Senin, 29 September 2025

Cuaca Ekstrem Masih Berlangsung, Kepala BMKG: Operator Transportasi Harus Patuhi Informasi Cuaca

Hal ini merespons berbagai kejadian di tengah cuaca ekstrem seperti insiden kecelakaan transportasi.

Editor: Willem Jonata
Tribunnews.com/Taufik Ismail
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (4/3/2025). 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengingatkan seluruh pihak untuk waspada terhadap kondisi cuaca yang berpotensi ekstrem di berbagai wilayah Indonesia.

Meskipun sebagian wilayah telah memasuki musim kemarau, kondisi atmosfer dan laut masih sangat dinamis dan bisa berdampak pada keselamatan serta kelancaran aktivitas masyarakat.

Hal ini merespons berbagai kejadian di tengah cuaca ekstrem seperti insiden kecelakaan transportasi.

Baca juga: Peringatan Dini BMKG Besok Jumat, 4 Juli 2025: DKI Jakarta Hujan Ringan, NTB Hujan Lebat

Yakni insiden kapal KMP Tunu Pratama Jaya yang tenggelam di Selat Bali pada 1 Juli 2025, serta sejumlah penerbangan yang terganggu akibat cuaca buruk.

"Cuaca ekstrem juga masih berlangsung hingga awal Juli," papar Dwikorita dalam keterangan di Jakarta Pusat, Kamis (3/7/2025).

Seluruh operator transportasi darat, laut, dan udara untuk secara aktif memantau dan mematuhi informasi cuaca dan peringatan dini yang dikeluarkan BMKG.

“Kami mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk tidak mengabaikan informasi cuaca, terutama ketika merencanakan perjalanan selama masa liburan sekolah. Informasi cuaca lengkap dapat diakses melalui berbagai kanal komunikasi resmi BMKG, seperti aplikasi infoBMKG, situs www.bmkg.go.id, serta media sosial resmi @infoBMKG,” pesan dia.

Ditambahkan Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, kondisi laut juga turut memperparah potensi cuaca ekstrem.

Bibit siklon tropis 98W yang terpantau di sekitar Luzon memang tidak berdampak langsung ke Indonesia, namun menyebabkan peningkatan kecepatan angin di Laut Cina Selatan.

Sementara itu, sirkulasi siklonik di Samudra Hindia barat Sumatera dan Samudera Pasifik utara Papua Nugini menciptakan zona konvergensi dan konfluensi di beberapa perairan Indonesia, seperti Laut Jawa, Laut Flores, dan wilayah Maluku bagian utara.

“Fenomena ini meningkatkan risiko gelombang tinggi dan hujan lebat di perairan terbuka. Kondisi ini perlu menjadi perhatian serius bagi sektor pelayaran dan nelayan,” tegasnya.

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan