Super Pandit
AS Roma vs AC Milan: Menagih Mulut Besar Mourinho & Menanti Rekor Gol Ibrahimovic di Liga Italia
Dua tim yang bertengger di papan atas, AS Roma dan AC Milan akan saling sikut di kandang I Gialarossi, Stadion Olimpico.
TRIBUNNEWS.COM - Partai seru akan tersaji dalam giornata kesebelas Liga Italia pada Senin, (31/10/2021) dini hari WIB.
Dua tim yang bertengger di papan atas, AS Roma dan AC Milan akan saling sikut di kandang I Gialarossi, Stadion Olimpico.
"Saya suka memainkan yang terbaik dan saya menyampaikan itu kepada para pemain saya," kata Mourinho dalam konferensi pers menjelang pertandingan dilansir Football Italia.
"Saya menikmati melawan tim yang memainkan sepak bola bagus dan berada di puncak klasemen,"
"Saya belum pernah menghadapi Stefano Pioli, tetapi saya akan senang bertemu dengannya," lanjut eks pelatih Manchester United tersebut.
Pernyataan Mourinho seakan menegaskan bahwa skuatnya tak takut dengan penampilan mentereng AC Milan musim ini.
Baca juga: Skuat AC Milan Jumpa AS Roma di Liga Italia - Maldini Gantikan Rebic, Giroud & Ibra Berebut Starter
Baca juga: Fakta Menarik Jelang AS Roma vs AC Milan: Gol Edisi Terbatas Ibra & Sejarah Menanti Rossoneri
Seperti yang sudah diketahui, Rossoneri berada di peringkat kedua klasemen Liga Italia dengan torehan 28 poin, mereka hanya kalah agregat gol dari sang pemuncak klasemen, Napoli.
AS Roma sendiri bertengger di posisi keempat dengan torehan 19 poin, raihan tiga angka akan membuat mereka menjauh dari kejaran Atalanta yang tepat berada di bawah mereka.
Jose Mourinho memang sangat serius dalam mengawali kariernya bersama Giallorossi musim ini.
Di bawah Mourinho, Roma jadi klub Liga Italia yang paling banyak mengeluarkan uang di bursa transfer musim panas 2021.
Gelontoran dana 97 juta Euro atau sekitar Rp 1,6 triliun dikeluarkan Roma untuk memboyong pemain keinginan The Special One.
Deretan pemain tersebut adalah Eldor Shomurodov, Rui Patricio, Roger Ibanez, dan Tammy Abraham.
Nama yang disebutkan terakhir menjadi pembelian paling mahal kedua Roma sepanjang sejarah.
Ia didatangkan Giallorossi dari Chelsea dengan harga 40 juta euro atau sekitar Rp 670 miliar.
Datangnya Mourinho dan pemain-pemain baru membuat Roma sekarang dinilai jauh lebih meyakinkan ketimbang musim lalu, saat dilatih Paulo Fonseca.
Start Mourinho bersama Giallorossi jauh lebih baik daripada Fonseca yang di musim lalu terseok-seok di awal musim.
Setidaknya, AS Roma memiliki identitas permainan yang membawa mereka menjadi salah satu tim yang diperhitungkan untuk meraih scudetto musim ini.

The Special One pandai betul dalam memaksimalkan kualitas pemain. Beberapa pemain Roma mampu dibuat Mourinho tampil lebih menjanjikan.
Bersama Mourinho, Giallorossi bermain dengan skema 4-2-3-1, skema itu hampir mirip seperti apa yang dia tunjukkan bersama Spurs musim lalu.
Namun terdapat perbedaan yang cukup signifikan dalam Mourinho memanafaatkan kualitas pemainnya.
Di Roma ia memiliki gelandang box to box yang dapat mencetak gol, sedangkan di Spurs tidak.
Orang itu adalah Jordan Veretout, Sebagai gelandang box to box, Veretout tidak hanya diandalkan Mourinho untuk menjelajah lini tengah, namun juga mencetak gol.
The Special One memberi kebebasan kepada Veretout untuk bergerak dalam posisi yang lebih tinggi ketimbang gelandang serang, itu membuat Veretout berada tepat di belakang Abraham dan Pellegrini.
Hasilnya pun terbukti, dengan strategi tersebut, Veretout menjadi salah satu gelandang paling subur di Liga Italia musim ini dengan torehan empat gol.
Selanjutnya, ada nama Lorenzo Pellegrini, pemain asal Italia tersebut juga dibuat Mourinho menjadi gelandang yang rajin mencetak gol, sang gelandang sukses menjadi pemain tengah paling subur di Liga Italia musim ini dengan torehan lima gol.
Pellegrini yang sebelumnya lebih dimaksimalkan sebagai penyuplai bola, berubah menjadi gelandang yang lebih banyak berada di kotak penalti.
Permainan pragmatis Mourinho membuat ia tak terlalu butuh seorang playmaker yang kuat dalam membagi bola, itu yang membuat Pellegrini dialihfungsikan menjadi penyerang lubang.
Selain memaksimalkan dua pemain gelandangnya, The Special One juga tak lupa memoles pemain termahal mereka, Tammy Abraham.
Dalam skema yang diterapkan Mourinho, Tammy bukan hanya menjadi striker yang ditugaskan untuk mencetak gol.
Lebih dari itu, Mourinho membuat ia menjadi stiker yang rajin cetak assist dan mampu memberi ruang untuk lini kedua yang diisi oleh Lorenzo Pellegrini dan Jordan Vertout.
Alasan mengapa Pellegrini dan Vertout rajin mencetak gol adalah karena keberadaan Abraham yang bermain begitu fleksibel di depan.
Ketiga pemain tersebut akan menjadi tumpuan AS Roma untuk mendobrak pertahanan AC Milan yang didalangi oleh Simon Kjaer.
Mourinho jelas tak gentar, namun Rossoneri lebih siap menghadapi pertandingan besok pagi.
Catatan positif mengiri langkah mereka menuju stadion Stadion Olimpico, torehan nihil kekalahan dari 10 laga yang sudah dijalani di Liga Italia membuat mereka akan bermain dengan kepala tegak.
Striker uzur mereka, Zlatan Ibrahimovic juga dalam kondisi fit untuk melakukan usahanya dalam menggetarkan gawang AS Roma.
Pemain berusia 40 tahun tersebut berkesempatan untuk mencatatkan gol ke 150 di Liga Italia jika sukses mencetak satu gol saja di laga esok pagi.
Sejauh ini, hanya ada enam pemain asing yang sukses mencapai gol ke 150 mereka, yaitu Gunnar Nordahl , Kurt Roland Hamrin, Gabriel Batistuta, Luis Vinicio, Stefano Nyers, dan Hernan Crespo.

Zlatan Ibrahimovic memang tak main-main pulang ke pelukan Rossoneri, ia memiliki tujuan besar, yaitu mengembalikan level AC Milan yang selama dua musim ini berhasil ia wujudkan.
“Saya datang ke sini untuk membawa Milan kembali ke level mereka, dimana mereka sepantasnya berada. Di kepala saya, tujuan kami adalah selalu untuk menang,” Ucap Zlatan Ibrahimovic di awal kedatangannya bersama Milan.
Saat usianya 38 tahun, Zlatan memutuskan untuk kembali bermain bersama Milan pada musim 2019/2020, saat itu, ia didatangkan Milan dari LA Galaxy secara gratis.
Pria dengan tinggi 195 cm ini meneken kontrak berdurasi 6 bulan dengan opsi perpanjangan satu musim bersama Rossoneri.
Sebelum Zlatan datang, Milan adalah tim yang tercecer diperingkat ke-11 Liga Italia di musim 2019/2020.
Hadirnya juru gedor asal Swedia tersebut lantas diharapkan dapat mendongkrak posisi Milan agar naik dan bersaing di papan atas.
Dan benar saja, sejak kedatangan Zlatan, Milan berhasil tampil membaik hingga finis di urutan ke-6 klasemen akhir Liga Italia.
Dengan sumbangan 10 gol dan 5 asis dari 18 laga untuk Milan di Liga Italia, Zlatan mampu membawa Rossoneri kembali berkompetisi di liga Europa.
Lalu, di musim selanjutnya (2020/2021), prestasi lebih mentereng pun diukir.
AC Milan dibawanya kembali berkompetisi di Liga Champions setelah tujuh tahun lamanya.
Rossoneri mampu tampil bertaji dengan finish di peringkat kedua dibawah Inter Milan yang meraih Scudetto.
Zlatan yang saat itu berusia 39 tahun, memberi kontribusi 15 gol dan 2 assist dari 19 pertandingan bersama tim yang bermarkas di San Siro tersebut.
Usia Zlatan sekarang memang tidak lagi muda. Tapi, dengan rekam jejaknya sebagai bomber veteran yang tajam, tak berlebihan jika menaruh harapan kepada striker bernomor punggung 11 tesebut.
Zlatan adalah bomber tersubur terakhir yang dimiliki Milan. Penyerang lain sili berganti didatangkan Rossoneri namun, tak ada satupun yang berhasil setajam dirinya.
Nama-nama seperti Giampaulo Pazzini, Mario Balotelli, Luiz Adriano, Fernando Torres, Alessandro Matri, Carlos Bacca, Patric Cutrone, Andre Silva, Gonzalo Higuain, hingga Krzysztov Piatek, tak ada yang berhasil menandingi gelontoran gol Zlatan untuk Milan.
Bahkan, sebelum Zlatan kembali bermain untuk Milan, dirinya masih menjadi top skor Rossoneri dalam dekade ini dengan torehan 86 gol, hanya Carlos Bacca yang mendekati torehan gol Zlatan dengan sumbangan 31 gol.
Dari rentetan hasil minor yang Milan alami dari musim ke musim, belasan striker yang didatangkan dengan sia-sia, Zlatan datang sebagai juru selamat dengan mengantar Milan berada di level yang sebenarnya.
Tujuan sang striker di malam nanti jelas untuk membawa pulang tiga poin di kandang AS Roma, sekaligus mencetak gol agar mampu mencatatkan namanya dalam sejarah sebagai striker asing dengan jumlah gol paling banyak di Liga Italia.
(Tribunnews.com/Deivor)