Super Pandit
Chelsea vs Manchester City: Thomas Tuchel Mimpi Buruk Pep Guardiola
Bedah Taktik Thomas Tuchel dan Pep Guardiola yang bakal kembali saling sikut di akhir pekan ini, ketika Chelsea jumpa Manchester City di Liga Inggris.
TRIBUNNEWS.COM - Dua pelatih terbaik Liga Inggris, Thomas Tuchel dan Pep Guardiola akan kembali beradu taktik, ketika Chelsea ditantang tamunya Manchester City dalam pekan keenam Liga Inggris.
Laga syarat gengsi yang mempertemukan Chelsea vs Manchester City tersebut akan digelar di Stamford Bridge pada Sabtu, (25/9/2021) malam.
Masih teringat jelas di ingatan, bagaimana tim Asuhan Thomas Tuchel berhasil mengandaskan mimpi Manchester City untuk meraih gelar Liga Champions pertamanya, lewat gol tunggal Kai Havertz.
Tak hanya di Liga Champions, Tuchel dengan Chelsea-nya juga rajin mempermalukan tim asuhan Pep Guardiola tersebut pada kompetisi lain, yaitu Liga Inggris dan FA Cup.

Baca juga: Sisi Menarik Chelsea vs Manchester City, Tuchel vs Guardiola, Pertempuran Murid Jumpa Gurunya
Baca juga: Menanti Wolfsburg Kembali Hentikan Dominasi Bayern Munchen
Kehadiran Tuchel di Chelsea seakan menjadi mimpi buruk untuk Pep, dalam tiga kali pertemuan melawan Tuchel, pelatih asal Spanyol tersebut selalu menelan kekalahan, dua diantaranya menggagalkan langkah dia untuk meraih trofi.
Saat ini, Chelsea dan Manchester City sama-sama berada di papan atas klasemen Liga Inggris 2021/2022.
Chelsea berada di puncak klasemen dengan torehan 13 poin, sedangkan City berada di posisi kelima dengan 10 poin.
Kedua pelatih tersebut sama-sama berhasil menjadikan tim mereka yang paling sedikit kebobolan musim ini.
Bersama Liverpool, mereka hanya kemasukan satu gol dari lima laga yang sudah dijalani.
Untuk urusan mencetak gol, kedua tim juga sama-sama produktif, Chelsea berhasil mencetak 12 gol, sedangkan City 11 gol.
Namun, secara taktik dan kedalaman skuat, tim asuhan Tuchel sedikit lebih unggul dari pada Pep.
Di pertemuan terakhir, tepatnya di Liga Champions, Tuchel mampu membuat Pep kelimpungan dan gigit jari.
Tuchel berhasil mementahkan strategi Pep Guardiola dengan menutup rapat lini tengah menggunakan skema 3-4-3.
Pelatih berusia 48 tahun itu juga menggunakan taktik man marking yang agresif.
Taktik ini sengaja dipilih Tuchel karena ia ingin para pemain Chelsea terus bergerak menempel lawan ketika memasuki area tengah.
Hal itulah yang membuat City kewalahan menembus pertahan The Blues dan tak mampu mencetak satu gol pun selama dua babak.

Cara Tuchel menyerang adalah dengan menarik Mason Mount sedikit ke belakang, serta membiarkan Werner dan Havertz bergerak bebas mencari celah pertahanan City yang sibuk menyerang.
Hasilnya, Chelsea berhasil mencuri gol lewat kaki Kai Havertz yang bergerak ke tengah menyambut umpan Mason Mount dari sisi kiri.
Skor tipis 1-0 sukses membawa Chelsea menjuarai Si Kuping Besar, dan City lagi-lagi harus mengubur impiannya untuk meraih gelar Liga Champions pertama mereka.
Saat ini, skuat yang dimiliki The Blues juga semakin lengkap, jika di pertemuan terakhir mereka tidak memakai striker murni, sekarang Chelsea sudah memiliki Lukaku yang kualitasnya tak perlu dipertanyakan.
Itu membuat Tuchel mampu mengembangkan skema 3 beknya menjadi lebih agresif, dengan hadirnya Lukaku, pola yang awalnya berbentuk 3-4-3 dapat berubah menjadi 3-4-2-1 dengan menaruh Lukaku sebagai pemain no 9.
Ditopang oleh pemain kreatif dan cepet seperti, Mount, Havertz, Pulisic dan Ziyech. Hasilnya pun terbukti, Lukaku berhasil menjadi top skor Chelsea musim ini dengan torehan 4 gol dari 6 pertandingan.
Sedangkan City, mereka hanya mendapatkan Jack Grealish yang lebih dioptimalkan di sisi kiri penyerangan, misi City untuk mendapatkan striker murni harus gagal, karena Harry Kane kembali memperkuat Spurs.
Meskipun begitu, Pep mampu mengakali hal tersebut dengan kecerdasan dia dalam meracik strategi.

Bermain tanpa striker murni, Pep memilih untuk menumpuk pemainnya di lini tengah.
Dengan cara menarik bek kanan mereka ke tengah saat membangun serangan.
Pep mengandalkan Cancelo untuk mengimplementasikan taktiknya tersebut.
Cancelo memiliki dua peran dalam taktik yang diterapkan Pep, menjadi bek kanan dan gelandang tengah.
Peran Cancelo tersebut, membuat The Citizens lebih leluasa menguasai ball possesion dan mengatasi pressing lawan.
Pep bermain dengan skema 4-3-3, menaruh Cancelo di bek kanan, bersama dua bek tengah Ruben Dias dan Nathan Ake serta di sektor bek kiri Zinchenko.
Saat City membangun serangan, Cancelo akan naik ke tengah untuk berdiri sejajar bersama Rodri, lalu posisinya di bek kanan diisi oleh Ruben Dias, Nathan Ake tetap di tengah dan Zinchenko lebih melebar ke kiri.
Dalam skema tersebut, dengan kontrol bola dan teknik yang dimiliki Cancelo, ia dapat membuat lini tengah City lebih hidup dan variatif.
Pergerakan Cancelo ke tengah juga membuat The Citizens unggul jumlah pemain di tengah pada fase awal serangan. Bernardo Silva dan De Bruyne sebagai gelandang bisa naik ke area yang tinggi.
Rodri dan Cancelo mengisi lini tengah untuk membangun serangan dari bawah. De Bruyne lebih dibutuhkan di fase akhir serangan dengan kemampuannya dalam mengirim umpan.
Taktik Pep ini dapat memecahkan masalah City yang tidak memiliki striker murni, pemain sayap dan gelandang The Citizens mampu bergerak leluasa di area kotak pinalti lawan untuk mencetak gol.
Di musim ini saja, sudah ada 10 pemain berbeda City yang berhasil mencatatkan namanya di papan skor, gol terbanyak dicetak oleh Ferran Torres dengan 2 gol, sedangkan pemain lainnya masing-masing mencetak 1 gol.
Nampaknya Pep akan mempertahankan taktiknya tersebut untuk membalas kekalahan tim asuhannya di final Liga Champions, dan meraih kemenangan pertamanya menghadapi Chelsea di bawah nahkoda Thomas Tuchel.
(Tribunnews.com/Deivor Ismanto)