Minggu, 5 Oktober 2025

Super Pandit

Manfaatkan Situasi Pelik Chelsea, Bagaimana Jika Man United Bajak Thomas Tuchel dari The Blues?

Dengan CV mentereng Tuchel, jelas United yang sedang haus akan trofi memiliki siasat untuk membajaknya dari Chelsea yang diambang kehancuran.

Penulis: deivor ismanto
Editor: Husein Sanusi
AFP/GLYN KIRK
Pelatih Chelsea asal Jerman, Thomas Tuchel melakukan selebrasi usai timnya memenangi laga lanjutan Liga Inggris antara Crystal Palace melawan Chelsea di Stadion Selhurst Park, London Selatan, Inggris, Sabtu (19/2/2022) malam WIB. Pertandingan berakhir dengan skor 0-1 (0-0) untuk kemenangan Chelsea berkat gol semata wayang Hakim Ziyech di ujung laga (89'). AFP/GLYN KIRK 

TRIBUNNEWS.COM - Legenda Liverpool, Jamie Carragher melempar komentar menarik terkait kebutuhan Manchester United akan juru taktik anyar di musim depan.

Carragher memberi ide kepada Manchester United untuk membajak Thomas Tuchel dari Chelsea yang sedang berada dalam situasi pelik.

Seperti yang kita tahu, The Blues berada dalam kehancuran lantaran pembekuan aset Roman Abramovich yang diberikan pemerintah Inggris karena afiliasinya dengan Presiden Putin.

"Jika dia memiliki kesempatan untuk pindah ke klub sebesar United, maka ia harus mengambilnya. United bisa memberikannya rasa aman dan juga dukungan yang selalu diinginkan pelatih top," kata Carragher dilansir Sky Sports.

"Memang hanya klub-klub tertentu yang bisa menarik perhatiannya. Namun United akan keliru besar jika tidak mencoba merekrutnya, karena ia sosok pelatih yang dibutuhkan mereka," lanjutnya.

Apa yang dilontarkan Carragher cukuplah masuk akal, Tuchel bisa saja menjadi juru selamat bagi United seperti yang ia lakukan pada Chelsea.

Manchester United juga dapat memanfaatkan hubungan Tuchel dengan Rangnick yang pernah bekerja sama saat masih menangani klub Liga Jerman, Mainz.

Pelatih Chelsea asal Jerman, Thomas Tuchel meninggalkan lapangan usai peluit akhir berbunyi dalam laga putaran kelima Piala FA (FA Cup) antara Luton Town melawan Chelsea di Stadion Kenilworth Road, di Luton, Inggris bagian tengah, Kamis (3/3/2022) dini hari WIB. Pertandingan tersebut berakhir dengan skor 2-3 (2-1) untuk kemenangan The Blues. AFP/ADRIAN DENNIS
Pelatih Chelsea asal Jerman, Thomas Tuchel meninggalkan lapangan usai peluit akhir berbunyi dalam laga putaran kelima Piala FA (FA Cup) antara Luton Town melawan Chelsea di Stadion Kenilworth Road, di Luton, Inggris bagian tengah, Kamis (3/3/2022) dini hari WIB. Pertandingan tersebut berakhir dengan skor 2-3 (2-1) untuk kemenangan The Blues. AFP/ADRIAN DENNIS (AFP/ADRIAN DENNIS)

Baca juga: Hadapi Situasi yang Tak Pasti di Chelsea, Thomas Tuchel: Selama Ada Kaus dan Bus, Kami Siap Tanding

Baca juga: Prediksi Brighton vs Liverpool di Liga Inggris: Panggung Firmino Hentikan Paceklik Gol Salah & Mane

"Ada keuntungan lain bagi Tuchel jika ia pindah ke United. Karena mentornya, Rangnick saat ini sedang menangani United secara sementara," ujar Carragher.

"Jika United ingin menggunakan jasa Rangnick sebagai konsultan dan mereka bertanya siapa manajer yang tepat untuk mereka, lantas siapa yang akan ia telepon?" pungkasnya.

Nampaknya, sebelum Carragher melontarkan pertanyaannya, pihak Manchester United juga telah berfikir untuk membawa Tuchel ke Old Trafford.

Dalam situasi pencarian pelatih anyar yang masih abu-abu, dengan nama besar Setan Merah, mereka dapat dengan mudah menarik perhatian pelatih top Eropa, termasuk Thomas Tuchel.

Juru taktik asal Jerman tersebut telah membuktikan kecerdasaannya bersama Chelsea dengan rangkaian trofi bergengsi yang telah ia sumbangkan bagi The Blues.

Salah satunya, Tuchel sukses mengantar Chelsea merengkuh trofi Piala Dunia AntarKlub untuk pertama kalinya dalam sejarah.

Trofi yang ia berikan untuk Chelsea seakan membuktikan bahwa ia adalah salah satu pelatih terbaik di dunia saat ini.

Bagimana tidak, pada awal kedatangan di Chelsea, ia berhasil memberi instant impact dengan mempersembahkan gelar Liga Champions 2020/2021.

Kemudian setelahnya, Trofi UEFA Super Cup juga sukses ia sumbangkan untuk tim yang bermarkas di Stamford Bridge tersebut.

Hebatnya, 3 trofi bergengsi tersebut, sukses Tuchel sumbangkan untuk Chelsea hanya dalam kurun waktu 382 hari, luar biasa!

Perfoma mentereng musim lalu pun sukses ia pertahankan hingga musim 2021/2022, Chelsea sukses lolos ke babak 16 besar Liga Champions serta bertengger di papan atas klasemen Liga Inggris untuk memberebutkan gelar juara bersama Manchester City dan Liverpool.

Ya, tangan dingin Tuchel memang mampu membuat Chelsea dapat bermain menyerang dan bertahan dengan sama baiknya.

Tuchel benar-benar berhasil membuat Chelsea menjadi tim kuat yang sulit untuk dikalahkan.

Formasi tiga bek yang diterapkannya tidak membuat Chelsea bermain bertahan.

Justru sebaliknya, saat ini Chelsea menjadi tim ketiga paling produktif di Liga Inggris dengan torehan 45 gol.

Eks pelatih Barcelona yang baru saja dipecat akhir tahun lalu, Ronald Koeman, adalah salah satu orang yang terkesan dengan strategi Tuchel di Chelsea.

Menurut Koeman, Tuchel sukses menerapkan 3-5-2 dengan sempurna untuk The Blues.

"Hasil terbaik yang didapat Barcelona tahun lalu adalah ketika memakai 3-5-2," tutur Koeman seperti dikutip dari Football365.

"Kami berhasil memaksimalkan Sergio Busquets, kami memiliki beberapa penyerang yang tersedia,"

“Chelsea adalah panutan, mereka bermain dalam 3-5-2, tetapi tidak defensif," tambah pria asal Belanda itu.

Sebelum melatih Chelsea, Tuchel sudah dikenal sebagai pelatih hebat dan kaya taktik.

Itu yang membuat ia mampu beradaptasi dengan cepat bersama Chelsea dan membuat The Blues menjadi sekuat sekarang.

Karir Thomas Tuchel sebelum di Chelsea dan hubungannya dengan Rangnick

Bisa dibilang, karir kepelatihan Thomas Tuchel adalah andil besar dari pelatih Manchester United sekarang, Ralf Rangnick.

sebelum menangani Chelsea di Liga Inggris, Tuchel sempat menimba ilmu pada Rangnick di awal masa kepelatihannya tahun 2000 silam.

Pelatih kepala Manchester United German Interim Ralf Rangnick meninggalkan lapangan permainan setelah pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Manchester United dan Crystal Palace di Old Trafford di Manchester, barat laut Inggris, pada 5 Desember 2021. (Photo by Paul ELLIS / AFP) / RESTRICTED TO EDITORIAL USE.
Pelatih kepala Manchester United German Interim Ralf Rangnick meninggalkan lapangan permainan setelah pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Manchester United dan Crystal Palace di Old Trafford di Manchester, barat laut Inggris, pada 5 Desember 2021. (Photo by Paul ELLIS / AFP) / RESTRICTED TO EDITORIAL USE. (AFP/PAUL ELLIS)

Baca juga: Harry Kane Bidik Rekor Wayne Rooney pada Laga Manchester United Vs Tottenham, Ronaldo Tak Pasti Main

Baca juga: Kunci Kebangkitan Arsenal & Kans Lolos ke Liga Champions: Magis Arteta Poles Atribut Pemain Muda

Saat itu, Rangnick merekrut Tuchel sebagai bagian dari staf kepelatihan tim muda VfB Stuttgart.

Ya, Tuchel mengawali karirnya dengan menjadi pelatih tim junior VfB Stuttgart pada sekitaran tahun 2000.

Pelatih asal Jerman itu pun sukses membawa VfB Stuttgart menjuarai kompetisi U-19.

Tuchel pulalah yang ikut membesarkan pemain sekaliber Holger Badstuber dan Mario Gomez. 

Hingga masa baktinya bersama Stuttgart berakhir, pada 2005 Tuchel menukangi tim Augsburg II.

Kala itulah ia bertemu dengan Julian Nagelsmann, yang kini melatih raksasa Jerman, Bayern Munchen.

Namun karena Tuchel adalah sosok yang keras dan idealis akhirnya Augsburg II memilih untuk memecat Tuchel.

Saat itulah, pada musim 2009/2010 Tuchel melatih tim profesional di Bundesliga, FSV Mainz 05.

Tahun 2014, Tuchel memilih mundur dari Mainz untuk menerima pinangan dari Borussia Dortmund.

Dari situ lah, Tuchel ramai disebut mirip dengan Jorgen Klopp yang sama-sama mengawali karier dari Mainz lalu hijrah ke Dortmund.

Tuchel dikenal sebagai pelatih yang adaptif. Ia sering menyesuaikan taktiknya dengan taktik tim lawan, guna meraih hasil yang ia inginkan.

Meski gagal menghentikan dominasi Bayern Munchen di Bundesliga, Tuchel suskes mempersembahkan gelar DFB-Pokal 2017 untuk Dortmund.

Setelah menyumbangkan gelar satu-satunya untuk Dortmund, Tuchel justru dipecat karena berselisih paham dengan CEO Dortmund kala itu, Hans-Joachim Watzke.

Satu tahun setelahnya, tepatnya ditahun 2018, Thomas Tuchel direkrut oleh Paris Saint-Germain  guna menggantikan Unai Emery yang dianggap gagal.

Di Paris, Tuchel berhasil menyumbangkan enam piala Prancis dan dua gelar Ligue 1.

Tuchel juga sukses membawa PSG ke final Liga Champions 2020 untuk pertama kalinya.

Namun, keputusan mengejutkan dilakukan oleh manajemen PSG dengan memilih memecat Tuchel di tengah musim 2021 untuk digantikan oleh Mauricio Pochettino.

Karir gemilang Tuchel bersama Chelsea dimulai hingga sekarang

Roman Abramovich pada akhirnya memutuskan untuk memecat Frank Lampard, Imbas dari inkonsistensinya The Blues yang berada di peringkat ke-7 Liga Inggris.

Tak menunggu lama, pada Januari 2021, Thomas Tuchel ditunjuk untuk menjadi nahkoda baru Chelsea, pelatih asal Jerman itu dikontrak 18 bulan oleh The Blues dengan opsi perpanjangan satu musim.

Tuchel sukses membuat para pemain Chelsea mampu mengimplementasikan taktik yang diusungnya.

Tuchel mampu membangun The Blues menjadi tim yang kuat dalam bertahan dan menyerang, Lewat skema 3-4-3 dengan adaptasi 3-4-2-1 dan 3-5-2.

Lewat skema itu juga, Tuchel sukses membawa The blues lolos ke partai final Liga Champions sekaligus menjuarainya.

Reaksi Pelatih Chelsea, Thomas Tuchel berlatar depan ekspresi pelatih Tottenham Hotspur, Antonio Conte pada laga semifinal Carabao Cup, pekan kedua Januari 2022 silam.
Reaksi Pelatih Chelsea, Thomas Tuchel berlatar depan ekspresi pelatih Tottenham Hotspur, Antonio Conte pada laga semifinal Carabao Cup, pekan kedua Januari 2022 silam. (Tangkap Layar/Photo by Shaun Botterill/Getty Images)

Contoh paling nyata dari skema itu adalah ketika Chelsea mempermalukan Manchester City di final Liga Champions 2021.

Tuchel berhasil mementahkan strategi Pep Guardiola dengan menutup rapat lini tengah.

Pelatih berusia 48 tahun itu juga menggunakan taktik man marking yang agresif.

Taktik ini sengaja dipilih Tuchel karena ia ingin para pemain Chelsea terus bergerak menempel lawan ketika memasuki area tengah.

Hal itulah yang membuat City kewalahan menembus pertahan The Blues dan tak mampu mencetak satu gol pun selama dua babak.

Cara Tuchel menyerang adalah dengan menarik Mason Mount sedikit ke belakang, serta membiarkan Werner dan Havertz bergerak bebas mencari celah pertahanan City yang sibuk menyerang.

Hasilnya, Chelsea berhasil mencuri gol lewat kaki Kai Havertz yang bergerak ke tengah menyambut umpan Mason Mount dari sisi kiri.

Skor tipis 1-0 sukses membawa Chelsea menjuarai Si Kuping Besar. Gelar yang sudah lama dirindukan oleh tim asal London tersebut.

Dengan CV mentereng Thomas Tuchel, jelas Manchester United yang sedang haus akan trofi memiliki siasat untuk membajaknya dari Chelsea yang diambang kehancuran.

Menarik disimak bagaimana masa depan Tuchel bersama The Blues, yang jelas tak akan ada pelatih yang betah dengan situasi pelik bersama tim yang ia latih.

Tentu tawaran menggiurkan dari tim lain akan membuat Tuchel sewaktu-waktu dapat angkat kaki dari kursi kepelatihan Chelsea, dan Manchester United adalah tim yang paling membutuhkan jasanya.

(Tribunnews.com/Deivor)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

Klub
D
M
S
K
GM
GK
-/+
P
1
Arsenal
7
5
1
1
14
3
11
16
2
Liverpool
7
5
0
2
13
9
4
15
3
Tottenham
7
4
2
1
13
5
8
14
4
Bournemouth
7
4
2
1
11
8
3
14
5
Crystal Palace
6
3
3
0
8
3
5
12
© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved