EQINA Utamakan Pembinaan Atlet
Setelah menggelar turnamen AE Kawilarang Memorial II, 14-16 Juni lampau di arena equestrian Pulo Mas
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah menggelar turnamen AE Kawilarang Memorial II, 14-16 Juni lampau di arena equestrian Pulo Mas, Jakarta, denyut kegiatan Equestrian Indonesia atau EQINA tak otomatis terhenti. Memasuki bulan Ramadhan memang tidak ada persaingan bergengsi dalam bentuk turnamen atau kejuaraan yang melibatkan belasan klub/perkumpulan atau stable anggota EQINA.
Akan tetapi, proses penggemblengen atlet atau calon-calon penunggang (rider) handal tak boleh putus. Apalagi, EQINA sudah menetapkan 24 'rider' tangguhnya dalam tim bayangan berkuda (equestrian) untuk SEA Games XXVII-Myanmar. Daftar nama ke-24 'rider' EQINA beserta enam pelatihnya tersebut sudah diserahkan ke Komite Olimpiade Indonesia (KOI).
"Pembinaan atlet tak boleh putus. Atlet adalah aset berharga, itu yang menjadi pijakan kami. Apa yang kami lakukan semata-mata untuk kepentingan atlet, bukan yang lain-lain," kata Jose Rizal Partokusumo, Ketua Umum EQINA.
Terkait 24 'rider' EQINA yang berada dalam tim bayangan berkuda SEA Games Myanmar, Sekjen EQINA Ardi Hapsoro Hamidjoyo menyatakan, mereka pastinya terus berupaya meningkatkan kemampuannya dalam latihan serius di perkumpulannya masing-masing.
"Sementara ini masih berlatih di klubnya masing-masing. Namun, mereka juga siap seandainya dimungkinkan untuk latihan bersama," jelas Ardi Hapsoro. Ke-24 'rider' handal EQINA yang berada dalam bayangan ini siap dikompetisikan di nomor tunggang serasi (dressage), lompat rintangan (show jumping) dan ketahanan (endurance). Diantara 'rider' di nomor jumping, Brayen Brata Coolen saat ini tengah berlatih di Belanda. Namun, sewaktu-waktu diperlukan, Brayen setiap saat bisa pulang ke Jakarta.
Brayen Brata Coolen adalah salah satu 'rider' handal dari klub Aragon, di Lembang, Bandung, yang dimiliki oleh Muhammad Chaidir Saddak, Ketua Umum PP Pordasi. Brayen menjadi salah satu contoh sukses dari 'rider' yunior yang tekun dan serius berlatih, khususnya sejak dia ditempa oleh James Momongan di klub Bandung Equestrian Center (BEC), juga di kawasan Lembang. Melihat keseriusan dan potensinya yang besar, Aragon kini menyeponsorinya untuk melanjutkan pendidikan umum sekaligus peningkatan kemampuan ilmu berkudanya di Belanda.
KOMPETISI ANANTYA
Kesempatan dan peluang yang digapai Brayen tentunya bisa diperoleh juga oleh 'rider-rider' lain, sejauh mereka mampu untuk terus menunjukkan potensi dan keseriusannya. Untuk itu, klub-klub anggota atau yang berafiliasi dengan EQINA-Pordasi senantiasa terus memompa semangat para 'rider' yuniornya untuk berlatih serius. Guna lebih merangsang motivasi calon-calon penunggang kuda handal ini mungkin harus dibuat aneka program pelatihan yang dinamis dan memacu adrenalin mereka. Sebagaimana yang coba dilakukan oleh Anantya Riding Club (ARC), pada Minggu (7/7/2013) ini.
Anantya Riding Club yang berlokasi di Gunung Putri, berdekatan dengan padang golf Jagorawi, pada Minggu nanti akan menggelar sebuah ajang kompetisi yang melibatkan sekitar 40-an 'rider' yunior, dengan 25 ekor kuda. Kompetitor tak hanya berasal dari anggota ARC saja, akan tetapi juga dari tiga perkumpulan equestrian yang 'bertetanggaan' dengan mereka, yakni JN Stud, milik Jose Rizal Partokusumo, Prameswari Equestrian, dan Cimatis Stable.
ARC sendiri sebenarnya terbiasa menggelar kompetisi internal, minimal dua kali dalam setahun. Akan tetapi, karena kini melibatkan 'rider' dari stable lain, maka kompetisi 7 Juli ini terasa jauh lebih istimewa. "Kompetisi internal ARC yang terakhir digelar Januari lalu," jelas Jeffry, pengelola ARC. Dengan demikian, kata Jeffry, kompetisi 7 Juli sekaligus menjadi ajang evaluasi terhadap para 'members' ARC yang sudah berlatih keras selama kurang lebih enam bulan sejak kompetisi internal terakhir. Walau demikian, kata Jeffry, kompetisi 7 Juli sekaligus bisa dijadikan ajang latihan untuk peningkatan skill maupun kesiapan mental untuk menghadapi pertandingan sesungguhnya yang lebih besar.
"Kompetisi ini juga sebagai kegiatan mengisi libur panjang sekolah. Saat ini kita juga punya Paket Promo Libur Sekolah, guna memfasilitasi para orang tua yang menginginkan anak-anaknya mengisi liburan dengan kegiatan yang positif," papar Jeffry. Salah satu orangtua yang mempercayakan anaknya berlatih equestrian di ARC adalah Bambang Widjoyanto, Wakil Ketua KPK.
Menurut keterangan Rahmat Nasir, instruktur ARC yang juga 'rider' handal senior Indonesia, karena melibatkan 'rider' usia muda, maka murni kelas-kelas pembinaan yang akan diikuti oleh para peserta kompetisi 7 Juli nanti. Itu meliputi dressage (mulai dari beginner dressage test sampai advanced test) dan show jumping (mulai dari ground poles hingga 10 cm). "Karena pesertanya memang kebanyakan pemula dan anak-anak," kata Rahmat Nasir, yang kini juga menjadi salah satu pelatih di tim bayangan berkuda SEA Games dari EQINA. "Event-event seperti ini sangat bermanfaat, tetapi memang harus berkesinambungan. Jika sedari dini sudah diperkenalkan dengan kompetisi maka kedepannya kita harapkan akan muncul rider-rider bertalenta untuk Merah Putih," ujar Rahmat Nasir.
PENGALAMAN PENTING
Kompetisi usia dini dengan nomor atau kelas pemula yang dilakukan oleh ARC ini disambut baik oleh Ardi Hapsoro Hamidjoyo. "Walau ini bukan merupakan program yang melibatkan EQINA secara langsung namun karena ARC adalah klub afiliasi EQINA maka kami sangat mendukung kegiatan ini, Jajaran pengurus EQINA berterimakasih kepada pimpinan dan pengelola klub ARC yang terus melakukan pembinaan atlet atlet berkuda secara aktiv," papar Sekjen EQINA.
Ardi menyatakan, apa yang dilakukan oleh ARC adalah bentuk pembinaan yang paling mendasar, yaitu dari tingkatan klub, di mana penunggang-penunggang atau calon-calon atlet diberikan kesempatan untuk melakukan kompetisi dalam skala yang paling kecil. "Ini merupakan pengalaman yang sangat pemting bagi calon-calon atlet yang nantinya akan tampil di kompetisi terbuka yang tentunya melibatkan lebih banyak klub, atlet dan kuda," jelas Ardi Hapsoro, yang putri keduanya, yakni Audira, juga sudah bergelut dengan kuda sejak usia dini.
ARC sendiri terakhir menjadi arena pelatihan terpadu bagi puluhan 'rider' handal belasan klub anggota EQINA pada 24-26 Mei lalu. Pada momen pelatihan terpadu itulah para 'rider' EQINA mulai serius menekuni nomor lompat rintangan 140 dan 145 cm. Nomor bergengsi 140 cm itu kemudian dikompetisikan di turnamen AEK Memorial II di Pulo Mas, yang dijuarai oleh Raymen Kaunang.
ARC, yang berdiri di atas lahan seluas 1,5 hektar, dimiliki oleh Jusmin Suwoko, pengusaha berusia 38 tahun. ARC menjadi satu-satunya stable equestrian yang memiliki konsep 'Therapeutic Riding', semacam proses pelatihan untuk anak-anak berkebutuhan khusus, misalnya penderita autis.