Ujian Sesungguhnya Praveen/Melati dalam Meniti Jalan Impian Raih Kejayaan
Konsistensi menjadi ujian utama bagi Praveen Jordan/Melati Daeva dalam mengikuti jejak Lilyana Natsir/Tontowi Ahmad untuk meraih kejayaan.
TRIBUNNEWS.COM - Tim bulutangkis Indonesia dalam beberapa tahun terakhir terlihat selalu mengandalkan sektor ganda putra untuk mendulang gelar juara.
Hal itu dikarenakan sektor ganda putra selalu mampu tampil luar biasa dalam berbagai ajang turnamen bergengsi bulutangkis dunia.
Bahkan, tak jarang sektor ganda putra selalu berhasil menciptakan All Indonesia Final.
Sebuah impian yang menjadi harapan para pelatih bisa menciptakan final bersama di sebuah partai puncak turnamen bulutangkis.
Baca: ON THIS DAY - Sang Jawara All England dan Pemilik Smash Mematikan, Praveen Jordan, Dilahirkan
Baca: Kasus Covid-19 Melonjak, Perhelatan Amerika Serikat Terbuka 2020 Resmi Ditangguhkan BWF
Selain itu, kualitas para pebulutangkis ganda putra Indonesia juga menjadi dasar nomor tersebut selalu menjadi tumpuan utama dalam mendulang gelar juara.
Tercatat tiga pasangan ganda putra Indonesia kini berhasil menduduki peringkat enam besar dunia.
Dua pasangan ganda putra Indonesia bahkan berada pada posisi ranking pertama dan kedua dunia.
Seusai perhelatan All England 2020 pada bulan lalu, harapan Indonesia untuk bisa bertumpu di sektor lain guna mendulang gelar seakan terjawab.
Performa menawan pasangan Praveen Jordan/Melati Daeva di sektor ganda campuran menjadi harapan tersendiri bagi Indonesia untuk meraih gelar.
Apalagi, keduanya juga mampu tampil luar biasa utamanya setiap bermain di Benua Biru.
Praveen/Melati berhasil menyabet tiga gelar bergengsi sekaligus dalam tiga partisipasinya mengikuti rangkaian BWF World Tour khususnya di Eropa.
Perancis Open, Denmark Open, dan All England menjadi tiga turnamen bergengsi yang telah berhasil disegel pasangan Praveen/Melati.
Berbagai pengalaman dan kualitas yang dimiliki keduanya bukan tidak mungkin jika pasangan Praveen/Melati bisa menjadi andalan Indonesia dalam berbagai turnamen mendatang.
Hanya satu ujian yang harus dihadapi pasangan Praveen/Melati yakni perihal konsistensi.
Hal tersebut menjadi PR tersendiri bagi keduanya beserta jajaran pelatih.
Baca: Lee Chong Wei Kritik Federasi Bulu Tangkis Dunia yang Bakal Terapkan Penggunaan Shuttlecock Sintetis
Baca: Lima Pemain Baru Ganda Putra Dunia Paling Potensial Versi Mathias Boe, Ada Wakil Indonesia
Hal itu tersirat dari reaksi keduanya setelah merengkuh gelar juara Denmark Open dan Perancis Open 2019.
Seusai menjadi jawara dua turnamen bergengsi tersebut, keduanya justru gagal menampilkan performa terbaiknya.
Dalam lima turnamen beruntun mulai dari China Open, Hong Kong Open, BWF World Tour Final, Malaysia Masters, hingga Indonesia Masters.
Pasangan Praveen/Melati gagal menampilkan performa terbaik.
Guna mencapai babak semifinal dalam lima turnamen tersebut, keduanya belum berhasil mencapainya.
Padahal konsistensi menjadi modal utama bagi siapapun jika ingin menorehkan kesuksesan dalam perjalanan hidupnya.
Barangkali, Praveen/Melati bisa meneladani konsistensi yang pernah ditunjukkan oleh seniornya, Lilyana Natsir/Tontowi Ahmad.
Pasangan Lilyana Natsir/Tontowi Ahmad mampu bertahun-tahun tampil dalam level tinggi, alhasil berbagai gelar juara bergengsi berhasil mereka raih dalam karirnya.
Melati Daeva sendiri memang mengakui bahwa penampilannya bersama Praveen Jordan masih kurang stabil.
Satu titik itulah yang menjadi fokus keduanya agar bisa selalu tampil dalam performa terbaik setiap turnamen.
"Yang pasti dari segi konsistennya, maunya sih kami bisa lebih konsisten di setiap penampilan," ujar Melati Daeva seperti yang dikutip dari Badmintonindonesia.org
"Lebih baik dari penampilan sebelumnya yang masih naik turun," ucap Melati.
Baca: Anthony Ginting Ogah Pusingkan Penundaan Olimpiade Tokyo 2020
Dengan penundaan berbagai turnamen saat ini membuat Praveen/Melati memiliki waktu lebih banyak untuk mempersiapkan diri.
Tak terkecuali, mundurnya perhelatan Olimpiade membuat keduanya harus melakukan evaluasi demi menorehkan prestasi terbaik nantinya dalam ajang empat tahunan tersebut.
"Secara pikiran jadi lebih agak longgar, karena sebetulnya sudah disiapkan banget tahun ini untuk ke olimpiade," jujur perempuan yang memiliki ciri khasi gigi gingsul tersebut.

"Tapi dengan adanya kejadian ini (wabah Covid-19), terpaksa olimpiadenya ditunda dan kami manfaatkan waktu yang ada untuk perbaiki apa yang kurang," jelas Melati.
Lebih lanjut, Melati mengungkapkan ada perbedaan yang ia rasakan dalam menyambut perhelatan Olimpiade kali ini.
"Persiapan ke olimpiade itu rasanya memang beda, agak susah untuk dijelaskan," sambungnya.
"Pasti ada rasa tegang, karena harus benar-benar fokus di latihan, pertandingan dan semuanya. Tapi di satu sisi harus merasa enjoy juga," pungkas Melati.
Pasangan Praveen/Melati sendiri saat ini telah berhasil menduduki peringkat empat dunia sektor ganda campuran.
Prestasi terbesar keduanya ketika mampu menjadi juara All England 2020.
(Tribunnews/Dwi Setiawan)