Selasa, 30 September 2025

Pemerasan Melalui Online Memanfaatkan Ransomware Marak

Tidak sedikit perusahaan yang lebih rela membayar tebusan bila ternyata di kemudian hari data mereka berhasil dirampas dan digunakan untuk memeras

Editor: Eko Sutriyanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Terkuaknya varian baru ransomware yang kian gencar membidikkan sasaran perusahaan, Trend Micro mengingatkan agar pengguna dapat meningkatkan kewaspadaan mereka akan aksi-aksi baru ransomware yang lebih jahat serta terhadap upaya penjahat siber dalam merancang operasi yang kian canggih untuk melancarkan ransomware.

Dhanya Thakkar, Managing Director and VP, Asia Pacific at Trend Micro menuturkan seperti yang telah diprediksikan sebelumnya oleh Trend Micro, tahun ini dunia keamanan siber akan diwarnai dengan maraknya pemerasan melalui online dengan memanfaatkan ransomware.

Meskipun industri keamanan sendiri tak henti-hentinya melakukan beragam upaya untuk menelurkan strategi-strategi dan solusi-solusi baru dalam rangka memeranginya.

"Namun di sisi lain, kurang teredukasinya masyarakat dan perusahaan akan ancaman ransomware serta langkah-langkah pencegahannya, menjadikan mereka sebagai pihak-pihak yang rentan terhadap ancaman malware yang dampaknya tidak saja dapat menghancurkan file-file penting namun memiliki potensi yang mengakibatkan kerugian finansial yang tidak kecil,” katanya di Jakarta, Rabu (25/5/2016).

Tidak  sedikit perusahaan yang lebih rela untuk membayar tebusan bila ternyata di kemudian hari data mereka berhasil dirampas dan digunakan untuk memeras mereka, alih-alih memperkokoh strategi pencegahan dini dari ancaman kejahatan siber.

Institute for Critical Infrastructure Technology (ICIT) pernah mengungkapkan temuan mereka di sepanjang 2015, bahwa korban kejahatan diperas untuk membayar sejumlah uang yang besarnya antara $21 hingga $700 agar file-file penting perusahaan mereka yang dicuri bisa kembali.

Besarnya tebusan itu sendiri biasanya tergantung pada varian ransomware atau sekehendak penjahatnya, jenis perangkat yang terinfeksi, atau demografik dari korbannya itu sendiri.

Data yang dilansir dari lembaga Internet Crime Complaint Center (IC3) FBI Amerika memperlihatkan adanya kerugian dengan total lebih dari $18 juta yang diakibatkan oleh varian CryptoWall ransomware berdasarkan laporan dari para korban sejak April 2014 hingga Juni 2015.

Telah lama diketahui bahwa komplotan penjahat siber begitu gigih dalam memanfaatkan kode-kode pemrograman jahat untuk menggasak file krusial perusahaan dan gencar melancarkan ancaman pemerasan kepada para pengampu kebijakan sebuah perusahaan yang menjadi target dan memaksa mereka untuk menyediakan tebusan.

Jenis ancaman ransomware biasanya memanfaatkan kode-kode jahat yang disisipkan melalui phishing email maupun melalui beragam metode social engineering yang dirancang sedemikian licin sehingga target terpancing untuk mengklik tautan atau mengunduh file lampiran yang sudah disisipi dengan malware.

Bahkan, crypto-ransomware yang semula mereka gunakan sebagai alat kejahatan kini telah berevolusi menjadi kian canggih.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan