Liga Inggris
Kisah Arsenal Jadi Pengiring Manten 3 Musim Berturut-turut, Musim 2025/2026 Saatnya Mengubah Status
Arsenal-nya Arteta seperti kisah Arsene Wenger di era 1990-an akhir ketika menjadi pengiring manten, alias runner-up 3 musim berturut-turut.
TRIBUNNEWS.COM - Arsenal lagi-lagi hanya menjadi 'pengiring pengantin (manten)'. Ya, kondisi yang memperlihatkan bagaimana tim berjuluk The Gunners itu finis di urutan kedua dalam persaingan gelar Liga Inggris pada tiga musim terakhir.
Di awal musim, Arsenal besutan Mikel Arteta sejatinya mampu bersaing, bahkan untuk menempati peringkat 1 klasemen Liga Inggris.
Namun seiring berjalannya waktu, dan dengan permasalahan klasik soal cedera pemain membuat mereka perlahan menjauh dari persaingan gelar.
Kondisi Arsenal sebagai 'pengiring pengantin' untuk tim yang juara pernah dialami pada era 1990-an akhir.

Tepatnya antara musim 1998/1999, 1999/2000, dan 2000/2001 di era kepelatihan Arsene Wenger saat finis di belakang Manchester United dalam selang waktu tersebut.
Jika dipikir ulang, rasa malu dan kecewa meliputi perasaan Arsenal, baik pada saat itu dan saat ini, tidak terkecuali bagi mantan pemain The Gunners, Martin Keown yang berbicara kepada BBC.
"Menjadi pengiring pengantin terlalu sering merupakan perasaan terburuk dalam sepak bola dan dibutuhkan kelompok khusus untuk bangkit dari pengalaman itu yang terjadi berulang kali, dan menang," beber Keown mengenang kejadian itu.
Baca juga: Bursa Transfer Liga Inggris: Arsenal Tawar Gyokeres, Manchester United Hampir Gaet Mathes Cunha
Arsene Wenger kemudian mengambil langkah dengan mendatangkan seorang psikolog yang terang-terangan mengatakan kepada pemain bahwa statistik mereka memang tertinggal dari tim jawara.
Padahal Arsenal ketika itu sudah diperkuat pemain-pemain bagus, termasuk pemenang Piala Dunia.
Dari apa yang disampaikan psikolog tersebut, para pemain menangkap pesannya, bahwa masih ada hal lain di balik performa mereka yang seharusnya mereka temukan.
Hal itu yang kemudian membuat Arsenal bangkit dan juara pada musim 2001/2002.
Arsenal berhasil mengawinkan Piala FA dan Liga Inggris dari Manchester United.
Langkah lain yang dilakukan Wenger adalah dengan mendatangkan pemain di posisi tertentu. Satu di antaranya adalah Francis Jeffers datang untuk memperkuat lini serang.
Meskipun Keown yakin, pada saat itu timnya tidak membutuhkan pemain tambahan karena sudah dinilai layak bersaing.
Namun ketika kenyataannya tidak membawa trofi pulang, itu berarti masih ada yang kurang dari Arsenal.
"Saya tidak berpikir skuad Arsenal ini memerlukan perombakan, tetapi pertanyaannya selalu kembali kepada apa yang perlu mereka lakukan untuk memenangkan trofi setelah pulang dengan tangan hampa," bebernya.
Itulah masukan yang mungkin Keown ungkapkan kepada Arteta, bahwa Arsenal di eranya perlu tambahan pemain di posisi tertentu agar mereka lebih kuat.
"Saya rasa Arteta perlu memperkuat diri di beberapa area, tapi menurut saya yang benar-benar mereka butuhkan agar sukses adalah pola pikir yang saya sebutkan di atas," sambungnya.

Hal itu merujuk kepada bagaimana perannya di balik kemudi bisa membangkitkan gairah tim sehingga punya hasrat untuk menjadi juara.
Kegagalan tiga musim ini mungkin menjadi kekecewaan yang mendasar, dan begitu pelik untuk diterima. Tetapi itu justru menjadi bahan bakar mereka untuk kembali dan berada di posisi teratas.
"Saya punya perasaan yang sama saat bersama Arsenal-nya Wenger, karena saya tahu saya dikelilingi orang-orang yang, seperti saya, tidak akan istirahat sampai kami memperoleh kejayaan itu," jelasnya.
"Begitulah seharusnya Arsenal saat ini. Seperti yang saya katakan, itu tidak bisa datang begitu saja dari pelatih, tetapi itu adalah tempat awal yang baik, dan Arteta jelas menyediakannya," tambahnya.
Bila mempertimbangkan di mana posisi Arsenal saat Arteta mengambil alih kursi pelatih tahun 2019, tim Meriam London sudah berkembang luar biasa ke arah yang lebih baik.
Cedera pemain menjadi faktor terbesar kegagalan Arsenal sejauh ini, dengan menambah jumlah pemain di posisi tertentu bisa memberikan perbedaan dan kedalaman dalam permainan The Gunners.
Tentunya, menuju trofi yang mereka dambakan selama ini.
(Tribunnews.com/Sina)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.