Cover Story Tribun Jakarta
Bertempur Tanpa Jadi Tentara
Tar…tar…tar! Tiga peluru plastik muntah dari moncong senjata mengenai musuh yang sedang mengendap di balik bangunan.
Tar…tar…tar! Tiga peluru plastik muntah dari moncong senjata mengenai musuh yang sedang mengendap di balik bangunan. Si musuh bukannya terkapar malah menyeringai kesakitan. Sebaliknya, si penembak loncat-loncat kegirangan.
Itulah cuplikan aksi perang-perangan ala airsoft gun di Point Square, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Tiada darah yang tumpah dan tiada nyawa melayang sia-sia. Senjatanya hanyalah mainan yang mirip dipakai serdadu-serdadu pasukan elite. Lalu pelurunya bukanlah mesiu, tapi plastik.
Main perang-perangan ini mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 2000. Terhitung cukup telat mengingat airsoft gun sudah berkembang di Jepang pada 1970-an. Jenis permainan ini dikenalkan mahasiswa yang pernah menuntut ilmu di luar negeri.
Menurut pemilik perlengkapan Airsoft Gun Hobbies di Lebak Bulus, Michael, hanya Singapura dan Malaysia saja yang melarang mainan perang-perangan ala airsoft gun. Padahal, airsoft gun bisa dikategorikan sebagai permainan yang memacu adrenalin.
Dia menambahkan airsoft gun bukanlah permainan simulasi asal tembak saja. Permainan yang digandrungi remaja dan profesional muda ini juga ada taktik strategi dan skenario pertempuran.
Berita selengkapnya baca Tribun Jakarta Digital Newspaper