Liga Italia
Lini Belakang AS Roma, Cerminan Prinsip Dasar Jose Mourinho yang Belum Terpenuhi
AS Roma belum bisa menemukan seorang pemain belakang yang bisa bertindak sebagai pemimpin ulung dalam tim Jose Mourinho
TRIBUNNEWS.COM - Awal kedatangan Jose Mourinho di AS Roma membawa suka cita tersendiri bagi para pendukung.
Rekor mentereng Mourinho sebagai pelatih tim-tim papan atas Eropa menjadi salah satu dasar kebahagiaan pendukung.
Ia dirasa bisa mengangkat prestasi AS Roma yang tenggelam pasca-ditinggal Francesco Totti.
Jose Mourinho datang saat dirinya bermasalah dengan Tottenham Hotspur.

Baca juga: Ancaman The Next Mourinho, Ruben Amorim Disebut-sebut Sebagai Pelatih Paling Berbakat Saat Ini
Pemecatannya yang kontroversial dari kursi pelatih Spurs tak menyurutkan minat Serigala Ibu Kota, julukan AS Roma.
Sang Direktur Olahraga, Tiago Pinto mendapat amanah langsung dari sang pemilik klub, Friedkin bersaudara.
Friedkin bersaudara ingin Pinto bekerja sama dan memenuhi segala kebutuhan Mou selama berada di Ibu Kota.
Dana sekiranya 500 juta Euro habis oleh Mourinho untuk memperbaiki kualitas skuat tim asal Ibu Kota Italia ini.
Baca juga: Kata Jose Mourinho Tentang Sambutan Fan Inter Milan, Hubungan yang Abadi dan Tujuan Roma ke San Siro
Ia tercatat mendatangkan enam pemain pada bursa transfer pertamanya bersama I Lupi.
Mou memecah fokusnya dalam mendatangkan pemain.
Lini depan dan belakang menjadi sorotan utamanya.
Transfer Tammy Abraham dari Chelsea barangkali menjadi yang terheboh pada musim panas lalu.
Tarik ulur panjang dengan Chelsea membuat drama yang ada di sekitar transfer ini semakin berkembang liar.
Ada harga, ada kualitas. Itulah yang tercermin dari transfer Tammy Abraham.
Uang 40 juta Euro rasanya tak mubazir bila melihat kontribusi sang pemain.
Catatan 11 golnya saat ini membuat dirinya benar-benar menjadi tumpuan lini depan.

Namun, kesuksesan transfer di lini depan belum terasa pada sektor belakang mereka.
Roger Ibanez dan Matias Vina menjadi pemain yang didatangkan Mou untuk memperbaiki lini belakang Giallorossi.
Sayangnya, keduanya belum memberi andil besar pada performa tim.
Bahkan, Vina terkadang harus berbagi tempat dengan Calafiori yang belakang kerap ditampilkan.
Keadaan lini belakang Roma ini seakan menyiratkan ciri khas Mourinho yang belum terpenuhi di Ibu Kota.
Ia membutuhkan seorang bek yang bisa berperan sebagai pemimpin ulung.
Sepanjang kesuksesannya di berbagai tim, ia pernah bekerja sama dengan bek-bek jempolan.
John Terry, Javier Zanetti hingga Pepe pernah menjadi tumpuan Mou di klub masing-masing.
Barangkali, tak perlu dijelaskan lebih lanjut soal kualitas ketiga pemain tersebut.

Mereka akan rela melakukan apapun untuk menjaga gawang timnya tetap perawan sepanjang laga.
Inilah yang belum dimiliki Mou di AS Roma.
Memang, Giallorossi punya Chris Smalling sebagai pemain senior di sana.
Akan tetapi, bek berusia 32 tahun ini rasanya belum bisa disandingkan dengan Terry, Pepe, Zanetti atau Carvalho.
Tak adanya seorang pemimpin di lini belakang membuat gawang AS Roma sangat mudah kebobolan.
Hingga pekan ke-26 ini, mereka menjadi salah satu tim yang paling banyak kebobolan di 10 besar Liga Italia.
Mereka hanya kalah dari Lazio yang lebih menderita soal kebobolan.
Baca juga: Berita Milan, Skenario Perburuan Berardi Korbankan Messias, Harga Pobega Naik 2 Kali Lipat
Lazio sekarang memiliki catatan kebobolan 40 gol.
Sementara AS Roma sebanyak 34 kali.
Bedanya, Lazio mengimbangi banyaknya kebobolan itu dengan produktivitas lini depan.
Lazio kini sudah menjebol gawang lawan sebanyak 53 kali.
Bandingkan dengan AS Roma yang baru membuat 44 gol saja.
(Tribunnews.com/Guruh)