Liga Inggris
Michael Knighton, Pondasi Manchester United Era 90an, Korban Konspirasi Martin Edwards
Michael Knighton pernah berikrar membeli Manchester United dan menjadikan Setan Merah klub dengan profit selangit
TRIBUNNEWS.COM - Pada 19 Agustus 1989, seorang pria berusia 37 tahun berjalan di Old Trafford sebelum pertandingan pertama Liga Inggris dimulai.
Arsenal menjadi lawan Manchester United saat itu, dan Old Trafford penuh sesak dengan penggemar yang antusias.
Pria yang berjalan di lapangan tersebut bernama Michael Knighton.

Baca juga: Fred, Segundo Volante di Manchester United, Duet dengan Scott McTominay dan Ruang untuk Pogba
Namanya mungkin terdengar asing bagi sebagian para pecinta Liga Inggris dan Manchester United.
Namun, ia merupakan salah satu bagian penting dari awal kesuksesan tim berjuluk The Red Devils ini di medio 1990an.
Knighton adalah seorang adalah pengusaha properti sukses di Inggris pada waktu itu.
Kesuksesan itu mengantarnya untuk bermimpi membeli klub sepak bola Manchester United.
Baca juga: Jadwal Liga Inggris Pekan 2, Legenda Manchester United Tak Yakin Arsenal Bisa Finish di Big Six
Knighton merasa peluangnya membeli United terbuka lebar.
Setan Merah saat itu tengah dilanda penurunan performa yang berdampak pada kehadiran penonton di stadion.
Kondisi keuangan klub pun semakin memburuk seiring berjalannya waktu.
Tanpa pikir panjang, ia mendekati Martin Edwards, pemilik saat itu, dan menanyakan kemungkinan pembelian klub.
Ia bersedia membayar 10 juta Pounds pada tahun 1989 untuk mengambil alih tim asal Manchester ini.
Knighton berhasrat merubah Manchester United menjadi tim yang panen keuntungan besar setiap tahun.

Target valuasi tim di angka 150 juta Pounds menjadi impian terbesarnya kala itu.
Negosiasi yang awalnya berjalan mulus rupanya tak berlangsung dalam waktu lama.
Sementara para pendukung tim memujanya, di koridor stadion persekongkolan sudah berlangsung.
Puncak persekongkolan jahat Martin Edwards pada Knighton mulai menjadi-jadi pada pertandingan di pekan kedua.
Ia menulis sebuah catatan dalam keputusannya melepas kepemilikan ke tangan Knighton.
"Bukan rahasia lagi bahwa kami ingin mengembangkan Stretford End selama beberapa tahun sekarang," kata Edwards, dikutip dari BBC.
"Anggaran sebesar £7,5 juta membuat saya menyadari bahwa pekerjaan dimulai dalam beberapa tahun cahaya lagi."
"Apa yang ditawarkan Tuan Knighton kepada kami adalah kesempatan untuk mengembangkan stadion serta staf pemain dan tawaran ini tidak mungkin ditolak," tukasnya.
Kata-kata manis yang terlontar dari Edwards tak berjalan sesuai dengan tindakannya.

Ia dan rekan-rekannya berusaha mencari kelemahan Knighton.
Edwards berusaha membuatnya lelah dan membuatnya merasa kesepakatan itu tidak sepadan dengan kerumitannya.
Pergi ke lapangan bukanlah 'cara United', itu dikatakan di belakang layar.
Tidak ada yang muncul di acara bincang-bincang, yang juga dilakukan Knighton.
Upaya mereka memastikan bahwa negativitas tentang kesepakatan itu beredar dengan cepat, dan kabar mulai menyebar bahwa Knighton sebenarnya tidak memiliki uang yang dia katakan.
Banyak pihak mulai terpengaruh dengan itu dan tensi mulai meninggi.
Singkatnya, Edwards menawari jalan tengah untuk Knighton.
Ia mengundangnya untuk menjadi bagian dari dewan direksi Manchester United di tahun yang sama.
Knighton yang tak punya pilihan akhirnya menyetujui hal tersebut.

Ia menjadi bagian penting yang membentuk pondasi tim asuhan Sir Alex muda.
Namun kebersamaan Knighton di United tak berjalan lama.
Ia berdiam di Dewan Direksi hanya selama tiga tahun.
Niat tulusnya untuk memajukan tim di bawah kendalinya memang belum terwujud.
Tetapi dia bisa bernapas lega melihat performa Setan Merah yang kembali menanjak.
(Tribunnews.com/Guruh)