Super Pandit
Barcelona, Juan Laporta, dan Kutukan Liga Champions
Bak terkena kutukan, Barcelona seperti tak selalu berjodoh dengan kompetisi Liga Champions.
TRIBUNNEWS.COM - Barcelona harus mengubur impian mereka tampil di babak 16 Liga Champions.
Kemenangan 4-0 yang dicatat Inter Milan atas Viktoria Plzen pada Rabu, (26/10/2022) malam WIB membuat Barcelona harus gigit jari.
Bayern Munchen dan Inter Milan-lah yang berhak melaju ke babak 16 Liga Champions.
Baca juga: Live Skor Hasil Barcelona vs Bayern Liga Champions: Tampil Loyo, Blaugrana Tertinggal 0-2 di Babak I

Sedangkan Barcelona harus kembali terlempar menuju kasta kedua kompetisi eropa, Europa League.
Padahal, di musim lalu Blaugrana juga mengalami nasib yang sama.
Hanya bertengger di peringkat ketiga babak penyisihan Grup Liga Champions, Gerrard Pique cs dipaksa bermain di Liga Eropa.
Ya, bak terkena kutukan, Barcelona seperti tak selalu berjodoh dengan kompetisi Liga Champions.
Apa yang menjadi keterpurukan Barcelona dalam ajang Eropa sejatinya sudah dirasakan sejak terakhir kali mereka menjuarai Liga Champions pada tahun 2015 silam.
Di era kepelatihan Luis Enrique, dengan trio Messi, Suarez, Neymar (MSN) Blaugrana mampu tampil perkasa.
Kutukan Barcelona dengan Liga Champions
Namun selepas itu, mereka tampil angin-anginan dan tak pernah menicipi gelar Liga Champions lagi.
Justru, perjalanan Blaugrana dalam beberapa tahun berikutnya kian memburuk dan mengkhawatirkan.
Pada tahun 2018, Barcelona secara mengejutkan menelan kekalahan melawan AS Roma dalam perempat final Liga Champions.
Gol kostas Manolas di menit akhir membuat langkah Blaugrana terhenti, karena kalah agregat gol tandang dari i Giallorossi.
Padahal di leg pertama Barcelona mampu unggul 4-1 melawan Roma, namun kedigdayaan i Giallorossi mampu membuat tim ibu kota tersebut comeback di leg kedua dengan skor 3-0.
Belum move on dari kekalahan menyakitkan melawan AS Roma, Barcelona kembali terkena comeback di musim selanjutnya.

Baca juga: Hiu Gagal Berdatangan di Liga Eropa, Peluang Juventus dan Barcelona Menguat
Bermodal tiga gol saat bermain di Camp Nou menghadapi Liverpool, Blaugrana justru keok saat bertandang ke kandang The Reds, Anfield.
Barcelona terbantai dengan skor empat gol tanpa balas dan harus merelakan satu tempat di babak final kepada Liverpool.
Dua kekalahan secara mengejutkan, dalam kurun waktu dua tahun beruntun membuat Barcelona mulai dipandang sebelah mata.
Apalagi setelah mereka menelan kekalahan memalukan 8-2 dari Bayern Munchen di babak perempat final Liga Champions tahun 2020.
Pahitnya lagi, pembelian pemain yang dilakukan Barcelona tak pernah mencapai kata berhasil, justru dana ratusan juta dollar yang mereka gelontorkan berakhir sia-sia.
Bencana Barcelona
Para pemain yang mereka beli dengan harga selangit tak mampu memberi kontribusi maksimal untuk Blaugrana.
Padahal, pemain-pemain yang Barcelona beli bukanlah nama sembarangan, mereka berhasil tampil impresif di tim sebelumnya, namun saat membela Barcelona kemampuan terbaik mereka justru terkubur.
Sebut saja, Philippe Coutinho, Ousmane Dembele, Malcom, sampai Antoine Griezmann.
Nama yang disebutkan terakhir tak mampu memberi kontribusi maksimal untuk Barcelona dan memilih hengkang ke tim lamanya, Atletico Madrid.
Sedangkan Philippe Coutinho dan Ousmane Dembele lebih banyak menghabiskan waktunya di Blaugrana di ruang perawatan.
Nama yang disebutkan pertama dipinjamkan menuju Aston Villa, sedangkan Dembele yang meminta gaji tinggi gagal dijual Barcelona di bursa transfer lalu.
Akhirnya, situasi klub yang kian memburuk, memaksa Josep Bartomeu untuk mundur dari jabatannya sebagai presiden Barcelona.
Dengan warisan buruk yang ditinggalkan Bartomeu, Barcelona dipaksa bertahan di keadaan yang tiap harinya semakin mengkhawatirkan.
Joan Laporta yang kemudian terpilih sebagai presiden selanjutnya, berusaha untuk membersihkan kekacauan yang ditinggalkan Bartomeu.

Laporta dipilih karena ia berpengalaman menjadi presiden Barcelona dan sukses membuat Blaugrana berjaya dari tahun ke tahun.
Pria berusia 58 tahun tersebut adalah orang yang menunjuk Pep Guardiola melatih Barcelona pada musim 2008/2009.
Keadaan buruk Barcelona pun sedikit menemui titik terang sesaat Laporta kembali menjabat sebagai presiden di Barcelona musim ini.
Namun, alih-alih ingin bangkit dari keterpurukan, Barcelona harus menerima kenyataan ditinggal oleh mega bintang mereka, Lionel Messi.
Mau tak mau Messi harus angkat kaki dari Barcelona karena keadaan klub yang memburuk serta peraturan finansial La Liga.
Tak hanya itu, Barcelona juga harus memangkas gaji skuat mereka karena finansial klub yang melemah dan untuk memenuhi aturan finansial La Liga.
(Tribunnews.com/Deivor)