Minggu, 5 Oktober 2025

Soccer Star

Claudio Ranieri: Perjuangan Latih Parma Lebih Berat daripada Bawa Leicester Juara Liga Inggris

Claudio Ranieri yang kini menangani Sampdoria akhir-akhir ini berbagi cerita perihal perjalanan karir kepelatihannya.

Naples Herald
Claudio Ranieri tetap bersikap ramah terhadap fans Leicester City. 

TRIBUNNEWS.COM - Claudio Ranieri yang kini menangani Sampdoria akhir-akhir ini berbagi cerita perihal perjalanan karir kepelatihannya.

Pria berusia 68 tahun tersebut dapat dikatakan menjadi pelatih yang sudah kenyang dengan pengalaman.

Chelsea, Valencia, AS Roma, Juventus, Inter Milan, hingga Leicester City menjadi deretan klub yang pernah dilatih oleh Claudio Ranieri.

Claudio Ranieri bercerita perihal salah satu tim yang paling membuat ia terkesan dalam karirnya sebagai juru taktik tim.

Baca: Juventus dan Inter Milan Bersiap Rebutan Sandro Tonali

Baca: Inter Milan Bakal Rekrut Olivier Giroud yang Tidak Diperpanjang Chelsea

Pria kelahiran Italia tersebut menyatakan pengalaman melatih Parma menjadi sesuatu paling berat sekaligus memiliki kesan terdalam dalam karirnya.

Bahkan ia menceritakan perjuangan melatih Parma untuk menyelamatkan tim dari zona degradasi lebih berat daripada membawa Leicester City menjuarai Liga Inggris.

Claudio Ranieri tetap bersikap ramah terhadap fans Leicester City.
Claudio Ranieri tetap bersikap ramah terhadap fans Leicester City. (Naples Herald)

Ranieri pun berbagi cerita secara runtut mulai dari keputusan mengejutkannya keluar dari Chelsea pada tahun 2004.

"Saya keluar dari Chelsea setelah melatih mereka selama empat tahun dan saya tahu itu adalah ide yang buruk," kata Claudio Ranieri kepada Sky Sport Italia, dilansir Football Italia.

"Valencia sebenarnya telah memenangkan gelar liga dan Piala UEFA, tetapi mereka tidak memiliki pasukan yang mampu mengulangi hal tersebut," curhat pria berdarah Italia tersebut.

Hingga pada akhirnya, Ranieri terpaksa gagal mengangangkat performa Valencia.

Manajemen Valencia pun tak segan langsung memecat Ranieri setelah rentetan hasil buruk pada musim tersebut.

"Ketika segalanya berjalan buruk, akhirnya mereka memecat saya," kenang Ranieri.

"Saya sangat kesal sehingga saya mengambil cuti setahun dari kepelatihan, tetapi kemudian saya menerima telepon dari Parma," lanjutnya.

Claudio Ranieri.
Claudio Ranieri. (james marsh/bpi/dailymail)

Di tengah kebimbangan, Ranieri mendapatkan dukungan dari istrinya yang menyarankan agar menerima tawaran tersebut.

"Istri saya menyakinkan saya untuk mengambil pekerjaan itu," jujur Ranieri.

"Itu adalah tim yang tengah berjuang mengamankan keselamatan dari ancaman zona degradasi sehingga pada akhirnya tugas tersebut lebih berat daripada memenangkan Liga Inggris bersama Leicester City," tegasnya.

Memang bukan perkara mudah bagi Ranieri yang diharapkan mampu menyelamatkan Parma dari jeratan zona degradasi pada musim 2007.

Baca: Ricardo Pereira Anggap Brendan Rodgers Sukses Bawa Leicester City Kembali Bertaring

Baca: Manchester United & Leicester City Intip Peluang Pulangkan Coutinho ke Inggris

Walaupun demikian, ia menilai karakter yang ditunjukkan oleh para pemainnya sangat luar biasa.

"Saya tiba di Parma pada pertengahan Februari 2007, dilemparkan langsung tanpa teman tetapi beruntung para pemain luar biasa dan melakukan hal yang saya minta," ungkap Ranieri.

"Saya akan selalu mengingat para penggemar Parma," sambungnya.

Lebih lanjut, Ranieri mengaku kurang bersahabat ketika melatih tim-tim asal Italia.

Padahal ia sendiri sejatinya merupakan pelatih yang lahir dari Italia.

"Ketika saya tiba di Juventus saat yang sulit bagi mereka dan saya tidak berpikir saya bisa melakukan lebih dari itu," jujur sang pelatih Sampdoria tersebut.

"Hanya ada lima juara dalam skuat itu dan banyak anak-anaknya," lanjut Ranieri.

Claudio Ranieri terlihat meninggalkan parkiran usai Leicester City memutuskan memberhentikanya, Kamis (23/2/2017).
Claudio Ranieri terlihat meninggalkan parkiran usai Leicester City memutuskan memberhentikanya, Kamis (23/2/2017). (Getty Images)

Ranieri sendiri memang mendapatkan tugas melatih Juventus pada medio 2007 hingga 2009 alias tepat saat skandal pengaturan skor yang melibatkan Juventus.

Selanjutnya, Ranieri didapuk sebagai pelatih AS Roma dan Inter Milan.

Bersama Inter Milan, Ranieri mengaku sangat menyesal dengan keputusan timnya melepas dua pilar andalannya yakni Thiago Motta dan Philippe Coutinho.

"Adapun Nerazurri, saya saat itu melanjutkan Jose Mourinho," ungkap Ranieri.

"Saya berhasil tujuh kemenangan berturut-turut, tetapi pada saat Natal klub menjual Thiago Motta dan Philippe Coutinho sehingga skuat jadi berantakan," bebernya.

Saat ini, Ranieri tengah berusaha menikmati perjalanan karir kepelatihannya menangani Sampdoria.

Dirinya didapuk sebagai pelatih Sampdoria untuk menggantikan Eusebio Di Francesco yang dipecat pada Oktober 2019 lalu.

(Tribunnews/Dwi Setiawan)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

Klub
D
M
S
K
GM
GK
-/+
P
1
Arsenal
7
5
1
1
14
3
11
16
2
Liverpool
7
5
0
2
13
9
4
15
3
Tottenham
7
4
2
1
13
5
8
14
4
Bournemouth
7
4
2
1
11
8
3
14
5
Crystal Palace
7
3
4
0
8
3
5
13
© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved