Tenis
Beda Suara Sinner dengan Alcaraz soal Padatnya Jadwal Turnamen, Juara Wimbledon Pantang Mengeluh
Jannik Sinner buka suara mengomentari soal padatnya jadwan turnamen tenis dunia. Ia beda pendapat dengan Carlos Alcaraz.
TRIBUNNEWS.COM - Beda suara diutarakan Jannik Sinner soal padatnya jadwal tenis dunia dalam kalander turnamen.
Saat Carlos Alcaraz, Iga Swiatek, hingga Coco Gauff ramai-ramai mengeluhkan padatnya jadwal turnamen tenis, Sinner justru memilih tak ikut bersuara keras.
Sinner baru saja menjuarai China Open 2025 di Beijing. Setelahnya, hanya beberapa jam kemudian ia terbang ke Shanghai untuk tampil di Shanghai Masters.
Ketika ditanya soal kalender yang dianggap terlalu padat, Sinner menegaskan setiap pemain tetap punya ruang untuk menentukan prioritas.
"Saya tidak ingin mengkritik apa pun. Semua orang punya cara pandang berbeda. Kita masih bisa memilih, sebagai pemain kita harus tahu apa prioritas kita sendiri," kata Sinner, dikutip dari Sportskeeda.
Menurutnya, keputusan ada di tangan tiap atlet. Jika merasa butuh istirahat, mereka bisa melewatkan turnamen tertentu.
"Saya selalu membuat pilihan, bahkan tahun lalu kadang melewati beberapa turnamen."
"Jadwalnya memang seperti itu. Kalau mau main, ya main. Kalau tidak, bisa pilih istirahat atau latihan. Sesederhana itu,” ujarnya menambahkan.
Pernyataan ini kontras dengan Alcaraz yang menyebut jadwal panjang berkontribusi pada banyaknya cedera.
Petenis peringkat satu dunia itu memutuskan mundur dari Shanghai Masters karena alasan fisik.
"Jadwalnya sangat ketat. Mereka harus melakukan sesuatu tentang jadwal tersebut," ujar Alcaraz dikutip dari AFP.
Ini sependapat dengan Swiatek yang menilai musim terlalu melelahkan, dan Coco Gauff yang mengeluhkan aturan wajib main di enam turnamen level 500.
"Ada banyak cedera. Saya pikir itu karena musimnya terlalu panjang dan terlalu intens," kata Swiatek.
Sejak tahun lalu, WTA mewajibkan petenis alite untuk tampil di empat turnamen Grand Slam, 10 turnamen WTA 1000 dan enam turnamen level 500. ATP pun juga demikian.
Namun, banyak bintang tenis menilai kebijakan itu justru membuat beban semakin berat, diantaranya Coco Gauff.
Juara China Open 2024 sekaligus peringkat tiga dunia WTA itu, menyebut jadwal saat ini sulit untuk dijalani.
"Saya ingin melihat dalam hidup saya selama tur ini agar solusi dibuat untuk memperpendek musim," katanya.
Baca juga: Jadwal Babak 64 Besar Tenis Shanghai Masters 2025: Ujian Terjal Djokovic, Sinner di Atas Angin
Fokus ke Permainan, Bukan Keluhan
Sikap Sinner mencerminkan pendekatannya yang lebih tenang. Alih-alih terjebak membahas padatnya jadwal, ia menekankan pentingnya adaptasi dan menjaga fokus.
Bagi petenis asal Italia berusia 24 tahun ini, jalan menuju puncak bukan dengan mengeluh, tapi dengan memutuskan kapan bertanding dan kapan beristirahat.
Sikap rendah hatinya juga terlihat saat diminta menanggapi kemungkinan menyamai rekor Novak Djokovic di China Open.
Meski sudah dua kali juara, Sinner menolak dibandingkan dengan Novak Djokovic yang menurutnya berada jauh di level atasnya.
"Membandingkan saya dengan Novak itu berlebihan. Dia ada di level berbeda dengan semua yang sudah dicapai."
"Saya hanya petenis 24 tahun yang mencoba bermain sebaik mungkin," kata Sinner.
"Saya tahu saya telah memenangkan beberapa gelar hebat dalam karir muda saya, tetapi mari kita lihat berapa lama saya bisa memegangnya."
"Apa yang dilakukan Novak, Rafa dan Roger selama lebih dari 15 tahun sungguh luar biasa. Novak masih di sini dan menunjukkan tenis yang luar biasa. Jadi mari kita lihat," tambahnya.
Dengan gelar di Beijing, Sinner semakin dekat dengan peringkat 1 dunia milik Alcaraz.
Rivalitas keduanya menjadi sorotan utama musim ini. Namun, perbedaan sikap dalam menyikapi jadwal menunjukkan bahwa keduanya tidak hanya berbeda gaya bermain, tapi juga berbeda cara berpikir.
Baca juga: Misi Ganda Jannik Sinner di Shanghai Masters 2025, Juara Bertahan Tantang Alcaraz dari Jauh
Ganggu Alcaraz di Puncak 1
Shanghai Masters 2025 punya arti istimewa bagi Jannik Sinner. Datang sebagai juara bertahan setelah menumbangkan Novak Djokovic di final tahun lalu.
Turnamen level ATP 1000 ini ini bisa menjadi batu loncatan penting bagi petenis Italia itu.
Ini karena Carlos Alcaraz yang baru saja juara Japan Open namun terpaksa mundur karena cedera pergelangan kaki.
Ini membuat peluang Sinner untuk memangkas jarak poin dan merebut singgasana peringkat satu dunia terbuka lebar.
Dalam dua musim terakhir, rivalitas Sinner dan Alcaraz sudah menjadi pusat perhatian dunia tenis.
Pertarungan sengit mereka di final Wimbledon 2025—dimenangkan Sinner—serta pertemuan ketat di berbagai turnamen Masters, kerap disebut sebagai penerus persaingan legendaris Federer, Nadal, dan Djokovic.
Kini, tanpa kehadiran Alcaraz di Shanghai, sorotan tertuju penuh pada Sinner. Mampukah ia mempertahankan gelar sekaligus membuka jalan menuju tahta nomor satu dunia?

(Tribunnews.com/Tio)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.