Selasa, 30 September 2025

Butet Pentaskan ‘Matinya Sang Maestro’ di TIM

Budayawan Butet Kertaredjasa kerja bareng dengan Agus Noor dan Djaduk Ferianto mempersembahkan Matinya Sang Maestro.

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUN/DANY PERMANA
Seniman Butet Kertaredjasa menarasikan buku audio Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Jumat (7/3/2014). Peluncuran buku audio yang didukung Djarum Apresiasi Budaya tersebut juga dimeriahkan dengan penampilan seni lengger oleh Ronggeng Sekar Wigati asal Banyumas. (TRIBUNNEWS/DANY PERMANA) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pusat Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki (TIM), kembali mengadakan pementasan teater. Budayawan Butet Kertaredjasa kerja bareng dengan Agus Noor dan Djaduk Ferianto mempersembahkan Matinya Sang Maestro.

Matinya Sang Maestro bercerita mengenai seorang maestro di bidang seni. “Di hari tuanya, seorang maestro hidup miskin. Ia mengabdikan hidupnya untuk seni, tapi nyaris tak pernah mendapat perhatian.bahkan terlupakan,” dalam keterangan yang diterima wartawan.

Suatu saat datang kabar, Sang Maestro akan mendapat penghargaan, dari pemimpin di kotanya. Apalagi penghargaan itu tak sekedar sebuah sertifikat, tetapi juga uang 1 miliar.

“Situasi jadi serba salah, dalam Surat Keputusan pemberian penghargaan itu disebutkan,uang itu hanya bisa diberikan, setelah ia meninggal dunia. Akankah Sang Maestro akhirnya mendapatkan semua penghargaan itu? ,”.

Di dalam pementasan teater ini bermain para maestro komedi, seperti Cak Kartolo, Marwoto, Didik Nini Thowok, Djaduk Ferianto, Sruti Respati, Trio GAM, dan masih banyak pemeran lainnya. Graha Bhakti Budaya (GBB) TIM menjadi tempat pementasan pada 12-13 April 2014.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved