Senin, 6 Oktober 2025

Kata Polisi Soal Hindia Batal Konser di Tasikmalaya karena Dicap Satanik

Kapolres Tasikmalaya Kota, AKBP Moh Faruk Rozi, mengungkapkan masalah ini sudah didiskusikan.

Editor: Willem Jonata
Tribunnews/JEPRIMA
Aksi panggung penyanyi Baskara Putra atau Hindia membuka konsernya yang bertajuk Malaikat Berputar di Langit di Blue Valley House of Communion, Jakarta International Velodrome, Jakarta Timur, Sabtu (30/9/2023). Hindia membuka konsernya dengan lagu andalannya yang berjudul Janji Palsu selain itu konser tersebut juga menampilkan instalasi seni dan aksi teaterikal. Tribunnews/Jeprima 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fauzi Alamsyah 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Band Hindia batal manggung di konser Ruang Bermusik yang rencananya digelar pada 19-20 Juli 2025 di Lanud Wiriadinata, Kota Tasikmalaya.

Hindia batal manggung karena sebelumnya ada penolakan dari Aliansi Aktivis dan Masyarakat Muslim Tasikmalaya (Al-Mumtaz).

Mereka mempersoalkan kehadiran grup musik Hindia, karena keterkaitan dengan simbol dan ajaran satanisme.

Kapolres Tasikmalaya Kota, AKBP Moh Faruk Rozi, mengungkapkan masalah ini sudah didiskusikan.

Baca juga: Kunci Gitar Berdansalah, Karir Ini Tak Ada Artinya - Hindia: Lakukan Apa yang Kau Mau, Sekarang

"Hasilnya adalah yang pertama bahwa nanti segala hasil rapat selama 4 kali ini, nanti akan kami sampaikan ke Polda Jawa," ujar AKBP Faruk kepada wartawan.

Ia menjelaskan bahwa kewenangan penerbitan izin ada di Polda Jawa Barat.

Polres hanya memberikan rekomendasi berdasarkan hasil rapat dengan tokoh masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.

"Dan rekomendasi yang akan kita keluarkan itu adalah rekomendasi uraian ataupun hasil dari rapat-rapat yang telah kita laksanakan selama 4 kali," jelasnya.

Lebih lanjut, Faruk menegaskan Tasikmalaya sendiri dipastikan tidak pernah melarang konser apapun.

Ia juga menyampaikan bahwa para ulama dan tokoh agama sebenarnya mendukung konser tersebut, asalkan tetap menjunjung regulasi dan nilai-nilai lokal.

"Jadi tidak ada pembicaraan di dalam yang mengatakan bahwa konser tidak boleh. Malah konser didukung oleh alim ulama, oleh lembaga masyarakat seni sekalipun, tetapi dengan memperhatikan masalah regulasi dan kearifan lokal yang selama ini ada di Kota Tasikmalaya, karena Kota Tasik itu termasuk kota santri, kota yang agamis dan religius," ungkapnya.

Terkait kehadiran Hindia yang menjadi sorotan, AKBP Faruk menegaskan keputusan akhir berada di tangan Polda Jawa Barat.

"Sekali lagi, itu nanti Polda yang bisa mengizinkan, kita itu hanya sebatas merekomendasikan. Rekomendasinya adalah isinya nanti kami akan menuangkan notulen rapat keempat ini," ujarnya.

"Kalau ada yang nanya boleh atau tidak, itu Polda yang memutuskan. Kita hanya mengeluarkan rekomendasi dan wajib hukumnya bagi kami itu mengambil langkah-langkah preventif. Ini dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, baik itu jadi atau tidak," tambahnya.

Sementara itu, Ketua Al-Mumtaz, Ustaz Hilmi, menegaskan bahwa penolakan mereka bukan terhadap konser dan musik, melainkan adanya dugaan simbol serta pemahaman menyimpang yang dibuat oleh band Hindia.

"Toh beberapa event di Tasik diselenggarakan dengan mudah, bahkan nanti malam juga ada Wali Band tampil di Tasik. Hanya saja terkait band ini kan ada indikasi band satanic, band yang memang nyerempet pada norma-norma melanggar syariat, dengan pemahaman, simbol-simbol dajjal, bokmet, itu saja yang jadi permasalahan," ujar Hilmi.

"Makanya kalaupun tidak diizinkan Alhamdulillah, kalaupun diizinkan nanti tentu kita atas nama bagian daripada warga Tasikmalaya berlepas diri. Bukan berarti kalau diizinkan kita demo besar-besaran, tidak. Kita hanya memberikan aspirasi, masukan kepada pemerintah, Polres. Toh begini loh band ini," tegasnya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved