Liga Super Indonesia
Anggaran Mitra Kukar Membengkak Rp 1,6 Miliar Gara-gara Kompetisi Satu Wilayah
Anggaran Mitra Kukar membengkak sebagai dampak sistem baru Indonesia Super League mulai 2015.
Penulis:
Deodatus Pradipto
Editor:
Hasiolan Eko P Gultom
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Deodatus S Pradipto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Anggaran Mitra Kukar membengkak sebagai dampak sistem baru Indonesia Super League mulai 2015. Namun demikian, Mitra Kukar telah memperhitungkan hal ini dan tidak menjadi kendala berarti.
“Kita sudah memperhitungkan soal satu wilayah ini. Waktu itu kita tanding away hanya 10 kali, sekarang ada 18 kali laga away. Kalau kita generalisasi satu kali away itu Rp 200 juta, berarti ada pembengkakan biaya hingga Rp 1,6 miliar,” papar Presiden Mitra Kukar, Endri Erawan, kepada Tribunnews.com, Kamis (11/12/2014).
Menurut Endri, jumlah tersebut termasuk tiket pesawat terbang, hotel, bonus, serta uang saku untuk tim. Endri mengatakan Mitra Kukar memerlukan tambahan dana sekitar Rp 1,5 hingga 2 miliar. Oleh sebab itu, Mitra Kukar membutuhkan rencana kerja yang bagus.
“Salah satu strategi kami adalah banyak mengambil pemain-pemain muda yang punya potensi untuk menjadi bagus. Kami tidak sembarangan mengambil pemain muda. Selain kita bisa menyiasati untuk menurunkan anggaran kontrak pemain, kita bisa meningkatkan prestasi pemain-pemain muda,” jelas Endri.
Terkait pengeluaran untuk melakoni laga tandang, beban terberat Mitra Kukar adalah biaya tiket pesawat terbang. Endri menilai jarak terjauh yang harus ditempuh Naga Mekes adalah ke pulau Papua. Biaya perjalanan termahal pada musim depan adalah saat harus bertandang ke Wamena karena mesti menumpang pesawat terbang lain.
“Sudah ada solusinya dengan cara menggandeng pihak ketiga sebagai sponsor. Mungkin kita akan gandeng maskapai penerbangan yang tertarik dengan kita. Setidaknya bisa menjadi sponsor tiket pesawat terbang kita,” kata Endri.
Musim 2014, ISL diikuti oleh 22 klub dan dibagi dalam dua wilayah. Musim depan, ISL hanya akan diikuti oleh 20 klub dan bermain dalam satu wilayah. Oleh karena itu ada empat tim yang terdegradasi ke Divisi Utama pada musim lalu dan hanya dua tim yang promosi ke ISL.
“Saya pilih satu wilayah karena lebih kompetitif dan fair untuk pertandingan. Pengeluaran bisa diatur dengan budget yang tidak jor-joran,” ungkap Endri.