Tristan Alif Berbagi Pengalaman di Akademi Ajax kepada Tribunnews
Bocah 10 tahun itu membagi pengalamannya selama menjadi siswa akademi Ajax Amsterdam.
Deodatus Pradipto/tribunnews
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Akademi Ajax Amsterdam tidak melulu mengajarkan sepak bola kepada siswanya. Di sana para siswa juga tidak bisa melepaskan pendidikan formalnya.
Hal ini diungkapkan oleh pesepakbola muda berbakat Indonesia, Tristan Alif Naufal, saat ditemui Tribunnews.com di kediamannya, Kamis (23/7/2015). Alif tercatat sebagai siswa akademi klub raksasa Belanda tersebut. Saat ini Alif sedang kembali ke Indonesia setelah beberapa bulan di Belanda bersama keluarganya.
Bocah 10 tahun itu membagi pengalamannya selama menjadi siswa akademi Ajax Amsterdam. Menurut Alif, di sana siswa akademi dididik untuk menjadi disiplin. Fasilitas penunjang latihan pun lebih bagus dibandingkan dengan di Indonesia.
“Latihannya lebih banyak teknik karena masih usia dini tidak terlalu diajarkan taktik, bermain bebas. Saya juga belajar sikap yang baik untuk menjadi pesepakbola,” papar Alif.
Alif member contoh rekan setimnya yang melakukan tackling saat sesi latihan. Setelah melakukan tackling anak itu dipanggil pelatih lalu meninggalkan lapangan. Anak itu kemudian mendapat hukuman masuk ke dalam kelas seorang diri sementara rekan-rekan setim berlatih.
“Dia masuk ke dalam kelas yang memiliki kaca besar menghadap ke arah lapangan. Jadi dia bisa lihat teman-temannya berlatih dari dalam kelas,” tutur Alif yang pernah unjuk kemampuan di hadapan Pep Guardiola.
“Di sana saya juga dituntut untuk selalu memberikan 100 persen kemampuan saya di atas lapangan. Saya diajarkan sikap menghormati rekan setim dan lawan,” sambung Alif.
Tak hanya sepak bola, Alif juga mendapatkan pelajaran musik, seni bela diri taekwondo, dan public speaking dari Ajax Amsterdam.
Setiap hari, Alif harus mengikuti sekolah persiapan di kawasan kediamannya di Diemen. Alif mengikuti kelas persiapan mulai pukul 8 pagi sampai pukul 12. Di dalam kelas persiapan ini Alif mendapatkan pelajaran bahasa Belanda yang digunakan sebagai pengantar materi pelajaran sekolah formal.
“Setelah itu saya dijemput orang dari Ajax Amsterdam untuk latihan di akademi. Selepas latihan saya diantar pulang lalu belajar dan mengerjakan tugas,” kata Alif.
Selama di Belanda, Alif juga tercatat sebagai siswa Sekolah Indonesia-Netherland yang berlokasi di Den Haag. Alif tidak belajar secara langsung di SIN karena jadwal yang padat serta jarak yang lumayan jauh dari Diemen.
“Saya belajar dari modul, mengerjakan tugas yang diberikan, lalu mengirim jawaban melalui email,” ungkap Alif.