Sabtu, 4 Oktober 2025

Liga Italia

Paceklik Trofi Inter Milan di Era 90-an hingga Dominasi AC Milan jadi Alasan

Inter Milan dapat dikatakan sebagai raksasa yang bangun dari tidur panjangnya untuk gelaran Liga Italia musim ini.

Penulis: Drajat Sugiri
Editor: Gigih
Grafis Tribunnews.com/Ananda Bayu S
Inter Milan Coach - Antonio Conte 

TRIBUNNEWS.COM - Inter Milan dapat dikatakan sebagai raksasa yang bangun dari tidur panjangnya untuk gelaran Liga Italia musim ini.

Ditangan oleh Antonio Conte, Nerazzurri menjelma menjadi tim tangguh yang siap menggulingkan dominasi Juventus.

Sebelum kompetisi dihentikan akibat pandemi virus corona, Inter Milan menempati posisi ketiga klasemen Liga Italia musim ini dengan koleksi 54 angka.

Rinciannya, La Beneamata mampu mengoleksi 16 kemenangan, 6 hasil imbang dan 3 kali kekalahan.

Musim ini, Inter Milan kembali menemukan form terbaiknya dengan dihuni pemain muda yang dapat dijadikan andalan.

Sebut saja Lautaro Martinez, Romelu Lukaku, hingga Nicolo Barella menjadi inspirator permainan Nerazzurri musim ini.

Terlebih Lautaro Martinez dan Romelu Lukaku mampu menujukkan penampilan moncer di lini serang tim Kota Milan itu.

Kedua pemain sanggup mengemas 28 gol dengan rincian Lukaku sanggup mengemas 17 gol sedangkan Lautaro berhasil mengoyak jala lawan sebanyak 11 kali. 

Baca: Diego Godin Siap Hengkang Tinggalkan Inter Milan, Manchester United dan Tottenham Hotspur Tertarik

Baca: Juventus dan Inter Milan Bakal Tukar Pemain di Musim Mendatang

Namun jika di flash back ke belakang, Inter Milan di tahun 90-an merupakan tim besar yang berada di bayang bayang AC Milan maupun Juventus.

Terbukti mereka kesulitan meraih gelar Scudetto-nya yang ke 14 di tahun 1990-an, paling tidak dalam satu dekade kala itu.

Dilansir dari laman These Football Times, tim biru hitam itu mampu meraih gelar juara Piala UEFA di tahun 1998 dengan mengalahkan Lazio 2-1.

Itu merupakan trofi pertama kalinya Nerazzurri sejak 1990.

Tidak bisa meraih gelar Serie A juga dalam kurun waktu 10 tahun pernah dialami Inter Milan di tahun 1940 hingga 1952.

Padahal di satu dekade tahun 1990-an, Internazionale Milano diisi sederet pemain bintang.

Sebut saja Ronaldo, Recoba, Bergkamp, ​​Klinsmann, Matthaus, Djorkaeff dan Roberto Carlos.

Namun sederet pemain papan atas dunia gagal memberikan dampak yang signifikan pada Inter Milan.

Tentu saja hal tersebut menjadi tanda tanya, Inter Milan ang kesulitan menjadi jawara kala itu dengan sederet pemain bintang.

Jawabannya Ialah AC Milan.

Massimo Ambrosini menjadi kapten tim saat AC Milan meraih Piala Super Eropa
Massimo Ambrosini menjadi kapten tim saat AC Milan meraih Piala Super Eropa (Instagram/massimoambrosini)

Rival sekota inter Milan itu memiliki masa keemasan di awal tahun 1990-an.

Rossoneri mengubah dirinya menjadi salah satu klub tersukses dunia kala itu dengan raihan berbagai gelar.

Ditambah laga, AC Milan yang diawal tahun 1990-an masih dilatih pelatih kenamaan Arrigo Sacchi.

Pelatih legendaris AC Milan itu merubah cara bermain AC Milan kala itu dengan sepak bola Italia yang banyak menerapkan sisi pertahanan.

Sacchi menekankan anak asuhnya bahwa sepak bola tidak hanya meraih kemenangan dan gelar juara.

Ia membuat penampian Rossoneri atraktif dan layak dinikmati sebagai tontonan.

Permainan menawan dan menyerang dengan menganut paham total-football membuat dirinya menjadi legenda kepelatihan hingga saat ini.

Sacchi menegaskan bahwa dibanding timnya menang dengan selisih gol tipis, ia lebih memilih timnya kemasukan empat hingga lima  gol.

Namun dengan catatan, anak asuhnya harus mampu mencetak gol lebih dari jumlah tersebut.

Itulah mengapa permainan AC Milan saat ditangani oleh Sacchi enak untuk dinikmati.

Permainan terbuka dan membongkar pemahaman dari sepak bola Italia yang lebih suka bertahan kala itu.

Selain memiliki Sacchi, Rossoneri memiliki sederet pemain yang dapat dikatakan Los Galaticos-nya Rossoneri kala itu.

Sebut saja  Paolo Maldini, Alessandro Costacurta dan Franco Baresi di lini pertahanan.

Di lini serang AC Milan memiliki trio Belanda pada diri  Ruud Gullit , Frank Rijkaard dan Marco van Basten.

Dominasi AC Milan di awal tahun 1990-an membuat kilauan permainan inter Milan tertutup.

Disisi lain, AC Milan memegang catatan tim terboros di Italia sejak ditangani oleh Silvio Berlusconi sejak tahun 1986.

Berlusconi memecahkan rekor transfer untuk menandatangani Gullit pada tahun 1987.

Ia kembali melakukannya di tahun 1992 dengan mendatangkan  pemain sayap Gianluigi Lentini dari Torin dengan mahar 13 juta euro.

Investasi besar besaran yang dilakukan Berlusconi di era Sacchi diteruskan oleh Fabio Capello di tahun 1991.

Pelatih yang pernah menangani Timnas Inggris itu mencatatkan empat trofi Scedutto dari tahun 1992 hingga 1996.

AC Milan bahkan mampu meraih gelar Lga Champions di tahun 1994 dengan mengalahkan Barcelona.

Kala itu lini tengah Rossoneri ditempati oleh Zvonimir Boban dan Dejan Savicevic.

Inter Mian nampak kesulitn untuk menguatkan identitasnya sebagai salah satu tim kuat di Serie A.

Salah stau tim penghalang lainnya ialah Juventus.

Tim yang berjuluk Si Nyonya Tua berhasil meraih gelar kompetisi tertinggi Italia pada tahun 1994/1995.

Hal itu berhasil dilakukan Juventus untuk menggoyang kekuasaan AC Milan di Liga Italia.

Inter Milan bukan tanpa usaha mengakhiri hegemoni AC Milan dan Juventus kala itu.

Ditahun 1993, Nerazzurri behkan mendatangkan salah satu pemain dngan prospek yang menjanjikan dari Belanda.

Ialah Dennis Bergkamp.

juventus vs ac milan liga italia pekan ke 12
juventus vs ac milan liga italia pekan ke 12 (instagram @seriea)

Namun performanya yang belum berkembang di kultur sepak bola Italia, membuat dirinya kesulitan menemukan permainan terbaiknya.

Kelak ia berhasil menjadi salah satu pemain yang bersinar bersama Arsenal.

Ditahun 1195, Inter Milan diakuisisi oleh pemilik baru, yaitu Massimo Moratti.

Ia mulai menerapkan apa yang dilakukan Berlusconi di AC Milan.

Belanja bear besaran dilakukan Moratti bersama Inter Milan dengan mendatangkan sejumlah pemain dengan prospek cerah seperti Roberto Carlos, Javier Zanetti, Paul Ince, Youri Djorkaeff, serta wonderkid Brazil yang memiliki julukan Il Fenomeno, Adriano.

Namun hal yanag dilakukan Moratti tidak langsung instan seperti rival sekotanya AC Milan.

Juventus yang berhasil menggoyang dominasi AC Milan di tahun 1994/1995 justru berhasil melengserkan Rossoneri dari singgasana pucak Liga Italia.

Bianconerri berhasil meraih tiga gelar Serie A di tahun 1997, 1998 dan Liga Champions di tahun 1996.

Fakta penting lainnya yang membuat Inter Milan gagal menghapus dominasi Milan dan Juve ialah kesalahan dalam mengambil keputusan di sektor pemain.

Salah satu contoh ialah Bergkamp yang diangap pesepak bola menarik di abad itu gagal menunjukkan potensinya bersama tim biru hitam.

Selain itu, beberapa pemain lebih memilih hengkang dari Inter Milan seperti Bergkamp yang berpindah ke Arsenal dan Roberto Carlos ke Real Madrid.

Dapat dikatakan disatu dekade sejak tahun 1990-an merupakan periode buru bagi Inter MIlan.

Hegemoni AC Milan dan Juventus dibarengi kurang bisa memaksimalkan kemauan pemain menjadi salah satu penyebab Inter MIlan kesulitan meraih gelar kala itu.

(Tribunnews.com/Giri)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

Klub
D
M
S
K
GM
GK
-/+
P
1
AC Milan
5
4
0
1
9
3
6
12
2
Napoli
5
4
0
1
10
5
5
12
3
Roma
5
4
0
1
5
1
4
12
4
Juventus
5
3
2
0
9
5
4
11
5
Inter Milan
5
3
0
2
13
7
6
9
© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved