Banyu Biru Terkenang Peristiwa 98 Lewat Karya Lukman Sardi
"Jas merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah. Ini salah satu untuk mendukung industri kreatif, salam #BanggaFilmIndonesia,"
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menyaksikan film 'Di Balik 98' mengingatkan kembali Banyu Biru saat peristiwa reformasi 98 bergolak. Mahasiswa dan aktivis kampus turun ke jalan merubuhkan rezim Orde Baru yang selama 32 tahun berkuasa.
"Terharu, dunia adil berputar. Apalagi, saat nonton bareng ada Menaker Hanif Dhakiri, Budiman Sudjatmiko dan tokoh yang ikut diculik di tahun 98, Bung Nerfa dan aktivis lainnya," kata Banyu usai nonton bareng di Plaza Senayan, Jakarta, Minggu (19/1/2015).
Banyu merokemdasikan film besutan sutradara Lukman Sardi ini menjadi tontotan wajib generasi muda. "Jas merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah. Ini salah satu untuk mendukung industri kreatif, salam #BanggaFilmIndonesia," terangnya.
Menurutnya, seni dan kreatifitas apa pun merupakan barang mahal. Semua itu tidak terbeli oleh mata uang apapun. Sehingga semua generasi harus terus mendukung film, musik, teater, olah raga yang dihasilkan anak-anak Indonesia.
Sementara itu politikus Budiman Sudjatmiko melihat film ini mengaku sangat merasakan efek reformasi, apalagi ketika mengetahui Hanif Dhakiri turun ke jalan dan mengikuti berita melalui siaran radio.
"Saya mendengar lagu Gugur Bunga yang ternyata mengiringi tragedi meninggalnya delapan mahasiswa Trisakti," ujar Budiman.
Hanif pun sama. Ia melihat Reformasi 98 mengubah demokrasi Indonesia menjadi sekarang ini. "Film ini realistik dan tidak 'lebay', bagus untuk ditonton, salut kepada Lukman Sardi," ungkapnya.