan," jelas co-founder PayRide, Ivaline Tedjo.

Namun lebih dari itu, keunggulan utama PayRide terletak pada strategi pemasaran lokalnya. Meskipun rencananya akan diperluas secara nasional, aplikasi ini dimulai di Jawa Timur. PayRide menawarkan pendekatan yang lebih akurat bagi para pelaku bisnis untuk menyediakan konten relevan bagi pelanggan mereka.

Ibukota Jawa Timur, Surabaya, adalah salah satu kota perdagangan terpenting dan tersibuk di Asia, menurut penelitian International Singapore Enterprise tahun lalu.

Sebagai kota terpadat kedua di Indonesia setelah Jakarta, pada tahun 2014, pertumbuhan ekonomi tahunan Surabaya (6,73 persen) melampaui provinsi-provinsi besar lainnya seperti Jawa Barat (5,07 persen), Jawa Tengah (6,2 persen), dan DKI Jakarta (5,95 persen). Pada tahun 2009, Financial Times menyatakan Surabaya sebagai salah satu kota dengan penggunaan biaya paling efektif dari 133 kota lain di Asia.

Walaupun memiliki pertumbuhan ekonomi yang memuaskan, Surabaya juga berhadapan dengan Dengan memulai bisnis di Surabaya, PayRide memiliki tujuan untuk memberdayakan pelaku bisnis yang ingin meraih pangsa pasar lebih besar. Saat ini, PayRide memiliki basis pengguna sebanyak 300 pemilik kendaraan, dengan lebih banyak pengemudi yang bergabung setiap bulannya. Menurut Widjaja, sampai saat ini, PayRide telah bekerja sama dengan perusahaan terkemuka di Jawa Timur seperti Safe Care, Adi Husada Cancer Center, Grand Kenjeran, dan banyak lagi.

Co-founder Jimmy Alim menambahkan, "Kami melihat peluang besar di sini karena kami menawarkan sesuatu yang berbeda di ruang iklan regional. Bisnis kami mengakomodasi kebutuhan pengiklan dan menyampaikan pesan mereka dengan cara yang unik, eye-catching, dan efektif pada mobil. Kami juga membantu pengemudi mendapatkan penghasilan sampingan."

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan