Liga Inggris
Filosofi Penguasaan Bola ala Unai Emery
Di Arsenal, Arsene Wenger telah membenamkan filosofinya selama 20 tahun lebih, terlepas dari baik atau buruknya.
TRIBUNNEWS.COM - Saat kursi kepelatihan diduduki oleh orang yang sama lebih dari dua dekade, sulit untuk tak mengidentikkan gaya permainan tim dengan filosofi sang pelatih.
Di Arsenal, Arsene Wenger telah membenamkan filosofinya selama 20 tahun lebih, terlepas dari baik atau buruknya.
Gayanya yang jadi trade-mark adalah permainan yang atraktif, teknikal, dan enak dilihat.
Ini merupakan antitesis dari gaya sepak bola di Inggris yang saat itu banyak mengandalkan fisik dan serangan langsung.
Gaya Arsene Wenger itu membawa Arsenal pada puncak kejayaan saat meraih gelar juara Liga Primer pada 2003/2004 tanpa terkalahkan.
Namun, beberapa tahun terakhir, ada trade-mark lain yang melekat pada Arsenal, yakni lini pertahanan yang rapuh serta penampilan inkonsisten.
Sebuah transformasi baru pun diharapkan terjadi di The Gunners menyusul kedatangan pelatih anyar, Unai Emery.
Dan perubahan itu sudah mulai terlihat dari hasil tiga kali uji coba terakhir.
Baca: Menunggu Aksi The Real Pogba di Manchester United
Filosofi ala Unai Emery pun sudah mulai tergambar.
Ia sangat mendewakan penguasaan bola dengan pressing yang tinggi jika para pemain kehilangan bola.
"Saya ingin tim ini menjadi sosok protagonis di setiap pertandingan. Kami akan memainkan sepak bola berbasis penguasaan bola. Ketika kami tidak menguasai bola, saya ingin seluruh tim sangat intensif dalam melakukan pressing," ujar Unai Emery mendeskripsikan filosofinya.
Obsesi kepada penguasaan bola ini terlihat dalam tiga uji coba di era Unai Emery.
Saat menggilas tim semenjana Borehoom Wood 8-0, The Gunners menorehkan penguasaan bola 76% dengan melepaskan 19 tendangan ke gawang dan 10 akurat.
Saat imbang 1-1 kontra Atletico Madrid, pasukan "Meriam London" menguasai permainan 61% dengan 14 tendangan ke gawang dan enam akurat.
Sedang ketika menggulung mantan tim asuhan Unai Emery, Paris Saint-Germain (PSG) 5-1, The Gunners menorehkan penguasaan bola 56%.
Unai Emery pun mengubah pendekatan di lini depan.
Ia menduetkan Alexandre Lacazette dan Pierre-Emerick Aubameyang.
Padahal, di era Arsene Wenger, keduanya hampir tak pernah diturunkan bersamaan.
Baca: Latihan Perdana bersama Manchester City, Riyad Mahrez Langsung Tebar Pesona
Dengan formasi campuran antara 4-2-3-1 dan 4-1-4-1, Unai Emery memasang Alexandre Lacazette sebagai target man dengan Pierre-Emerick Aubameyang di sayap kiri dan Mesut Oezil di sayap kanan.
Dari tiga kali uji coba, kedua bomber ini masing-masing sudah mengemas tiga gol.
Sebuah catatan yang pastinya membuahkan harapan.
Hal lain yang menjadi perhatian serius Unai Emery adalah upayanya membenahi lini pertahanan.
Musim lalu, gawang The Gunners kebobolan 51 gol dari 38 kali laga di Premier League.
Tak mau lagi gawangnya rawan dibobol, Unai Emery pun memboyong para pemain terbaik untuk membentuk benteng pertahanan tangguh.
Ia pun merekrut Bernd Leno dari Bayern Leverkusen dengan nilai transfer 35 juta pound, ditambah bek sentral Sokratis dari Borussia Dortmund senilai 16 juta pound dan bek kanan Stephan Lichtsteiner yang didatangkan secara gratis dari Juventus.
Baca: Cristiano Ronaldo Hengkang ke Juventus, Gareth Bale Bakal jadi Pemain Kunci Real Madrid
Nah, dengan lini pertahanan yang kuat serta lini depan yang tajam, lebih jauh Unai Emery bisa menggulirkan filosofinya untuk mendominasi penguasaan bola.
Gelandang baru, Lucas Torreira yang didatangkan dari Sampdoria seharga 30 juta pound, ditambah duo gelandang energik, Aaron Ramsey dan Granit Xhaka, bakal menjadi motor untuk filosofi penguasaan bola tersebut.
Dengan filosofi seperti itulah, para penggawa Arsenal percaya diri menatap musim 2018/2019 ini.
Mereka pun tak ragu mencanangkan target merebut gelar juara yang terakhir dikecap 15 tahun lampau. (*)