Super Pandit
Perpisahan Pahit Dybala dengan Juventus, dari Pencetak Trofi ke Penyumbat Gelar Bianconeri
Paulo Dybala gagal memberi satupun gelar untuk Juventus di musim ini seusai mengalami kekalahan di final Coppa Italia melawan Inter Milan.
TRIBUNNEWS.COM - Paulo Dybala gagal memberi satupun gelar untuk Juventus di musim ini seusai mengalami kekalahan di final Coppa Italia melawan Inter Milan.
Di Piala Super Italia pun Juventus harus menyerah dari Inter Milan di partai puncak.
Apalagi di Italia, Juventus terseok-seok dan hanya mampu bertengger di posisi empat klasemen serta terlempar dari perburuan scudetto.
Dilansir Opta, untuk pertama kalinya sejak musim 2011/1012, Bianconeri gagal merengkuh satu pun trofi sepanjang musim.

Baca juga: Erling Haaland Lupa Sedang Diet Ketika Dihidangkan Piza Kebab, Ini Jenis Kebab Makanan Favoritnya
Baca juga: Adaptasi Sempurna Inzaghi di Inter Milan: Usung Kolektivitas, Pembunuh Juventus & Langkahi Conte
Fakta tersebut membuat pamor Juventus sebagai raksasa Italia semakin meredup.
Apalagi untuk Paulo Dybala yang dipastikan hengkang di bulan Juni mendatang, ia gagal memberi peripsahan yang manis untuk tim yang membesarkan namanya itu.
Dapat dikatakan, Dybala adalah pembelian terbaik Juventus selama lima tahun ini, namun karier menterengnya berjalan terlalu singkat.
Dari tahun ke tahun performanya menurun hingga puncaknya di musim 2021/2022, ia gagal memberi satupun gelar kepada si Nyonya Tua.
Awal kedatangan Dybala di Juventus
Di musim 2014/2015 Paulo Dybala yang bermain untuk Palermo, berhasil mencuri perhatian klub-klub besar di Eropa.
Bagaimana tidak, ia berhasil mencetak 13 gol dan 10 assist di musim pertamanya bermain dalam kompetisi tertinggi di Italia, Serie A.
Klub-klub kaya raya dan mentereng pun adu sikut untuk mendapatkan tanda tangan Dybala yang saat itu baru berusia 20 tahun.
Sebut saja Chelsea, Paris Saint-Germain hingga Manchester United tertarik untuk merekrut Dybala dari Palermo.
Namun, nama besar Juventus dan Allegri membuat Dybala lebih terpincut untuk bermain di tim asal Turin tersebut.

Di paruh musim bersama Si Nyonya Tua, Dybala langsung nyetel dengan skema 3-5-2 milik Allegri.
Dybala sukses mencetak 6 gol dan 2 assist dari 16 pertandingan.
Itu menjadikan Dybala sebagai pemain paling produktif saat melakoni paruh musim bersama Juventus, mengalahkan nama besar seperti Carlos Tevez dan Alessandro Del Piero.
Gelontoran 19 gol berhasil di cetak Dybala sepanjang musim Serie A 2015/2016.
Torehan tersebut menobatkan Dybala sebagai top skor Juventus di musim itu.
Ia juga sukses mengantar Bianconeri meraih Treble Winner. Serie A, Coppa Italia, dan Supercoppa Italia berhasil dibawa pulang Juventus dalam musim yang sama.
Kepercayaan lebih
Performa gemilang Dybala membuat Bianconeri menaruh harapan besar kepadanya.
Nomor punggung 10 langsung diberikan kepada pemain berkaki kidal tersebut saat Paul Pogba memilih hengkang ke Manchester United.
Dybala melanjutkan legacy Allesandro Del Piero, Michel Platini, dan Roberto Baggio sebagai pemilik nomor keramat sebelumnya.
Namun, Kedatangan Gonzalo Higuain di musim 2016/2017 membuat Massimiliano Allegri mengubah skema bermainnya.
Dari yang semula 3-5-2 menjadi 4–3-3. Posisi dan peran Dybala juga dirubah oleh Allegri, ia tak diperankan sebagai pencetak gol utama. Ia harus berbagi dengan Higuain yang diplot sebagai striker no 9.
Dybala sempat terseok-seok dengan skema anyar Allegri tersebut, ia baru bisa mencetak gol perdana di pertandingan yang ke tujuh.

Total gol yang mampu dicetak Dybala musim itu juga turun menjadi 11 gol saja.
Gonzalo Higuain yang berperan sebagai striker utama mampu mencetak 24 gol dan menjadi top skor Bianconeri.
Namun, di musim selanjutnya Dybala mampu beradaptasi dengan peran barunya.
Di tangan Allegri ia digodok menjadi pemain yang serba bisa, baik sebagai striker bayangan ataupun striker utama, Dybala mampu berperan dengan sama baiknya.
Allegri memberi peran untuk Dybala sebagai striker bayangan, ia berada tepat di delakang striker utama.
Perannya tak hanya untuk mensuplai bola kepada striker utama, melainkan juga mencetak gol dari lini kedua.
Dybala juga diberi tanggung jawab lain oleh Allegri, yaitu menjadi kreator serangan, ia sering menjemput bola ke tengah untuk mengatur serangan Bianconeri.
Dan hasilnya pun sempurna, di musim itu, (2017/2018). Sebanyak 22 gol berhasil ditorehkan oleh Dybala, ia kembali menjadi top skor klub mengungguli Higuain yang saat itu hanya mencetak 16 gol.
Dybala juga tak pernah tak menangkat trofi ketika berada dalam asuhan Allegri. Yang kurang dalam karirnya bersama Bianconeri hanyalah trofi Liga Champions.
Keinginan besar Juventus untuk mengangkat trofi Si Kuping Besar, mengharuskan Allegri untuk dipecat.
Meskipun sukses memberi gelar domestik dari musim ke musim, pelatih berusia 54 tahun itu dianggap tak becus dalam hal mendatangkan trofi kontinental.
Hengkangnya Allegri
Kepergian Allegri membuat peran Dybala meredup, apalagi ditambahnya kedatangan Cristiano Ronaldo pada 2018/2019.
Itu membuat seluruh serangan difokuskan kepada seorang Ronaldo.
Pelatih pengganti Alleri saat itu, Maurizio Sarri juga tak begitu percaya dengan kemampuan Dybala.
Skema 4-3-3 milik Sarri membuat pelatih asal Italia tersebut lebih memilih striker murni di tengah dan pemain cepat di sisi sayap.
Dybala yang lebih berperan sebagai striker bayangan kesulitan untuk beradaptasi, hingga akhirnya tak diberi kesempatan banyak untuk bermain.

Performa Dybala kian meredup dan sering diisukan akan meninggalkan klub.
Musim lalu, bersama Andrea Pirlo pun demikian, Dybala tak mampu memberi kontribusi seperti saat masih bersama Allegri.
Apalagi, ditambah seringnya Dybala mengalami cedera, itu membuat waktunya untuk beradaptasi bersama skema Pirlo harus terhambat.
Dybala mengalami masalah pada ligamen dan betis, cedera tersebut membuatnya harus absen lebih dari 120 hari.
Bersama Pirlo, Dybala tampil sebanyak 26 kali di seluruh kompetisi. Kontribusinya sangat minim, ia hanya mencetak 5 gol dan 6 assist.
Kembalinya Allegri
Setelah mengalami penurunan di dua musim terakhir, pulangnya Allegri di kursi kepelatihan Juventus sedikit mampu mengembalikan ketajaman Dybala.
Musim ini, sumbangan 15 gol dan 6 assist mampu Dybala ukir dari 37 pertandingan yang sudah ia jalani bersama Bianconeri di seluruh kompetisi.

Allegri tahu, pemain asal Argentina tersebut adalah sosok yang harus dipertahankan dan bukan disisihkan seperti sebelum-sebelumnya.
Allegri memang mengenal Dybala lebih dari pelatih lainnya. Dybala tak pernah mengecewakan meski bermain di berbagai peran, baik sebagai striker bayangan ataupun pencetak gol utama.
Walaupun selama dua musim ini sang pemain harus bergelut dengan cedera yang dialaminya, Allegri tetap memberi kepercayaan penuh bagi Dybala untuk mencuat.
Sayangnya, di tengah asa kebangkitan Dybala, ia justru bermasalah dengan kontraknya bersama Juventus dan memutuskan hengkang pada bulan Juni.
Alih-alih memberi kado perpisahan yang manis, justru Dybala gagal memberi satu pun gelar di musim terakhirnya bersama Bianconeri.
(Tribunnews.com/Deivor)