Senin, 29 September 2025

Wabah Antraks

Pakar Sarankan Kemunculan Kasus Antraks di Gunungkidul Jadi KLB

Dengan menerapkan KLB, kasus antraks di wilayah tersebut bisa ditelusuri sampai dinyatakan jelas.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Tangkapan Layar YouTube Kompas TV
Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan 93 warga di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, terjangkit penyakit antraks

Terkait kemunculan kasus antraks, Peneliti Keamanan dan Ketahanan Kesehatan Global Dicky Budiman sebutkan perlu dijadikan sebagai kejadian luar biasa (KLB). 

"Adanya kasus antraks ini, harus jadi KLB di lokasi itu untuk kedaruratan," ungkapnya pada Tribunnews, Selasa (6/7/2023). 

Baca juga: Antraks Jenis Inhalasi Paling Mematikan, Tukang Jagal Sapi Rentan Terinsfeksi

Dengan menerapkan KLB, kasus bisa ditelusuri sampai dinyatakan jelas.

"Ini harus betul-betul disikapi secara serius," tegasnya. 

Di sisi lain, Dicky mengungkapkan jika secara global, masih 'gagap' dalam merespons beragam wabah. 

"Dan semakin terlihat responsya lemah ketika kita tidak mengambil pembelajaran dari pandemi covid-19. Terutama dalam kemampuan mendeteksi, mengawasi adanya potensi ancaman atau wabah," lapar Dicky. 

Oleh karena itu, ia pun menyarankan adanya keseriusan dan komitmen dari pemerintah. 

Komitmen ini bisa berbentuk anggaran yang mendorong fasilitas laboratorium mau pun sumber daya manusia. 

Baca juga: 93 Warga Terjangkit Antraks, Kemenkes: Gunungkidul DIY Endemik Antraks

Lebih lanjut, Dicky menjelaskan betap rentannya penularan penyakit antraks

Antraks pun bisa bisa bertahan lama di lingkungan. 

Gapura batas Pedukuhan Jati di Kalurahan Candirejo, Semanu, Gunungkidul, Selasa (04/07/2023). Kasus Antraks ditemukan di wilayah ini usai ada warga yang meninggal dunia, awal Juni lalu.
Gapura batas Pedukuhan Jati di Kalurahan Candirejo, Semanu, Gunungkidul, Selasa (04/07/2023). Kasus Antraks ditemukan di wilayah ini usai ada warga yang meninggal dunia, awal Juni lalu. (TRIBUNJOGJA.COM/Alexander Ermando)

Seseorang akan lebih mudah terinfeksi saat menghirup ini, dan angka kematiannya terbilang tinggi. 

Kalau 10 orang terinfeksi, hanya satu atau paling banyak dua selamat. Bila telat dan tidak diberikan penanganan. Artinya ini suatu penyakit yang amat serius," pungkas Dicky.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan