Super Pandit
AC Milan & Inter dalam Teror Inkonsistensi, Kuda Hitam Liga Italia Beri Ancaman di Perburuan Gelar
I Partenopei hanya berjarak 1 poin dengan sang pemuncak klasemen, AC Milan dan berada di atas Inter yang nangkir di posisi 3 dengan koleksi 63 angka
TRIBUNNEWS.COM - Napoli seringkali namanya dipinggirkan dalam perburuan gelar juara Liga Italia musim ini.
Sedikitnya nama besar di dalam skuat serta tak ada sejarah kuat yang melabeli Napoli di kancah domestik membuat nama mereka tak semelejit Inter maupun AC Milan.
Padahal, di sisa laga Liga Italia, Napoli bisa saja mendobrak papan klasemen dan menggeser Inter dan AC Milan dari tangga juara.
Napoli saat ini bertengger di posisi ke-2 klasemen Liga Italia dengan torehan 66 angka.
I Partenopei hanya berjarak satu poin dengan sang pemuncak klasemen, AC Milan dan berada di atas Inter yang nangkring di posisi 3 dengan koleksi 63 angka.
Menariknya, AC Milan dan Inter saat ini berada dalam tekanan inkonsistensi, pasalnya, dua tim sekota itu memperlihatkan penampilan yang naik turun.

Baca juga: Kualitas Evan Soumilena, Pivot Timnas Futsal Indonesia yang Memiliki Label Striker Tajam AC Milan
Baca juga: Klasemen dan Top Skor Liga Italia: Singgasana AC Milan Terancam, Rapor Vlahovic Jeblok di Juventus
Terakhir, Rossoneri mengalami paceklik saat berhadapan dengan Bologna, di empat pertandingan terakhir pun AC Milan hanya mampu menciptakan 3 gol saja.
Sedangkan Inter Milan, tak mampu menujukkan keganasan mereka seperti di awal musim, dari 6 laga terakhirnya, Nerazzurri hanya mampu meraih 2 kali kemenangan.
Dengan inkonsistensinya dua rival dalam perburuan gelar, Napoli memiliki kesempatan besar untuk meraih scudetto di 7 laga sisa Liga Italia.
Meski tak memiliki kedalaman skuat yang mewah, pengalaman sang pelatih mampu membawa Napoli tampil apik dan bersaing untuk meraih scudetto 2021/2022.
Ya, meski sang juru taktik, Luciano Spaletti baru didatangkan Napoli di musim ini, namun ia mampu beradaptasi dengan cepat bersama tim yang bermarkas di Stadion Diego Armando Maradona tersebut.
Pengalaman menukangi tim-tim elit Liga Italia lainnya (AS Roma dan Inter Milan) membuat pelatih berusia 62 tahun tersebut tak membutuhkan waktu lama untuk beradaptasi bersama I Partenopei.
Debut kepelatihannya menahkodai Lorenzo Insigne dan kawan-kawan begitu moncer, Napoli saat ini menjadi tim yang tak pernah merasakan kekalahan di Liga Italia bersama AC Milan, status pemuncak klasemen hingga giornata kesepuluh pun didapat.
Padahal, di bursa transfer musim panas kemarin, i Partenopei yang begitu jor-joran dalam mendatangkan pemain.

Dilansir Transfermarkt, Napoli hanya menggelontorkan dana sebanyak 19 juta euro untuk memperdalam skuat di musim ini.
Dua pemain berhasil didatangkan secara gratis, yaitu Juan Jesus dari AS Roma dan kiper muda, David Marfella yang didatangkan dari tim Serie C, Bari.
Dana 19 juta yang dikeluarkan adalah untuk mempermanenkan dua pemain yang sejak musim lalu sudah membela Gli Azzuri yaitu, Matteo Politano dari Inter Milan dan meminjam Andre-Frank Zambo Anguissa dari Fulham.
Meskipun begitu, magis pelatih uzur tersebut mampu membawa Napoli tampil mempesona dan konsisten.
Baca juga: Benfica vs Liverpool: Pemain Ini Kini Menjadi Roda Penggerak di Liverpool, Musim Lalu Hanya Cadangan
Efisiensi taktik Spalletti
Dilansir Sofascore, musim ini Napoli menjadi tim kedua dengan penguasaan bola terbanyak di Liga Italia dengan 59,12% Ball Possession.
Skema dasar 4-3-3 yang diusung juru taktik asal Italia tersebut jelas mengutamakan permainan atraktif dan position play menggunakan umpan pendek dari kaki ke kaki.
Rata-rata jumlah passing mereka adalah 512 per pertandingan dengan tingkat akurasi mencapai 86.7%. Kembali menjadi yang tertinggi di Liga Italia mengalahkan Sarriball di Lazio yang dikenal handal dalam urusan melakukan passing.
Spalletti senang membuat lawan kelimpungan lewat permainan position play yang dia usung, pergerakan tanpa bola para punggawa i Partenopei begitu cair.
Mereka tak terpaku dengan posisi di atas kertas, pergerakan pemain begitu cair untuk saling bertukar posisi saat melakukan serangan dan mengatur tempo permainan.
Lorenzo Insigne yang bermain sebagai winger begitu aktif menjemput bola ke tengah untuk menjadi 'sutradara' dalam serangan Napoli.

Posisinya di sisi sebelah kiri sering diisi oleh Fabian Ruiz yang bermain lebih melebar, bahkan Mario Rui sebagai full back aktif untuk mengisi lini penyerangan sebelah kiri yang ditinggalkan Insigne.
Hal tersebut membuat serangan yang digencarkan oleh i Partenopei berjalan sangat efektif dan efisien.
Mereka mencatatkan rata-rata melakukan 12 kali tendangan per pertandingan (paling banyak di Liga Italia) serta torehan 2.2 gol di setiap pertandingannya.
Musim ini di Liga Italia mereka menjadi tim paling produktif ketiga (56) setelah Inter Milan (63), dan Lazio (60).
Ya, efektifitas serangan yang dibangun i Partenopei membuat lini depan mereka begitu moncer sehingga memanjakan para penyerang mereka.
Tak hanya itu, kolektivitas permainan yang diusung Spaletti membuat Napoli tak begitu bergantung pada jumlah gol individu pemain.
Dilansir Transfermarkt, sudah ada 19 pemain berbeda Gli Azzuri yang mampu mencatatkan namanya di papan skor.
Dengan performa gemilang i Partenopei hingga giornata yang ke-31.
Victor Osimhen dan kolega patut dinobatkan sebagai calon terkuat untuk meraih Scudetto musim ini, merusak keinginan besar AC Milan serta Inter Milan yang memiliki ambisi sama besarnya.
Efisiensi permainan yang dibangun Spalletti benar-benar mampu memaksimalkan atribut yang dimiliki para punggawa Napoli.
Tinggal bagaimana sang pelatih dan anak asuhnya mampu menjaga konsistensi permainan hingga Giornata terakhir
Dan membuat i Partenopei meraih Scudetto, gelar yang sudah 34 tahun lamanya tak mereka bawa pulang.
(Tribunnews.com/Deivor)