8 Anime Perang Paling Menyedihkan dan Menyayat Hati, Grave of the Fireflies hingga Girls' Last Tour
Berikut daftar anime perang paling menyedihkan dengan gema kehilangan yang menusuk hati, dilansir Sportskeeda
TRIBUNNEWS.COM - Anime perang paling menyedihkan tidak hanya menampilkan pertempuran dan ledakan.
Namun, anime ini juga menyayat hati dengan penggambaran yang gamblang tentang penderitaan manusia di masa-masa tergelap umat manusia.
Anime adalah bentuk animasi yang berasal dari Jepang, yang mencakup berbagai genre, gaya seni, dan cerita. Kata "anime" adalah singkatan dari "animation" dalam bahasa Inggris, tetapi di luar Jepang, istilah ini merujuk secara khusus pada animasi bergaya Jepang.
Serial-serial anime perang ini menggali jauh ke dalam hati meninggalkan trauma psikologis, hilangnya kepolosan, dan konsekuensi mengerikan yang ditinggalkan perang.
Sementara sebagian besar kisah perang berfokus pada kemenangan heroik, namun juga ada kisah yang benar-benar memilukan di baliknya, yakni tentang anak-anak yang kehilangan segalanya, keluarga yang terpecah belah, dan orang-orang biasa yang terperangkap dalam keadaan luar biasa.
Yang membuat anime-anime ini begitu menyentuh emosi adalah penolakan mereka untuk meromantisasi konflik.
Alih-alih mengagungkan peperangan, mereka justru memaksa penonton untuk menghadapi kenyataan pahit perang.
Ada anime Grave of the Fireflies karya Studio Ghibli yang luar biasa hingga horor psikologis Now and Then, Here and There, yang sukses mengambil hati para penonton bahkan setelah kredit film berakhir.
Delapan anime perang paling menyedihkan ini membuktikan kekuatan terbesar karya-karya ini tidak hanya terletak pada fantasi, tetapi juga membuat penonton menghadapi kebenaran tentang sifat manusia dan konflik yang terjadi.
Berikut daftar anime perang paling menyedihkan dengan gema kehilangan yang menusuk hati, dilansir Sportskeeda.
1. Grave of the Fireflies
Baca juga: Ketika Bendera Anime Bajak Laut Jepang Jadi Kontroversi di Indonesia
Grave of the Fireflies memegang gelar sebagai anime perang paling menyedihkan yang tak tertandingi.
Yang membedakannya bukan hanya latar atau perangnya, tetapi juga patah hati yang terpendam yang terbangun dari waktu ke waktu.
Anime Grave of the Fireflies dibuka dengan kepergian Seita, dan setelah itu, rasanya seperti menyaksikan sebuah kenangan yang terurai secara terbalik.
Setsuko, adik perempuannya, mulai hidup penuh semangat, tertawa, bermain, dan meraih kebahagiaan apa pun yang bisa diraihnya, tetapi perang tak mengenal ampun, terutama pada anak-anak.
Menyaksikannya memudar, perlahan dan menyakitkan, rasanya hampir tak tertahankan.
Tak ada dramatisasi, hanya kenyataan pahit dan brutal tentang perjuangan bertahan hidup yang tak pernah ditakdirkan untuk berhasil.
2. Now and Then, Here and There
Serial 13 episode AIC ini patut diakui sebagai salah satu anime perang paling brutal secara psikologis dan paling menyedihkan yang pernah diproduksi.
Ketika protagonis Shu yang ceria dipindahkan ke masa depan distopia yang diperintah oleh Raja Hamdo yang gila, penonton mungkin mengharapkan petualangan isekai yang khas.
Namun, yang mereka dapatkan adalah gambaran yang keras dan tanpa filter tentang bagaimana perang meracuni segalanya, terutama masa kanak-kanak.
Anime ini tidak gentar menampilkan anak-anak yang jadi tentara, kekerasan seksual, dan runtuhnya nilai-nilai kemanusiaan.
Menyaksikan harapan Shu perlahan runtuh adalah momen yang paling menyentuh saat ia terlempar ke dunia yang seharusnya tidak pernah dihadapi anak-anak.
Tidak ada kejayaan di sini, hanya perang sebagai mesin yang menggerus kepolosan dan tak menyisakan apa pun yang utuh.
3. Barefoot Gen
Film Barefoot Gen adalah karya Mori Masaki.
Barefoot Gen tetap menjadi salah satu anime perang paling berani dan paling menyedihkan yang pernah dibuat.
Diadaptasi dari manga semi-otobiografi karya Keiji Nakazawa tentang penyintas bom atom Hiroshima, film Barefoot Gen mengikuti Gen muda saat ia menyaksikan kengerian perang nuklir yang tak terbayangkan.
Animasinya tidak ragu untuk menampilkan efek bom langsung maupun jangka panjang.
Rasa sakitnya semakin terasa karena semuanya dilihat dari sudut pandang Gen.
Ia hanyalah seorang anak kecil, yang berusaha menyelamatkan keluarganya dari reruntuhan sementara segalanya terbakar di sekitarnya.
Beberapa adegan terasa hampir tak tertahankan, seperti munculnya mayat, api, dan keheningan setelahnya.
Tak ada scene yang melembutkan di sini.
Dari penyakit radiasi hingga kelaparan dan pertikaian antar tetangga.
Anime Barefoot Gen menunjukkan dengan tepat apa yang ditinggalkan perang nuklir.
4. Giovanni's Island
Film produksi Production IG ini menonjol di antara anime perang paling menyedihkan karena fokusnya pada pengungsian pascaperang dan trauma budaya.
Berlatar di Pulau Shikotan setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, film Giovanni's Island mengisahkan dua bersaudara Junpei dan Kanta saat pasukan Soviet menguasai rumah mereka.
Giovanni's Island menguak kebingungan dan ketakutan anak-anak yang terjebak di antara dua dunia.
Yang membuat anime Giovanni's Island begitu menyentuh hati adalah penggambaran realistisnya tentang bagaimana perang tidak berakhir dengan gencatan senjata, melainkan berlanjut melalui pendudukan, pengungsian, dan penghapusan budaya.
Baca juga: 7 Karakter Anime Bermata Satu Paling Keren, Zoro dan Kakashi Kalah dengan Sosok Ini
Perjuangan putus asa para remaja putra untuk bersatu kembali dengan ayah mereka menjadi metafora untuk upaya mendapatkan kembali tempat tinggal di dunia yang tak lagi mengakui hak mereka untuk hidup di tanah air.
5. 86
A-1 Pictures menciptakan sesuatu yang istimewa dengan anime perang paling menyedihkan ini, yang mengangkat tema diskriminasi dan dehumanisasi.
Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dan sebagainya. Diskriminasi juga bisa berarti tindakan membedakan atau memperlakukan sesuatu secara tidak adil.
Sementara dehumanisasi adalah penghilangan harkat manusia. Dehumanisasi juga bisa diartikan sebagai kemampuan atau tindakan untuk tidak memanusiakan manusia, di mana seseorang atau kelompok diperlakukan dengan cara yang merendahkan nilai kemanusiaannya.
Serial 86 menggambarkan perang yang konon diperjuangkan oleh drone tak berawak, tetapi kenyataannya mengerikan, "Juggernauts" dipiloti oleh 86, anggota kelompok minoritas yang dilucuti kemanusiaannya dan diperlakukan seperti senjata sekali pakai.
Kehancuran emosional muncul saat menyaksikan para pilot muda ini menerima nasib mereka sementara pawang mereka, Lena, berjuang melawan kekejaman sistem yang melekat.
Anime ini tak pernah ragu menunjukkan bagaimana perang menjadi alat penindasan sistematis, dengan 86 orang benar-benar terhapus keberadaannya di dunia, sementara penduduk Alba yang istimewa hidup dalam ketidaktahuan.
Setiap episode menggerogoti jiwa, saat pemutaran pun penonton menyaksikan martabat karakter yang terpendam menghadapi dehumanisasi institusional.
6. In This Corner of the World
Film animasi MAPPA yang indah ini menonjol sebagai salah satu film paling jujur secara emosional di antara anime perang paling menyedihkan.
Anime In This Corner of the World mengikuti kisah Suzu yang menyesuaikan diri dengan kehidupan pernikahannya di Kure selama Perang Dunia II.
Ceritanya awalnya terasa seperti sepotong kehidupan yang lembut.
Alur yang lambat ini membuat kehancuran yang akhirnya terjadi semakin terasa ketika kenyataan menghantam.
Gaya animasi cat air mencerminkan sifat artistik Suzu, menciptakan kualitas bak mimpi yang membuat campur tangan perang terasa mengagetkan.
Yang membuat film In This Corner of the World begitu menyayat hati adalah bagaimana film ini berfokus pada orang-orang biasa, orang-orang yang berusaha bertahan hidup sementara segala sesuatu di sekitar mereka hancur berantakan.
Bayang-bayang Hiroshima membayangi setiap momen, sebuah pengingat bahwa tidak ada tempat yang benar-benar aman saat perang datang.
7. Mobile Suit Gundam 0080: War in the Pocket
Enam episode dalam serial ini membuktikan bahwa anime perang paling menyedihkan sekalipun dapat memberikan pukulan emosional bahkan dalam durasi pendek.
Tidak seperti seri Gundam lainnya yang berfokus pada pertempuran luar angkasa epik, War in the Pocket menceritakan kisah intim tentang Alfred yang berusia 11 tahun dan persahabatannya dengan pilot Zeon, Bernard Wiseman.
Serial ini mendekonstruksi pandangan perang yang diromantisasi dari sudut pandang seorang anak.
Yang paling menghancurkan penonton adalah menyaksikan kegembiraan Alfred tentang perang berubah menjadi pemahaman yang mengerikan.
Ketika Bernard memanipulasi ketertarikan anak laki-laki itu pada mobile suit untuk mengumpulkan intelijen, hal itu memicu peristiwa tragis yang berpuncak pada Alfred yang menyaksikan sendiri akibat sesungguhnya dari konflik tersebut.
Anime ini menggunakan kepolosan Alfred untuk mengungkap kesalahpahaman tentang kejayaan perang, menjadikan episode-episode terakhir sebuah pukulan telak.
8. Girls' Last Tour
Di antara anime perang paling menyedihkan, Girls' Last Tour mengambil pendekatan unik dengan menampilkan dampaknya, alih-alih mengankat konflik.
Diproduksi oleh White Fox, serial Girls' Last Tour mengisahkan Chito dan Yuuri, dua gadis yang menjelajahi dunia pasca-apokaliptik di mana perang global yang dahsyat telah memusnahkan peradaban.
Para gadis ini tetap optimis meskipun hidup di dunia yang pada dasarnya telah kiamat.
Pendekatan irisan kehidupan ini menciptakan rasa nyaman palsu sebelum kenyataan mengerikan menghantam mereka.
Gadis-gadis ceria ini benar-benar menjadi umat manusiaterakhir.
Mereka mengais makanan sambil menjelajahi kota-kota mati.
Percakapan polos mereka sangat kontras dengan kehancuran di sekitarnya, menciptakan disonansi emosional yang sungguh meresahkan
(Tribunnews.com/Ika Wahyuningsih)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.