Praktisi Hukum Salmon Siagian bilang Menpora Sebaiknya tak Usah Banding

TRIBUNNEWS, COM. JAKARTA - Menpora Imam Nahrawi sebaiknya tidak perlu mengajukan banding atas putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) yang mengabulkan gugatan PSSI terhadap 'pembekuan' otoritas sepakbola nasional itu.

Praktisi hukum Salmon Siagian menegaskan, akan jauh lebih elok seandainya Kantor Menpora menempuh jalan damai, sebagaimana yang sebenarnya dikehendaki sejak awal oleh PSSI.                                                           

"Saya yakin masyarakat Indonesia sudah sangat jenuh dengan persoalan ini. Bukan hanya komunitas sepakbola, atau pencinta sepakbola nasional. Jadi, kalau memakai prinsip let's by gone be by gone,  jalan perdamaian yang seyogyanya ditempuh. Yang sudah lalu biarlah berlalu. Tetapi memang Ini bisa menjadi pelajaran,  dan harus diambil hikmahnya untuk kemajuan sepakbola Indonesia kedepannya," papar Salmon Siagian, yang juga berprofesi sebagai bankir itu.                                           

Salmon Siagian pada Selasa (14/7) kemarin turut menghadiri persidangan terakhir dari PTUN Jakarta yang memberikan keputusan final terkait gugatan PSSI ke Kantor Menpora, mengenai sanksi administratif atau lebih dikenal sebagai pembekuan terhadap PSSI.

PSSI menanggapi terbitnya SK Menpora nomor 01307 tertanggal 17 April yang ditanda-tangani oleh Imam Nahrawi dengan mengajukan gugatan ke PTUN Jakarta.                                     

Persidangan PTUN dari gugatan PSSI dengan nomor perkara 91/G/2015/PTUN.PTUN-JKT itu secara keseluruhan digelar 12 kali. Keputusan akhir sidang PTUN yang berkekutan hukum tetap ini memperkuat keputusan sela pada persidangan 25 Mei lalu. Saat itu, PTUN mengeluarkan keputusan sela yang mengabulkan tuntutan yang diajukan oleh PSSI.                                         

BANDING BUKAN SOLUSI             

Salmon Siagian menyatakan, niatan banding dari Menpora Imam Nahrawi ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PT-TUN) atas putusan PTUN, sebagaimana yang disampaikan oleh ketua tim kuasa hukumnya, Prof. Faisal Abdullah, hendaknya  dipertimbangkan secara matang.                             

"Menurut saya, banding bukanlah solusi dari penyelesaian masalah ini. Sepakbola adalah olahraga rakyat, bahkan semakin menjadi hiburan rakyat kondisi perekonomian yang sulit ini,'' terang Salmon Siagian, yang menjadi pengurus PSSI pada periode 2007-2011.                                               

Kata Salmon Siagian, PSSI adalah organisasi besar, dan sangat mungkin selalu ada kekurangannya. Oleh karena itu, untuk menyikapi kekurangan atau kelemahan yang masih ada, tidak ada salahnya Kantor Menpora turut memberikan masukan, walau tentunya sejauh tidak melanggar aturan organisasi PSSI yang sepenuhnya mengacu pada Statuta FIFA.                 

"Kalau Menpora mau memberikan masukan atau saran-saran, saya kira tentu akan dihargai. Misalnya,  membantu konsep-konsep pembinaan untuk perkembangan persepakbolaan nasional kedepannya. Itu bisa memperkaya konsep-konsep yang  sudah ada. Juga hal-hal lain yang sifatnya untuk percepatan pembenahan," jelas Salmon Siagian.

Menurut Salmon Siagian, atmosfir perselisihan, harus segera dikesampingkan. Demikian juga perasaan 'like and dislike' perlu ditepis jauh-jauh.

"Harus bersatulah, demi kemajuan sepakbola Indonesia, demi bangsa ini," tegasnya.                             

Proses banding ke PT-TUN, sebagaimana diamanatkan, maksimal 14 hari sejak putusan final PTUN. Salmon Siagian menergaskan kembali, sebaiknya Kantor Menpora tidak mengajukan banding.

"Yang saya tahu PSSI sudah sejak awal ingin berdamai, bahkan sampai berulangkali mendatangi Kantor Menpora pula. Jadi, seyogyanya waktu yang diberikan itu pergunakan saja untuk proses rekonsiliasi. Saya setuju dengan pernyataan Ketua Umum PSSI La Nyalla Mattalitti, ini bukan soal kalah dan menang," papar Salmon Siagian. tb