Sabtu, 4 Oktober 2025

Raja Sapta Oktohari: Sarana Alat Latihan Atlet Olimpiade Jangan Sampai Terlambat

Pengalaman dari Sea Games dan Olimpiade London 2012, diakui Raja Sapta Oktohari membuat para atlet menjadi kurant bersemangat

Penulis: Celestinus Trias Handoyo Putro
Editor: Dewi Pratiwi
Warta Kota/Nur Ichsan
Promotor Tinju Nasional Raja Sapta Oktohari, hadir pada acara pengunduran diri Chris John dari dunia tinju profesional di Ruang Serbaguna RCTI, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Kamis (19/12/2013). Didampingi, CraighChristian (manajer pelatih), Raja Sapta Oktohari (promotor) isterinya Mega, Chris John menyatakan ingin beristirahat sebagai petinju, dan dia hanya akan fokus untuk mengurus keluarga. Pertarungan terakhir Chris John, terjadi pada 6 Desember lalu, ia dikalahkan oleh petinju Simpiwe Vetyeka asal Afrika Selatan, di Perth, Australia. (WARTAKOTA/Nur Ichsan) 

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Kesibukan persiapan atlet Indonesia bukan hanya tertuju pada Asian Games 2018.

Tetapi perhatian tertuju pada persiapan atlet untuk tampil di Olimpiade di Rio De Janeiro 2016.

Persiapan yang menurut Chief de Mission Olimpiade, Raja Sapta Oktohari, di antaranya adalah sarana alat latihan serta dana yang cukup.

"Sudah pembahasan dengan para pengurus cabor (cabang olahraga), pelatnas, KOI, dan pemerintah. Sarana alat latihan jangan sampai terlambat disediakan. Hal ini akan menjadi hambatan bagi para atlet," kata Raja Sapta Oktohari, saat dihubungi Harian Super Ball.

Pengalaman dari Sea Games dan Olimpiade London 2012, diakui Raja Sapta Oktohari membuat para atlet menjadi kurant bersemangat.

Akibatnya, ada saja keluhan dan akhirnya pencapaian prestasi menjadi kurang maksimal.

"Kalau sarana alat sudah tersedia sejak awal, artinya perhatian kita terhadap atlet akan lebih baik. Saya yakin, atlet juga akan jauh lebih punya semangat," kata Raja Sapta Oktohari.

Soal dana, Raja Sapta Oktohari mengaku juga telah membahas jauh-jauh hari dengan pihak yang berkepentingan.

Baginya, dukungan dana yang maksimal akan memberikan manfaat bagi atlet dan ofisial yang sedang berada di negeri orang.

"Jangan salah, kalau dana mepet bisa bikin masalah. Gampangnya saja, nanti saat membutuhkan akomodasi yang nyaman bagi atlet. Saya memang sudah bersiap untuk mencari dana dari sponsor. Karena, dana yang ada saat ini dirasa tidak terlalu mencukupi. Mudah-mudahan ada sponsor yang ingin ikut membantu prestasi olahraga. Biaya di Brasil bakal lebih besar. Ada perkiraan hampir bisa mencapai Rp 40 miliar," jelas pria yang juga dikenal sebagai promotor tinju ini.

Di tempat berbeda, ketua Komisi Olimpiade Indonesia, Erick Tohir, mengungkapkan bahwa segala sesuatu yang nantinya dibutuhkan saat Olimpiade 2016 maupun Asian Games 2018 sudah pasti membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit.

"Tentu semua ini akan dibuat laporan. Nanti, setiap pengurus olahraga dan atlet akan diajak bicara bersama dan membahas apa yang jadi kebutuhan, juga apa saja yang sekiranya kurang. Nantinya semua akan dibuat laporan. Soal ke pihak sponsor juga akan diupayakan. Saya yakin akan ada yang tertarik untuk membantu," jelas Erick.

Sumber: Super Skor
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved