Bernhard Limbong Dukung Ancaman Mogok APPI
Penanggung jawab timnas, Bernhard Limbong mendukung ancaman mogok APPI
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mendengar kabar yang mengungkapkan pemain ISL dan IPL yang tergabung dalam Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) mengancam mogok mendapat dukungan penuh dari Bernhard Limbong.
"Saya sepakat teman-teman APPI, saya mendukung dan setuju pendapat mereka. Saya sangat mendukung mogok kalau haknya tidak diberi," tegas Ketua Komisi Disiplin sekaligus penanggungjawab timnas ini di kantor PSSI, Selasa (29/5/2012).
Kejadian tersebut, sebenarnya merupakan keluh kesah Limbong yang menjadi kenyataan.
"Kalau mau jujur tak satupun klub di ISL maupun IPL profesional. Ini yang menjadi persoalan, kenapa kita harus gontok-gontokan, padahal kompetisi kita semu. Biarkan saja (pemain) mogok, biar ISL atau IPL nyaho (tahu)," tandasnya.
Sebelumnya, Presiden Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI), Ponaryo Astaman telah memberikan ultimatum kepada klub ISL maupun IPL agar segera membayar gaji pemain yang belum dibayarkan, selambat-lambatnya hingga 7 Juni 2012. Jika tidak, ancaman mogok pun terlontar dari para pemain.
"Kalau pemogokan, permasalahan seperti ini bukan di Indonesia saja, ini juga terjadi di negara lain. Dan pemogokan adalah langkah yang sangat terakhir yang kami tempuh untuk selesaikan masalah," katanya di Hotel Atlet Century, belum lama ini.
Namun demikian, Ponaryo mengaku, APPI tetap akan mengutakan persuasi dengan pihak klub dalam mencai solusi. Pihaknya akan melakukan komunikasi intens terkait hal tersebut.
"Alternatif berupa mogok adalah solusi terakhir kalau semua cara yang kami lakukan berakhir dengan dead lock," tandasnya.
Senada dengan Ponaryo, Wakil Presiden APPI, Bambang Pamungkas menambahkan pemogokan bisa terjadi jika kedua belah pihak tidak terdapat solusi.
"Pemogokan itu adalah jalan terakhir, kalau tidak ada solusi terbaik diambil kedua belah pihak, bukan tidak mungkin hal itu (pemogokan) kami tempuh," beber Bepe.
"Kami akan melakukan negosiasi sampai tanggal 7 Juni. Mungkin setelah itu, bisa lebih ekstrem atau lebih lunak," imbuhnya.