Timnas Indonesia
Analisis Hasil Imbang Timnas Indonesia vs Palestina: Pola Permainan Elite, Lini Serang Garuda Mandul
Analisis hasil imbang Timnas Indonesia vs Palestina membahas pola permainan elite hingga mandulnya lini serang Garuda.
TRIBUNNEWS.COM - Inilah analisis hasil imbang Timnas Indonesia vs Palestina dengan skor 0-0 pada pertandingan FIFA Matchday, Rabu (14/6/2023) malam WIB.
Berlangsung di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Timnas Indonesia dan Palestina kompak gagal mencetak gol selama 90 menit pertandingan.
Hasil imbang Timnas Indonesia vs Palestina melahirkan 4 analisis yang telah dirangkum Tribunnews berdasarkan statistik permain Garuda.
Baca juga: Hasil Akhir Timnas Indonesia vs Palestina: Imbang 0-0, Shin Tae-yong Pertahankan Rekor Mentereng
Pola Permainan Elite
Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong berhasil menampilkan pola permainan elite dihadapan musuhnya Palestina.
Asnawi Mangkualam dkk mampu tampil percaya diri dan mengimbangi permainan Palestina yang secara peringkat FIFA di atas Timnas Indonesia.
Mengutip laman FIFA, Timnas Indonesia sebelum berhadapan dengan Palestina berada di posisi 143 dunia.
Adapun Palestina jauh lebih baik ketimbang Timnas Indonesia karena menghuni peringkat 93.
Jarak yang cukup jauh dari Palestina tidak menyurutkan mental bermain Timnas Indonesia yang justru mendominasi serangan.
Beberapa kali Timnas Indonesia menunjukkan umpan-umpan kombinasi di pertahanan musuhnya tersebut.
Seperti pada babak pertama ketika aliran bola yang kerap diarahkan kepada Rafael Struick.
Dalam susunan pemain Timnas Indonesia, Shin Tae-yong memasang Struick di belakang Dimas Drajad yang bertugas sebagai ujung tombak.

Namun realita di atas lapangan berbeda, Struick dan Dimas sering bertukar posisi untuk mengobrak-abrik pertahanan Palestina.
Struick maupun Dimas kerap mendapatkan umpan terukur dari pemain tengah Timnas Indonesia yang diisi Marck Klok, Ricky Kambuaya dan Marselino Ferdinan.
Pola penyerangan Timnas Indonesia yang mengandalkan umpan pendek itu terus berjalan hingga babak kedua.
Masuknya Dendy Sulistyawan menggantikan Struick membuat penyerang Timnas Indonesia lebih mencair.
Dendy mengandalkan kecepatannya untuk menyisir sisi lapangan untuk memberikan umpan ke dalam kotak penalti.
Sayangnya kejeniusan Shin Tae-yong meracik pola permainan itu gagal membuahkan satu gol pun di FIFA Matchday kali ini.

Mandul
Kegagalan Timnas Indonesia mencetak gol jelas menjadi alarm bagi Shin Tae-yong.
Sebab arsitek asal Korea Selatan itu sering mengeluhkan ketajaman para penyerang Timnas Indonesia.
Keberadaan Dimas Drajad, Dendy Sulistyawan hingga Rafael Struick masih belum menjadi solusi mandulnya lini serang.
Nampaknya masalah ketajaman masih menjadi pekerjaan rumah untuk pelatih yang pernah menangani Korea Selatan di Piala Dunia tersebut.

Pantas Dipuji
Terlepas masalah lini serang, peforma kiper, lini bertahan hingga gelandang pantas mendapatkan pujian.
Mulai dari Syahrul Trisna yang menunjukkan ketenangannya ketika Palestina melakukan serangan.
Kiper Persikabo 1973 itu beberapa kali mengantisipasi peluang Palestina, baik secara langsung maupun bola mati.
Syahrul Trisna juga berani menguasai bola dan tidak menunjukkan kepanikan saat mendapatkan pressing dari striker lawan.
Penampilan apik Syahrul Trisna juga ditunjang dengan kokohnya duet Rizky Ridho dengan Elkan Baggot di jantung pertahanan.
Sementara Asnawi Mangkualam dan Pratama Arhan mampu menempatkan diri sebagai fullback ketika membantu pertahanan hingga menyerang.
Beralih ke gelandang, Marc Klok menunjukkan kelasnya sebagai jenderal lapangan tengah.
Klok bisa cepat beradaptasi dengan dua tandemnya Ricky Kambuaya dan Marselino Ferdinan.
Peran Klok cukup memberikan keleluasaan kepada Kambuaya dan Marselino untuk mengkreasikan serangan-serangan berbahaya.
Evaluasi
Berdasarkan analisis tersebut, Shin Tae-yong masih memiliki waktu untuk memperbaiki kekurangan Timnas Indonesia sebelum bertemu Argentina.
Timnas Indonesia diharapkan bisa menunjukkan permainan terbaiknya di depan Argentina yang kemungkinan besar menurunkan lapis kedua.
Kabar Argentina memainkan pemain lapis kedua bisa menjadi keuntungan Timnas Indonesia untuk menunjukkan kualitas mereka.
Pemain lapis kedua Argentina juga tidak bisa dipandang remeh, karena rata-rata mereka bermain di kompetisi Eropa.
Menarik dinantikan bagaimana hasil evaluasi Shin Tae-yong ketika Timnas Indonesia menjalani pertandingan kedua FIFA Matchday.
Akankah permasalahan lini serang bisa teratasi dan mencetak gol di gawang juara Piala Dunia 2022 tersebut.
Ini merupakan tantangan besar bagi lini serang Timnas Indonesia untuk membuktikan tajinya.
(Tribunnews.com/Ipunk)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.