Sabtu, 4 Oktober 2025

Kabar Artis

Fuji Akui Bingung Tentukan Cita-citanya Semasa Sekolah: Aku dari Dulu Orangnya Nggak Bisa Fokus

Fuji mengaku merasa bingung dalam mentukan cita-citanya semasa sekolah, mulai dari ingin menjadi desainer, arsitek, hingga psikolog.

Penulis: Katarina Retri Yudita
Editor: Salma Fenty
Instagram @fuji_an
Fuji mengaku merasa bingung dalam mentukan cita-citanya semasa sekolah, mulai dari ingin menjadi desainer, arsitek, hingga psikolog. 

TRIBUNNEWS.COM - Fuji mengaku bingung saat harus menentukan cita-citanya semasa sekolah.

Bahkan, Fuji sampai harus mengikuti berbagai macam les agar bisa mengetahui kemampuan dirinya.

Dikutip dari YouTube The Sungkars Kamis (8/9/2022), Fuji membagikan cerita masa lalunya.

"Aku tuh dari dulu orangnya nggak bisa fokus."

"Aku pernah dilesin piano, gitar, nari, komputer."

"Dalam waktu enam bulan, tiga bulan, out, saya bolos terus, sampai mama saya angkat tangan," terang Fuji.

Baca juga: Fuji Akui Rindu Jadi Orang Biasa sebelum Terkenal: Nggak Ada Pikiran, Lebih Bahagia Dulu

Kendati demikian, Fuji mengaku bahwa dirinya suka menggambar, tetapi tak dijalani dengan serius.

"Kamu bilang kamu suka gambar?" tanya Shireen Sungkar.

"Suka gambar, cuman suka aja, nggak mau serius."

"Gambar-gambar aja, pada bilang bagus, 'Makasih ya', udah, seneng."

"Nggak mau diseriusin lagi, nggak mau bagus-bagus banget, yang penting bagus," jelas Fuji.

Saat kecil, Fuji disarankan untuk mengatakan ingin menjadi dokter jika ditanya oleh orang lain.

"Pokoknya nggak ada yang serius, jadi nggak ada cita-cita."

"Kalau pas kecil 'Kamu cita-citanya apa?' Mama papa langsung jawab 'Mau jadi dokter, Cantik, mau jadi dokter'," ungkapnya.

"Aku 'Mau jadi dokter', tapi akunya nggak ngerti dokter itu ngapain, dokter spesialis, dokter umum, dokter mata, aku nggak ngerti."

"Aku kira dokter semuanya itu sama, jadi satu dokter bisa nanganin semua penyakit," sambungnya.

Fuji mengaku bingung saat harus menentukan cita-citanya semasa sekolah.
Fuji mengaku bingung saat harus menentukan cita-citanya semasa sekolah. (Kolase Tribunnews / Instagram @fuji_an)

Saat menjalani masa sekolah, Fuji menyadari bahwa dirinya tak sanggup jika harus menjadi dokter.

Ia pun kemudian memutuskan untuk menjadi psikolog kelak.

"Pas udah SD, SMP, 'Gua nggak mau jadi dokter, otak gua nggak nyampe', otak aku nggak sepinter itu."

"'Aku nggak sepinter itu, Ma, Pa', akhirnya aku beri penjelasan, mama papa nerima."

"'Aku nggak mau jadi dokter, aku mau jadi psikolog', anaknya peduli mental health," tambahnya.

Namun, sebelum memutuskan untuk menjadi psikolog, Fuji ingin menjadi desainer lantaran suka menggambar.

"Awal-awal mau jadi desainer, kan suka gambar."

"Padahal sukanya gambar animasi bukan baju, tapi mau jadi desainer."

"Nggak papa, yang penting suka gambar, namanya anak kecil," tuturnya.

Namun, orang tua Fuji tak setuju jika dirinya menjadi desainer.

Fuji (kiri) dan Shireen Sungkar (kanan) - Setelah dilarang untuk menjadi desainer, Fuji memutuskan untuk menjadi arsitek kelak.
Fuji (kiri) dan Shireen Sungkar (kanan) - Setelah dilarang untuk menjadi desainer, Fuji memutuskan untuk menjadi arsitek kelak. (Tangkapan layar YouTube The Sungkars)

Akhirnya, ia ingin menjadi arsitek.

"Kalau menurut papa sama mama ya, pandangan orang tua ya Desainer itu dihargai saat udah punya nama besar."

"Pupus tuh langsung, 'Oh ya, nggak jadi desainer deh'."

"'Mau jadi arsitek deh, kayaknya bangun-bangun rumah uangnya banyak'," ujarnya.

Orang tuanya pun setuju, tetapi Fuji ragu lantaran terdapat materi sekolah yang tak dikuasai oleh Fuji jika menjadi arsitek.

"Aku kan kerjanya simple, nggak ada cita-cita, seenggaknya dapet uang banyak."

"'Jadi arsitek, Pa', 'Oke', kayaknya susah banget ya ada fisika-fisikanya," ucapnya.

"Ada aja masalahnya, ada fisika-fisikanya, ada MTKnya, ada terhubung sama desainernya."

"Wah otak aku bisa pecah nih, tidak bisa, tidak bisa, fisika tuh lemah banget, aku jurusan IPA, tapi nggak bisa IPA," bebernya.

Fuji pun dimasukkan ke jurusan IPA saat sekolah agar bisa lebih luas dalam memilih jurusan.

Namun, Fuji mengaku nilainya selalu jelek.

"Papa bilang, 'Cita-cita kamu masih nggak jelas, udah kamu masuk IPA aja, bisa masuk ke jurusan IPS nanti kuliahnya'."

"Masuk IPA ternyata salah jadi nilainya jelek mulu," terangnya.

Fuji merasa bahwa tak mampu jika menjadi arsitek lantaran terdapat pelajaran yang kurang dikuasai. Akhirnya, Fuji memutuskan untuk menjadi psikolog kelak.
Fuji merasa bahwa tak mampu jika menjadi arsitek lantaran terdapat pelajaran yang kurang dikuasai. Akhirnya, Fuji memutuskan untuk menjadi psikolog kelak. (Instagram @fuji_an)

Akhirnya, Fuji mantap untuk menjadi psikolog.

"Terus ganti lagi, 'Aku pengen jadi psikolog atau nggak psikiater."

"'Nggak mau ganti-ganti lagi, jangan ada yang hasut, nggak ada alasan lagi untuk menolak ini'."

"'Karena aku anaknya peduli mental health, peduli mental orang, kesehatan orang'," jelasnya.

Namun, Fuji kembali ragu lantaran dirinya tak kuat saat mendapat bully-an semasa SMA.

"Terus pas udah kena mental SMA di-bully, gua nggak kuat."

"'Oh my God, masalah sendiri aja nggak bisa nyelesein, apalagi masalah orang lain'," tutup Fuji.

(Tribunnews.com/Katarina Retri)

Berita lainnya terkait Fuji

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved