Minggu, 5 Oktober 2025

Street Dance dan Dancesport Dipertandingkan di FORNAS VIII NTB, AHY: Potensinya Luar Biasa

mempertandingkan 11 nomor dari cabang Dancesport, Breaking, dan Street Dance, acara ini diikuti oleh peserta dari 18 provinsi

HO/dok: istimewa
FORNAS VIII NTB - Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono, dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya turut menghadiri pertandingan Dancesport & Breaking Indonesia (FDBI) dalam rangkaian Festival Olahraga Rekreasi Nasional (FORNAS) VIII. 

Street Dance dan Dancesport Dipertandingkan di FORNAS VIII NTB, AHY: Potensinya Luar Biasa
 
Abdul Majid/Tribunnews.com

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA –  Federasi Dancesport & Breaking Indonesia (FDBI) sukses menyelenggarakan pertandingan resmi dalam rangkaian Festival Olahraga Rekreasi Nasional (FORNAS) VIII di Taman Budaya Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 26–27 Juli 2025

Pertandingan ini turut dihadiri oleh dua menteri Kabinet Indonesia Maju: Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono, dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya, yang hadir langsung untuk menyaksikan jalannya kompetisi.

Baca juga: Tak Cuma Olahraga, FORNAS VIII NTB Turut Jadi Panggung Bagi Kebudayaan dan Kreativitas Lokal

Dengan mempertandingkan 11 nomor dari cabang Dancesport, Breaking, dan Street Dance, acara ini diikuti oleh peserta dari 18 provinsi dan disambut antusias oleh ratusan penonton yang hadir secara langsung.

Menko Agus Harimurti Yudhoyono menilai street dance sebagai bagian dari seni olahraga yang potensial, terutama di kalangan generasi muda.

“Potensinya luar biasa. Saya pribadi menyukai olahraga dan sangat menikmati kreativitas anak-anak muda. Komunitas seperti street dance perlu terus didorong karena di negara maju, cabang seperti ini terbukti punya dampak ekonomi yang signifikan,” ujarnya.

Sementara itu, Menparekraf Teuku Riefky menekankan pentingnya pengembangan seni pertunjukan berbasis komunitas, khususnya yang memiliki potensi masuk ke dalam agenda budaya, pariwisata, dan representasi identitas daerah.

“Kegiatan seperti ini menjadi sarana strategis dalam pembinaan generasi muda dan peningkatan kualitas seni pertunjukan — dari lokal hingga global,” jelasnya.

Kemenparekraf saat ini membina 17 subsektor ekonomi kreatif yang terbagi ke dalam empat klaster: budaya, desain, media, dan teknologi digital. Seni pertunjukan, termasuk street dance, masuk dalam klaster berbasis budaya yang menjadi fokus penguatan.

“Ekosistem street dance itu kompleks dan lintas sektor. Dari pelatih, koreografer, desainer kostum, hingga talenta muda — semuanya terhubung dengan subsektor musik, media, dan hiburan,” tambah Riefky.

Ia juga menegaskan kesiapan Kemenparekraf untuk menjadi mitra strategis bagi komunitas kreatif, termasuk dalam mendorong penguatan kelembagaan dan keberlanjutan program.

“Kami menyadari keterbatasan, tapi komitmen kami jelas: subsektor ini layak didukung,” tegasnya.

Sementera itu, Ketua Umum FDBI, Ardiyansyah Djafar, menyampaikan apresiasi atas dukungan yang diberikan pemerintah pusat dan menyoroti nilai ekonomi dari subsektor ini. 

Ia mengungkapkan bahwa nilai pasar global sektor tari diperkirakan mencapai USD 3,22 miliar pada 2025, dan meningkat menjadi USD 12,23 miliar pada 2033.

“Jika disesuaikan dengan konteks Indonesia, potensi pasar untuk subsektor tari dan cheerleading bisa mencapai Rp 4 triliun. Namun sayangnya, performing arts — khususnya tari — belum mendapat perhatian setara potensinya,” ujarnya.

Ia juga mencontohkan besarnya nilai industri ini melalui akuisisi Varsity Brands, pemegang lisensi produk dan kompetisi cheerleading terbesar di dunia, oleh KKR dengan nilai mencapai USD 4,75 miliar pada akhir 2024.

“Kita perlu melihat ini sebagai peluang nyata dalam ekonomi kreatif, yang bisa dikembangkan secara kolaboratif,” kata Ardiansyah.

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved