Liga Inggris
Liverpool Klaim Adanya Kebocoran Informasi Terkait Kebijakan Klub
Liverpool mengklaim adanya kebocoran informasi terkait kebijakan klub masalah pembayaran staff.
TRIBUNNEWS.COM - Liverpool menyebut adanya kebocoran informasi terkait kebijakan klub.
Kebijakan yang dimaksud adalah terkait pembayaran gaji staff yang kemudian dikonfirmasi oleh pihak klub.
Keputusan tersebut terkait dengan Liga Inggris yang terhenti karena wabah corona.
Dikutip Tribunnews dari laman The Athletic, menyebut bahwa kebijakan dari para atasan Liverpool bocor ke tim lain.
Pasalnya, kritik datang mengenai kebijakan klub terkait gaji staff, hanya berselang satu jam dari rapat yang dihadiri oleh John W Henry dan Tom Werner sekaligus Presiden FSG Mike Gordon selaku investor dan pemilik Liverpool.
Saat itu muncul isu bahwa Liverpool akan melakukan furlough dan mendapatkan sejumlah kritik dari beberapa kubu termasuk Carragher dan Steve Finnan
Hal tersebut membuat pihak klub terkejut, karena dalam rapat tersebut, belum mengambil kesimpulan apapun terkait staff dan baru memunculkan hasil pada hari Selasa (6/4/2020).
Saat itu, Liverpool, akhirnya memutuskan tidak melakukan furlough kepada staff-staffnya.
Baca: Liverpool Rumahkan Sementara 200 Staff dan Akali Aturan Pemerintah, Carragher Kritik Kebijakan Klub
Dikutip Tribunnews dari laman Skysports, Liverpool melalui CEO Peter Moore, Liverpool merevisi kebijakan klub terkait staff.
"Kami berkonsultasi dengan beberapa pemangku kebijakan klub, dalam prosesnya kami setuju untuk mencari jalan terbaik untuk semuanya,
"Tentu kami mempertimbangkan secara matang untuk bekerjasama dengan pemerintah terkait kebijakan gaji 80 persen oleh Negara dan 20 persen dari kami,
"Mengaplikasikan dari kebijakan pemerintah dengan garansi uang yang diterima tepat waktu, dan sesuai, kami juga mencari alternatif untuk menggunakan aturan furlough.
"Hasilnya, usai kami berkonsultasi, dengan pihak internal klub, kami memutuskan untuk mengambil secara utuh tanggung jawab mengenai gaji staff," ujar Peter Moore.
"Kami percaya, sebelumnya, kami melakukan kekeliruan, untuk mengapilkasikan kebijakan di tengah wabah corona, dan melakukan furlough untuk para staff, dan kami meminta maaf," lanjut Peter.
Kebijakan ini mendapatkan dukungan dari Jamie Carragher, yang sebelumnya sangat menyayangkan keputusan klub.
"Harapan saya adalah bahwa akan ada cukup waktu untuk membalikkan keputusan ini, saya sangat marah ketika keputusan awal muncul, karena orang-orang melihat Liverpool sebagai model bagaimana melakukan sesuatu dan klub mencoba meniru mereka.
"Dunia sepakbola mengharapkannya dari Tottenham dan Daniel Levy, Newcastle dan Mike Ashley - tetapi tidak dari Liverpool, yang telah membangun diri mereka sendiri selama beberapa tahun terakhir 'ini berarti lebih' dan lagu 'You Never Never Walk Alone' dan selalu mengenang Bill Shankly dengan nilai-nilai sosialis.
"Saya pikir itu keputusan yang mengejutkan, tapi saya senang mereka berubah pikiran, namun, itu masih akan meninggalkan rasa pahit dengan beberapa pendukung Liverpool.
"Ini membuat para pendukung Liverpool malu, para penggemar Manchester United, City, dan Everton menertawakan Liverpool.
"Saya senang mereka berpikir ulang Ketika para pemilik ini melakukan kesalahan besar, mereka telah memperbaikinya kembali, mereka pantas mendapat pujian untuk itu." tutup mantan kapten Liverpool tersebut.
Kebijakan Liverpool, berarti mengikutip apa yang dilakukan Manchester United dan Manchester City,
Manchester United tetap akan membayar penuh para staff dan menolak melakukan furlough.
Dengan situasi Liga Inggris yang sedang terhenti, Manchester United tetap berkomitmen membayar penuh para stafnya.
Ini bertolak belakang dengan Liverpool yang memberlakukan furlough untuk mengurangi beban klub.

Baca: Cristiano Ronaldo Ternyata Masih Dinanti Fans Manchester United
Baca: Liverpool Rumahkan Sementara 200 Staff dan Akali Aturan Pemerintah, Carragher Kritik Kebijakan Klub
Dikutip Tribunnews dari laman Miror, Manchester United berkomitmen untuk tetap membayar para staff secara penuh.
Selain itu, pihak klub juga mencari cara terbaik untuk membantu pemerintah memerangi virus corona yang saat ini sedang menghantui.
Furlough, secara sistematis, adalah merumahkan secara sementara para staff klub, dengan catatan, pemerintah membayar gaji mereka sebesar 80 persen, itupun dengan syarat, gaji tersebut tidak lebih dari 2.500 Paun per bulan.
Sayangnya, kritik datang karena sistem subsidi gaji tersebut diambil dari pajak, bukan dari potongan gaji pemain yang sedang diberlakukan oleh tim-tim Liga Inggris.
Manchester City tetap menggaransi bahwa staff tetap bekerja di rumah dan akan mendapatkan gaji secara penuh.
Total, Manchester City memiliki 900 staff non-olahraga yang saat ini bekerja untuk klub.
Sejauh ini, ada lima klub yang merumahkan sementara staffnya (furlough), yakni Liverpool, Tottenham Hotspur, Norwich City, Newcastle United dan Bournemouth.
Manchester City menjadi tim pertama yang menerapkan kebijakan menggaji penuh para staffnya di tengah wabah corona.
Baca: Burnley Terancam Bangkrut di Bulan Agustus, Apabila Liga Inggris Dihentikan
Dikutip Tribunnews dari laman Skysports, The Citizens mengkonfirmasi tetap akan membayar penuh staff dan memperkerjakan semua staff dengan status WFH (work from home).
"Kami mengkonfirmasi,hasil pertemuan antara chairman dan petinggi klub bahwa Manchester City tidak akan memanfaatkan kebijakan Negara untuk menghadapi Corona,
"Kami tetap akan membayar penuh gaji staff, dan bertekad melindungi semua orang secara bisnis dan pekerjaan, juga berharap disaat yang sama, kami bisa mendukung komunitas sekitar di saat yang genting," ujar salah satu sumber Manchester City.
(Tribunnews.com/Gigih)