Kompetisi Dihentikan, Barito Mania Ancam Demo Besar-besaran

TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Kisruh Kemenpora - PSSI yang berujung kembali ditundanya laga lanjutan Qatar National Bank (QNB) League 2015 memantik aksi kelompok suporter Barito Putera, Barito Mania (Bartman).

Mendengar kabar bahwa tim kesayangannya tidak bisa berlaga melawan Perseru Serui, Bartman langsung bereaksi.

Minggu (26/4) sekitar pukul 22.00 Wita, Bartman langsung menggelar aksi di Halaman Stadion 17 Mei Banjarmasin. Saat itu setidaknya ada lebih dari 20 orang yang ikut aksi. Dan aksi dilakukan dengan cara membakar ban bekas, menyalakan lilin hingga berdoa bersama.

Namun anehnya saat melakukan aksi, Bartman cenderung menyalahkan PSSI karena terlihat menenteng kain putih bertulisan PSSI = $$$.

"Kami mengekpresikan kekecewaan sekaligus keprihatinan kami. Dan aksi ini spontan kami lakukan setelah mendapat kabar bahwa laga Barito batal karena tidak dapat izin. Kami sedih, karena tim sampai ke Papua begitu banyak menguras tenaga pikiran hingga biaya. Dan kami juga berdoa disini, dengan harapan Menpora, PSSI serta pihak terkait bisa mendapatkan jalan keluar yang terbaik," ujar Ketum Bartman, Firdaus Mansyori yang langsung memimpin aksi.

Firdaus pun menambahkan tidak menutup kemungkinan Bartman kembali akan melakukan aksi lanjutan sebagai bentuk protesnya.

Malah menurutnya bisa jadi aksi berikutnya akan melibatkan lebih banyak anggota Bartman, apabila masih belum ada kejelasan kompetisi.

"Ada kemungkinan aksi kami lanjutkan bahkan lebih besar. Karena yang dirugikan dan dikecewakan tidak hanya suporter Barito saja, tapi juga klub-klub lainnya. Tapi kami akan menunggu perkembangan terlebih dahulu, khususnya hasil dari pertemuan Menpora dengan klub-klub," jelasnya.

Tim Barito Putera sejak beberapa hari yang lalu sudah berada di Papua, terkait laga yang seharusnya dijalaninya di kandang Perseru Serui, Senin (27/4) di Stadion Marora.

Namun sejak sehari sebelum laga bergulir, dipastikan laga batal digelar karena tidak adanya izin dari kepolisian yang bermula dari surat Menpora Imam Nahrawi kepada petinggi Polri untuk tidak memberikan izin keramaian.

Skuad Laskar Antasari yang jauh-jauh datang ke Papua pun harus gigit jari, karena akhirnya tidak bisa berlaga di sana.