Super Pandit
Hilangnya Ketajaman Lukaku di Chelsea, Imbas Taktik Tuchel, Nasihat Conte, dan Tandem di Lini Depan
Seakan kehilangan tajinya, Romelu Lukaku mengalami paceklik gol di 10 laga terakhir Chelsea, baik di kancah domestik maupun kontinental.
TRIBUNNEWS.COM - Seakan kehilangan tajinya, Romelu Lukaku mengalami paceklik gol di 10 laga terakhir Chelsea, baik di kancah domestik maupun kontinental.
Nama Romelu Lukaku tak tercatat di papan skor ketika Chelsea bertanding melawan Tottenham Hotspur, Aston Villa, Manchester City, Juventus, Southampton, Brentford, Malmo, Manchester United, Watford, dan West Ham.
Ya, selama 2 bulan lebih Lukaku tak menyumbangkan satu gol pun untuk The Blues, tiga laga terakhir yang disebutkan di atas adalah pertandingan yang ia jalani setelah mengalami cedera.
Thomas Tuchel pun beralasan bahwa ia masih beradaptasi dengan stiker barunya tersebut, juru taktik asal Jerman itu juga menambahkan bahwa lukaku terlalu banyak dimainkan di musim ini.

Baca juga: Syarat AC Milan Lolos Babak 16 Besar Liga Champions: Menang Atas Liverpool, Porto Vs Atletico Seri
Baca juga: Bedah Peluang Top Skor Barisan Penyerang Tajam Liga Inggris, Mo Salah Menggila, Ronaldo & Son Nyusul
ketika harus menjadi juru gedor Chelsea, Lukaku juga menjadi tumpuan Timnas Belgia di lini depan.
Alasan Tuchel memang ada benarnya, namun, jika dilihat dari kualitas Romelu Lukaku, seharusnya ia tak kesulitan dalam urusan merobek jala gawang lawan, performanya di Inter begitu sempurna.
Hal tersebut-lah yang menjadi alasan Chelsea berani mengeluarkan dana yang tak sedikit untuk memboyongnya, dan Tuchel pun mengakui kualitas strikernya itu.
“Dia (Lukaku) adalah atlet yang fantastis dan pria yang kompetitif sehingga dia ingin memenangkan segala hal," Kata Tuchel dilansir The Guardian.
Lantas, melihat aspek tersebut, beberapa asumsi menyalahkan Thomas Tuchel yang dirasa tak mampu memaksimalkan kemampuan Lukaku, salah satunya Antonio Conte.
"Jika Anda memiliki penyerang tengah seperti Lukaku, anda perlu menggunakan dia, dan saya rasa Chelsea belum menemukan cara untuk menggunakannya," kritik tajam Conte dilansir Goal.
Ya, Lukaku memang dibuat garang oleh Antonio Conte, jika di Manchester United Lukaku mengalami paceklik, penampilannya di Inter Milan begitu tajam.

Sempat dianggap terlalu mahal saat mendarat di San Siro, nyatanya polesan tangan dingin Conte mampu membuat Lukaku menjadi penyerang sohor yang namanya disejajarkan bersama Ronaldo dan Immobile di Liga Italia musim lalu.
Dari 44 pertandingan bersama Inter Milan di musim 2020/2021, pria asal Belgia itu sukses mencetak 30 gol dan 10 assist untuk Nerazzurri.
Di Inter, Conte menduetkan pemain Lukaku bersama Lautaro Martinez yang lebih dominan berada di lini tengah. Hal tersebut membuat Lukaku bermain lebih fleksibel.
Striker berbadan tambut tersebut, banyak bergerak di sisi kiri, kanan, hingga menjemput bola sampai ke tengah.
Hal tersebut membuat Lukaku mampu mencari ruang-nya sendiri untuk menciptakan gol, dan hal tersebutlah yang tak terlihat di Chelsea.
Tuchel dengan pakem 3-4-3 dan 3-5-2 andalannya, sering menduetkan Lukaku bersama Werner. Masalahnya adalah, Werner bukanlah pemain yang nyaman berada di kotak penalti.
Itu membuat Lukaku lebih dioptimalkan oleh Tuchel untuk berada lebih banyak berdiri di kotak 16, tentu hal tersebut berpengaruh pada ketajaman sang pemain.
Musim ini, dilansir FBref, shots total Lukaku berada di angka 2.66 per pertandingan, jauh turun dibandingkan musim lalu saat dirinya masih bermain untuk Inter, shots total Lukaku mencapai angka 3.78 per pertandingan.
Itu statistik terkait individu, statistik lain berdasarkan permainan kolektif di lapangan, terlihat rekan Lukaku di lini depan Chelsa begitu jarang memberi umpan kepadanya.
Catatan Skysport per (15/9/2021), menunjukkan bahwa belum satu kali pun seorang Kai Havertz mengirimkan umpan kepada Lukaku.
Bahkan asumsi liar beredar bahwa Havertz sengaja melakukan hal tersebut agar ia mampu menggeser posisi Lukaku di lini depan Chelsea.
Faktanya, progesi skema Thomas Tuchel lebih efektif ketika Chelsea bermain tanpa striker murni atau false nine.
Meski tak rajin mencetak gol, Havertz mampu membuka ruang bagi Mount dan winger Chelsea lainnya untuk bermain lebih menusuk dan fleksibel.
Havertz yang sering bergerak ke lini tengah dan samping membuat Mount bebas bergerak untuk mengisi pos yang ditinggalkan pemain asal Jerman tersebut.
Pun dengan keleluasaan para wing back The Blues, ketiadaan Lukaku yang sering berada di kotak penalti membuat Chillwell dan Reece James bebas untuk masuk ke kotak penalti tanpa bertabrakan dengan striker Chelsea.
Contohnya adalah di gol yang dicetak James saat melawan Norwich pada (23/10/2021), Mount yang menerima bola di tengah langsung mengirimkan umpan terobosan kepada James yang berlari menuju kotak penalti dari sisi kanan penyerangan The Blues.
Havertz yang berdiri di luar kotak 16 memberi keluasaan bagi James untuk melakukan penetrasi dan merangsek ke dalam kotak penalti lawan.
Tak ketinggalan, wing back Chelsea lainnya yang berhasil menyumbangkan gol yaitu, Chillwell.
Eks punggawa Leicester City tersebut juga mencetak gol dari dalam kotak penalti, dan beberapa kali bermain menusuk menggunakan kecepatan dan kepintarannya dalam mencari celah.
Meskipun hanya melawan Norwich City, skema yang dimainkan oleh Tuchel lebih efektif ketika mereka tak memasang striker murni.
Para pemain kreatif dan cepat dalam skuatnya dapat bermain lebih bebas dan mencolok karena fleksibilitas ruang di depan.
Lukaku yang tengah didekap cedera dan mengalami paceklik gol hingga di delapan pertandingan memang sebuah hal yang mengecewakan dan merugikan untuk The Blues.
Namun, ada sisi positif dibalik absennya pemain yang diboyong dari Inter Milan dengan harga 115 juta euro tersebut.
Hampir seluruh pemain Chelsea mampu mencetak gol, itu terbukti dari hitungan Squawka yang mencatat ada 17 pemain The Blues yang mampu mencatatkan namanya di papan skor.
Skema Tuchel yang mengedepankan kolektivitas antar pemain memang membuat Chelsea tak bertumpu pada satu pemain untuk menjebol gawang lawan.
Tetapi, ada hal lain yang bisa mempengaruhi tumpulnya Lukaku di lini depan The Blues selain aspek-aspek yang disebutkan di atas, yaitu kutukan nomor punggung 9.
Dengan memakai nomor punggung 9, Lukaku mewarisi nomor milik para striker hebat sekaligus paling terkutuk di Chelsea.

Dimulai dari Chris Sutton memakainya selama musim 1999/2000 bersama The Blues, ia pun hanya mencetak satu gol dalam 28 penampilan di Liga Inggris.
Jimmy Floyd Hasselbaink kemudian mengenakan nomor punggung 9 di tahun 2000-2004 dan mampu tampil mengesankan, ia mencetak 81 gol dari 140 pertandingan bersama Chelsea.
Namun, sejak kepergian pemain berdarah Suriname tersebut, tidak ada striker Chelsea bernomor punggung 9 yang berhasil tampil bertaji.
Sebut saja Franco Di Santo, Fernando Torres, Gonzalo Higuain, Alvaro Morata, Hernan Crespo, hingga Radamel Falcao.
Mereka semua tak bisa memenuhi ekspetasi khalayak Stamford Bridge, dengan hanya menyumbang segelintir gol untuk The Blues sebelum memilih hengkang ke klub lain.
(Tribunnews.com/Deivor)