Selasa, 30 September 2025

Super Pandit

Liverpool Tatap Quadruple & Rekor Elite Tim Eropa: Tuah Kecerdasan Klopp Curi Ilmu dari Rangnick

Lolosnya mereka ke final Liga Champions membuat Liverpool menjadi tim Inggris pertama dalam sejarah yang berpotensi meraih 4 trofi dalam semusim.

Penulis: deivor ismanto
AFP/OLI SCARFF
Pendukung Liverpool bersorak selama pertandingan sepak bola leg pertama semifinal Liga Champions UEFA antara Liverpool dan Villarreal, di Stadion Anfield, di Liverpool, pada 27 April 2022. (Photo by Oli SCARFF / AFP) 

TRIBUNNEWS.COM - Liverpool memiliki kans untuk meraih quadruple di musim 2021/2022.

Lolosnya mereka ke final Liga Champions membuat Liverpool menjadi tim Inggris pertama dalam sejarah yang berpotensi meraih 4 trofi dalam semusim.

Satu trofi domestik sukses Liverpool kantongi yaitu League Cup, sedangkan di FA Cup, Liverpool sukses melaju ke babak final dan akan menghadapi Chelsea di partai puncak.

Di Liga Inggris, hingga pekan ke-34, Liverpool masih bertengger di posisi kedua dengn hanya tertinggal satu poin dari Manchester City yang berada di puncak klasemen.

Tangan dingin Jurgen Klopp benar-benar menjadikan Liverpool sebagai tim superior yang sulit untuk dikalahkan.

Manajer Liverpool Jerman Jurgen Klopp memberi isyarat selama pertandingan sepak bola leg kedua semifinal Liga Champions UEFA antara Liverpool dan Villarreal CF di stadion La Ceramica di Vila-real pada 3 Mei 2022.
Manajer Liverpool Jerman Jurgen Klopp memberi isyarat selama pertandingan sepak bola leg kedua semifinal Liga Champions UEFA antara Liverpool dan Villarreal CF di stadion La Ceramica di Vila-real pada 3 Mei 2022. (Paul ELLIS / AFP)

Baca juga: Mengapresiasi Emery & Villarreal: Menggebrak UCL, Sulitkan Liverpool, Singkirkan Juventus & Munchen

Baca juga: Pulisic Alami Nasib Menyedihkan di Chelsea, sang Ayah Sampaikan Keluh Kesah di Medsos

Sejak datang ke Anfield pada tahun 2015 lalu, juru taktik asal Jerman itu sukses membuat revolusi di Liverpool.

Mulai mentalitas hingga gaya permainan yang diusung mampu membuat The Reds menjadi tim yang lebih diperhitungkan di eropa.

Perlu diingat, Klopp bukanlah tipe pelatih yang menuntut belanja besar-besaran untuk tim yang ia pegang, ia berbeda dengan Guardiola yang membutuhkan dana melimpah untuk membentuk satu tim hebat.

Selama enam tahun menjabat sebagai juru taktik The Reds, pengeluaran paling banyak hanyalah untuk mendatangkan Virgil van Dijk dari Southampton dengan biaya 70 juta euro.

Moneyball yang diterapkan oleh mantan Direktur Olahraga Liverpool, Michael Edward, menjadi kunci dari kesuksesan bursa transfer The Reds dari musim ke musim yang memanjakan Klopp untuk meracik strategi.

Pemain-pemain yang kini menjadi bintang, seperti Mo Salah, Sadio Mane, Roberto Firmino, Diogo Jota, Jordan Henderson, hingga Robertson adalah pemain yang diboyong dengan harga di bawah 50 juta euro.

Gelandang Liverpool Mesir Mohamed Salah berlari dengan bola selama pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Liverpool dan Brighton and Hove Albion di Anfield di Liverpool, barat laut Inggris pada 30 Oktober 2021.
Gelandang Liverpool Mesir Mohamed Salah berlari dengan bola selama pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Liverpool dan Brighton and Hove Albion di Anfield di Liverpool, barat laut Inggris pada 30 Oktober 2021. (Paul ELLIS / AFP)

Baca juga: Transfer AC Milan: Prioritaskan Perpanjangan Kontrak Rafael Leao dan Minat Winger Cadangan MU

Baca juga: Puji Habis-habisan Real Madrid, Wenger Malah Jagokan Manchester City ke Final Liga Champions

Klopp adalah pelatih yang percaya dengan sebuah proses. Ia membuat sistem permainan berdasarkan kapasitas pemain yang ia miliki.

Klopp jeli dalam menggodok pemain yang biasa-biasa saja sebelumnya menjadi sosok penting dalam taktik yang dia usung.

Nama-nama yang disebutkan di atas adalah contohnya, mereka diboyong dengan banderol di bawah 50 juta euro, namun apa yang mereka tunjukkan di lapangan begitu luar biasa.

Mohamed Salah yang menjadi bintang, diakui sebagai salah satu pemain terbaik di dunia dengan beberapa kali masuk dalam nominasi pemenangan Ballon d'Or.

Awal kehebatan Klopp terlihat saat Liverpool berhasil dibawanya mencapai babak final Piala Liga dan Liga Eropa pada musim 2015/2016.

Lalu di musim selanjutnya (2016/2017), pelatih berusia 52 tahun tersebut mampu membawa The Reds tampil di ajang Liga Champions setelah tiga musim absen.

Grafik menanjak kembali mampu Klopp tunjukan di musim 2017/2018, Jordan Henderson dan kolega dibawanya mencapai babak final Liga Champions dan bersua tim raksasa Spanyol, Real Madrid.

Sayangnya, blunder konyol yang dilakukan Karius di partai tersebut membuat Liverpool harus menyerahkan trofi Si Kuping Besar ke tangan Los Blancos.

Namun, bukan Klopp namanya jika ia tak belajar dari kekalahan. Di musim selanjutnya, The Reds sukses dibawanya tampil superior di Liga Champions hingga kembali melangkah ke babak final.

Tottenham Hotspur yang menjadi lawan dibuat tak berdaya, tim asuhan Pochettino berhasil Klopp kalahkan dengan skor meyakinkan 2-0 lewat sumbangan gol Mo Salah dan Divock Origi.

Raihan manis terakhir yang sukses Klopp berikan untuk Liverpool terjadi pada musim 2019/2020.

Liverpool menjalani musim paling luar biasa di liga dengan mengalami jumlah kekalahan yang dapat dihitung jari.

Mereka juga meninggalkan City di urutan kedua dengan selisih poin dua digit yang begitu jauh dan mustahil dikejar bahkan saat kompetisi masih menyisakan tujuh laga sisa.

Gelar Liga Primer Inggris pun berhasil mereka bawa pulang setelah 30 tahun lamanya tak masuk lemari prestasi di Anfield.

"Dia (Jurgen Klopp) akan dikenang selamanya oleh fans di Anfield, Klopp adalah orang yang harus dihormati berkat jasa-jasanya untuk Liverpool," Kata Gerrard, legenda hidup Liverpool dilansir ESPN.

Berhasil mencatatkan hasil istimewa untuk The Reds tak membuat eks pelatih Brussia Dortmund itu jumawa.

Dalam sebuah konferensi Pers, Klopp menyebut dirinya adalah The Normal One, dia tak merasa menjadi orang yang spesial walaupun telah memberi gelar bergengsi untuk Liverpool.

Permainan high pressing, gegenpressing, dan direct pass dipertontonkan oleh skuat juru taktik asal Jerman itu.

Ya, 'Rock and Roll football' yang diusung Jurgen Klopp dengan 3 skema tersebut mampu membuat Liverpool tampil mempesona musim ini juga musim-musim sebelumnya.

Manajer Liverpool Jerman Jurgen Klopp memeluk gelandang Liverpool asal Spanyol Thiago Alcantara selama pertandingan sepak bola Liga Inggris antara Liverpool dan Manchester United di Anfield di Liverpool, barat laut Inggris pada 19 April 2022.
Manajer Liverpool Jerman Jurgen Klopp memeluk gelandang Liverpool asal Spanyol Thiago Alcantara selama pertandingan sepak bola Liga Inggris antara Liverpool dan Manchester United di Anfield di Liverpool, barat laut Inggris pada 19 April 2022. (Oli SCARFF / AFP)

Salah satu yang paling mencolok adalah bagaimana Klopp menerapkan permainan gegenpressing untuk Liverpool.

"Gegenpressing adalah soal ketepatan dan kecepatan, kami memberi waktu 5 detik untuk pemain dapat merebut bola kembali setelah kehilangannya," kata Klopp, dilansir HaytersTV.

"Kami memanfaatkan kegagalan lawan melakukan transisi menyerang untuk menciptakan peluang dan mencetak gol, itu yang kami lakukan," lanjutnya.

Walaupun menguras stamina dan membuat pemain Liverpool rentan cedera, permainan yang diusung Klopp terbukti efisien untuk meraih 3 poin dan mengalahkan lawan-lawannya yang di atas kertas secara skuat lebih mewah dari tim yang bermarkas di Anfield Stadium tersebut.

Gaya kepelatihan seperti itu tak asing dengan juru taktik Man United bukan? Ya, gegenpressing adalah cetusan dari Ralf Rangnick yang dijadikan senjata Jurgen Klopp untuk The Reds.

Rangnick adalah maha guru untuk pelatih-pelatih dari Jerman. Nama-nama seperti Jurgen Klopp, Thomas Tuchel, hingga pelatih Bayern Munchen, Julian Nagelsmann merupakan murid-nya.

Nama yang disebutkan pertama dapat dibilang sebagai sosok yang menaruh kiblat permainannya seperti Rangncik.

Beberapa pemain Liverpool sekarang adalah bekas asuhan Rangnick ang ia godok di klub terdahulunya.

"Klopp tidak perlu berterima kasih kepada saya. Ini jelas bukan kebetulan bahwa ia memiliki empat mantan pemain saya (Sadio Mane, Naby Keita, Firmino, dan Joel Matip)," Kata Rangnick dilansir BT Sport.

"Karena itu menunjukkan bahwa ia sebenarnya mencari jenis pemain yang sama, dengan aset yang sama, dengan mental yang sama," lanjutnya.

Jelas bukanlah tanpa alasan mengapa Klopp seniat itu untuk menerapkan filosofi Rangnick untuk Liverpool yang sedang ia buat menjadi tim terbaik Eropa.

(Tribunnews.com/Deivor)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved