Timnas Indonesia
Curhat Erick Thohir ke Media Belanda: Mimpi Besar 2045, Berguru ke Eropa untuk Bisa Seperti Jepang
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menegaskan bahwa ambisi Indonesia tak berhenti pada pencapaian lolos ke Piala Dunia 2026.
TRIBUNNEWS.COM - Timnas Indonesia terus menjaga asa untuk tampil di Piala Dunia 2026 setelah kemenangan 1-0 atas Bahrain pada Selasa (26/3/2025).
Dengan kemenangan itu, Timnas Indonesia bertengger di posisi keempat dengan raihan 9 poin, terpaut satu poin dari Arab Saudi di posisi keempat dan empat poin dari Australia di posisi kedua.
Selain posisi klasemen yang cukup menguntungkan, kemenangan atas Bahrain juga membuat ranking FIFA Indonesia naik ke posisi 123 dunia.
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menegaskan bahwa ambisi Indonesia tak berhenti pada pencapaian lolos ke Piala Dunia 2026.
Dalam wawancaranya dengan media Belanda NOS, Erick mengungkapkan visi jangka panjangnya: membawa Indonesia masuk 50 besar ranking FIFA pada 2045.
Untuk mencapai target tersebut, Erick menyoroti berbagai aspek yang harus dibenahi, mulai dari kebijakan naturalisasi berbasis diaspora, penguatan kompetisi dalam negeri
Selain itu pihaknya juga akan terus melakukan pembinaan usia muda, hingga mencontoh perjalanan Jepang dalam membangun sepak bola mereka selama tiga dekade terakhir.
Sejak menjabat sebagai Ketua PSSI pada 2023, Erick Thohir menerapkan pendekatan baru dalam proses naturalisasi pemain.
Baca juga: Erick Thohir: Hari Ini Kita Buktikan Bangsa Kita Bisa Kalau Mau Bekerja Keras

Jika sebelumnya Indonesia pernah menaturalisasi pemain dari Brasil dan Afrika yang tidak memiliki ikatan emosional dengan Tanah Air, kini PSSI hanya merekrut pemain keturunan Indonesia yang memiliki hubungan keluarga.
"Kami ingin memanfaatkan potensi diaspora. Para pemain lokal yang tumbuh di Indonesia bisa belajar dari mereka, sementara pemain yang kami tarik juga bisa mewujudkan impian mereka untuk bermain di level internasional," ujar Erick.
Beberapa pemain keturunan yang telah bergabung dengan Timnas Indonesia seperti Thom Haye, Mees Hilgers, dan Eliano Reijnders disebut memiliki kecintaan terhadap budaya Indonesia dan antusiasme tinggi dari para suporter.
"Mereka mencintai budaya Indonesia dan merasakan fanatisme suporter kita, yang mungkin sudah termasuk 10 besar dunia dalam hal dukungan," tambahnya.
Dengan pendekatan ini, Erick berharap kualitas Timnas Indonesia bisa meningkat lebih cepat karena para pemain diaspora membawa pengalaman bermain di Eropa yang bisa menjadi inspirasi bagi talenta lokal.
Saat ini, Indonesia masih berada di luar peringkat 100 dunia dalam ranking FIFA. Namun, Erick optimistis bahwa mimpi masuk 50 besar pada 2045 bisa tercapai dengan strategi yang tepat.
Ia menyoroti perjalanan Jepang sebagai contoh sukses dalam membangun sepak bola nasional mereka.
"Jepang butuh 30 tahun untuk berkembang hingga kini bisa masuk 15 besar dunia. Kami juga butuh waktu sekitar 20 tahun untuk mengembangkan sepak bola Indonesia agar bisa mencapai level yang sama," jelas Erick.
Namun, ia mengakui bahwa tantangan yang dihadapi Indonesia jauh lebih kompleks.
Sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau dan populasi lebih dari 280 juta jiwa, pemerataan pembinaan sepak bola menjadi tantangan tersendiri.
Salah satu langkah konkret yang dilakukan Erick Thohir untuk mempercepat perkembangan sepak bola Indonesia adalah menjalin kerja sama dengan Federasi Sepak Bola Belanda (KNVB).
Baca juga: Calon Lawan Timnas Indonesia jika Lolos ke Putaran Keempat, Garuda Bakal Temui Musuh Berat
PSSI akan mengirimkan 10 orang perwakilan ke Belanda untuk mempelajari sistem kompetisi dan pembinaan pemain muda di negara tersebut.
"Kami tidak perlu menciptakan sesuatu yang baru jika sudah ada sistem yang terbukti berhasil. Kami ingin menerapkan konsep yang sudah terbukti efektif di Belanda ke dalam sistem sepak bola Indonesia," kata Erick.
Saat ini, Indonesia sudah memiliki dua divisi profesional, yaitu Liga 1 dan Liga 2. Namun, Erick ingin menambahkan dua divisi amatir yang lebih kompetitif dan memiliki akademi pemain muda yang lebih terstruktur.
Selain itu, ia menyoroti bahwa pembinaan pemain muda di Indonesia masih terbatas karena banyaknya pemain berbakat yang harus mengandalkan sekolah sepak bola swasta dengan biaya mahal.
Erick menegaskan bahwa agar sepak bola lebih inklusif, perlu adanya dukungan dari pemerintah dan sektor swasta.
"Kami butuh investasi dari pemerintah dan perusahaan lokal. Sepak bola bukan hanya olahraga, tetapi juga alat sosial yang bisa memberikan dampak besar bagi masyarakat," tambahnya.

Bagi Erick Thohir, keberhasilan Indonesia di sepak bola bukan hanya tentang prestasi di lapangan, tetapi juga memiliki dampak sosial yang besar.
Ia menekankan bahwa sepak bola bisa menjadi alat untuk memperkuat persatuan bangsa di tengah era disinformasi dan perpecahan sosial.
"Sepak bola bisa membantu memperkuat Bhinneka Tunggal Ika. Di saat banyak isu yang memecah belah masyarakat, sepak bola bisa menjadi pemersatu yang membawa kebanggaan nasional," tegasnya.
Menurutnya, Indonesia sebagai negara besar seharusnya bisa bersaing di panggung sepak bola dunia.
Oleh karena itu, PSSI terus mendorong berbagai inisiatif agar Timnas Indonesia bisa berkembang dan mencapai target jangka panjang.
"Kami ingin bermain di level tertinggi. Itu selalu menjadi mimpi kami," pungkasnya.
Dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026, Timnas Indonesia saat ini berada di peringkat keempat grup dengan persaingan ketat melawan tim-tim besar seperti Jepang, Australia, dan Arab Saudi.
Untuk lolos langsung ke putaran final, Indonesia harus masuk dua besar grup, sementara peringkat ketiga dan keempat masih bisa berjuang melalui jalur play-off.
Meskipun perjalanan masih panjang, visi Erick Thohir menunjukkan bahwa sepak bola Indonesia sedang berada di jalur yang benar untuk menjadi kekuatan besar di kancah internasional.
(Tribunnews.com/Tio)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.