Sejarah Sepak Bola: Kesetiaan Fernando Redondo di Real Madrid Berakhir Pengkhianatan
Fernando Redondo bentuk kesetiaan bagi Real Madrid yang berakhir pengkhianatan di balik transfernya ke AC Milan
TRIBUNNNEWS.COM - Fernando Carlos Redondo Neri, atau akrab disapa Fernando Redondo, merupakan pemain yang berasal dari Buenos Aires, Argentina yang lahir pada 6 Juni 1969.
Redondo merupakan pemain bertahan yang di era saat ini kurang disukai secara tipikal permainan.
Ia tidak memiliki keakuratan umpan, skill, maupun kecepatan serta akselerasi melewati pemain lawan.
Meskipun demikian, ia memiliki ciri khas dribbling yang berguna untuk keeping the ball.
Dilansir dari Transfermarkt, sepanjang kakrirnya, Redondo hanya bermain untuk tiga klub.
Ialah Tenerife, Real Madrid serta AC Milan.
Klub profesionalnya di Eropa ialah Tenerife.
Disana Redondo mencatatkan delapan gol dari 79 penampilan bersama klub.
Kemudian ia berpindah ke Real Madrid di tahun 1994.
Di Madrid, Rdondo membukukan 228 penampilan dan mencetak tiga gol.
Ia kemudian melanjutkan destinasi karir sepak bolanya bersama AC Milan.
Di Rossoneri, ia berhasil mencatatkan 33 penampilan tanpa mencetak gol sama sekali.
Dilansir dari These Football Times, Fernando Redondo bukanlah pemain bertahan yang memiliki kekuatan fisik layaknya Edgar Davids di Juventus.
Ia juga bukan pemain yang bertipikal seperti N'Golo Kante memiliki kapasitas mencetak gol ketika lini depan mengalami deadlock.
Namun yang paling mengesankan dari Redondo ialah back heel yang menjadi ciri khasnya melewati lawan.
Beberapa pelatih dan pemain sepak bola memuji penampilannya tersebut di atas lapangan.
Sebut saja mantan pelatih Manchester United, Sir Alex Ferguson yang memuji penampilan pria asal Argentina itu.
Sir Alex bahkan menyebut Redondo memiliki magnet disepatunya berkat aksinya yang menawan ketika menguasai bola.
“Apa yang dimiliki pemain ini di sepatu botnya? Sebuah magnet? " ungkap pelatih The Red Devils kala itu.
Bahkan penjaga gawang dari Manchester United, Raimano van der Gouw mengatakan back heel dari Redondo telah menghentikan karir Henning Berg.
"Back heel itu telah mengentikan karir Henning Berg," ungkapnya.
Kiprah yang luar biasa mulus ditorehkan oleh Redondo di Real Madrid selalu dikenang oleh pecinta sepak bola.
Tidak terkecuali duelnya dengan Zidane di Champions League 1998 kala Madrid bertemu dengan Juventus.
Redondo kala itu disebutkan sebagai gelandang bertahan yang memiliki kemampuan sebagai playmaker harus menghadapi maestr lini tengah Juventus, Zidane.

Kendati demikian, kemampuan serta daya jelajah yang ciamik Redondo berhasil menghentikan semua kreativitas Zizou dilapangan tengah Bianconeri.
Pertandingan tersebut dimenangkan Real Madrid dengan satu gol yang dilesakkan oleh Pedrag Mijatovic.
Penampilan ciamik Redondo selama berseragam Real Madrid harus pupus dengan naas ketika Perez terpilih sebagai presiden klub.
Tepatnya musim panas 2000, Presiden klub kala itu masih dijabat oleh Lorenzo Sans, yang didudukinya sejak tahun 1995.
Tak berselang lama terjadi pemilihan di kursi presiden klub dimana Florentino Perez menjadi salah satu kandidatnya.
Hal yang perlu digarisbawahi ialah selama memegang kendali Real Madrid, Sanz telah berhasil menghantarkan Los Merengues berhasil merengkuh dua gelar liga Champions.
Namun pada akhirnya, Perez keluar sebagai pemenang dengan merih lebih dar 3000 suara.
Kemenengan tersebut tidak lepas dari jani yang dilontarkan Perez, ialah menggaet Luis Figo dari Barcelona.
Janjinya terbukti dalam kurun waktu satu minggu usai Florentino Perez menduduki kursi presiden klub.
Real Madrid berhasil menggaet Luis Figo dari Barcelona dengan biaya 62 juta Euro.

Secara berturut turut Perez kemudian mendatangkan Caudio Makelele serta Flavio Concelcao.
Kala itu, Fernando Redondo berpihak pada Lorenzo Sans tidak lepas dari taktik penjualan yang dilakukan Perez untuk menutup biaya akibat transfer mendatangkan Figo.
Pertama tama, Perez menyingkirkan Anelka yang dibuang ke klub Ligue 1, PSG.
Kemudian Christian Karembeu yang dibuang ke Middlesbrough.
Penjualan Redondo juga berkaitan dengan pemain asal Argentina itu memiliki pengaruh yang cukup besar di ruang ganti Real Madrid.
Selain itu, Redondo terkenal dengan pemain yang membela Sans selama pemailihan presiden klub.
Florentino Perez secara perlahan merekayasa untuk menjual Redondo tanpa persetujuan pemain.
Di satu sisi, AC Milan yang kala itu dkenal sebagai kompetisi elit liga liga top Erpa mempunyai standar tinggi dengen merekrut pemain bintang di seluruh belahan dunia.
Kegelisahan Berlusconi ditengarai dengan klub klub kompetitor memiliki pemain andalannya masing masing.
Sebut saja Juventus yang memiiki David Trezeguet, Lazio memiliki Claudio Lopez, serta berhasil mendatangkan striker kelas atas, Hernan Crespo.
Bahkan AS Roma melakukan pendekatan untuk merekrut striker andalan Fiorentina, Gabriel Batistuta.
Tentu saja AC Milan membutuhkan pemain bintang untuk bisa bersaing di perebutan Scudetto.
Dan hasilnya benar, secara diam diam Perez menjual Fernand Redondo ke AC Milan dengan biaya transfer 11 juta Euro.
Sebelum transfer tersebut berhasil, pria asal Argentina itu memberikan pernyataannya bahwa ia tidak ingin berpindah ke klub lain.
“Saya merasa benar-benar terintegrasi di klub ini. Bagi saya, tidak ada alasan untuk pergi dan bermain untuk klub lain,"
"Saya ulangi, Real adalah rumah saya, dan sejauh itu tergantung pada saya, saya tidak melihat alasan untuk menginginkan yang lain,” terang Redondo.
Mengetahui sang presiden klub menyingkirkannya dari klub, Redondo menyatakan bahwa transfer tersembunyi tersebut merupakan salah satu cara agar dirinya keluar dari Santiago Bernebeu.
Tentu saja kepindahan Redondo dari Madrid ke AC Milan menimbulkan banyak pertanyaan bagi Madridista akan kesetiaannya di Bernebeu.
Untuk mencegah image sebagai pesepakbola profesionalnya tercemar, pria asal Argentina itu menjelaskan bagaimana dirinya bisa terbuang ke publik San Siro.
"Aku ingin memberimu fakta. Tidak ada seorang pun dari Real Madrid yang menghubungi saya untuk memberi tahu saya apa yang terjadi kesepakatan tansfer,"
"Saya diberi tahu bahwa informasi ini sudah diberikan kepada agen saya. Saya meneleponnya dan dia mengkonfirmasi bahwa dia telah berbicara dengan Milan dan bahwa kesepakatan itu disetujui," tambahnya
Ia enggan adanya noda yang menempel pada dirinya terkait dengan kesetiaanya dengan Real Madrid.
" Saya mengerti situasinya tetapi itu bukan keputusan saya untuk pergi. Klub menginginkan saya untuk pergi dan saya berada dalam situasi yang mustahil , saya menolak untuk membiarkan noda ini pada nama saya,” jelasnya.
Sontak pernyataan Redondo membuat para pendukung Real Madrid marah besar.
Teriakan untuk mengembalikan Redondo mulai bermunculan kala itu.
Madridista tidak ingin kedatangan Figo melainkan hanya pengembalian Redondo ke Bernabeu.
Pembuangannya ke AC Milan justru berakhir buruk bagi pemain idaman Madridista itu.
Dalam salah satu latihan yang Redondo ikuti, ia cidera dan itu sampai memakan waktu pemulihan sekitar 2, 5 tahun.
Semasa masa operasi dan pemulihan, Redondo menolak digaji dan memakai fasiltas klub yang menjadi haknya dalam kontrak.
Bahkan ia sampai ingin mengembalikan rumah dan juga mobil yang diberikan kepadanya.
Sambutan yang luar biasa hangat di peroleh Fernando Redondo saat kembali ke Santiago Bernabeu di ajang Liga Champions musim 2003.
Iulah Fernand Redondo, gelandang terbaik di eranya dengan kesederhanaan yang ia miliki.
Redondo merupakan lambang dari kesetiaan bagi Real Mdrid yang harus mendapatkan pengkhianatan terhadap dirinya.
(Tribunnews.com/Giri)